Jelajah Bumi Para Rasul dan Nabi (15)
Dari St. Chaterina Menuju Taba, Kami Tersekat Banjir Bandang di Tepi Teluk Aqaba
Catatan : Syaiful Hadi JL, Jurnalis InfoMu.co
Perjalanan tidak selamanya sesuai rencana. Setelah kami mengalami hujan lebat dengan petir yang kuat dan suhu dingin mencapai nol derajat, kami pun coba melanjutkan perjalanan dalam gelap yang dingin. Dari St. Chaterine kami akan menuju Taba. Kota Taba adalah satu kawasan perbatasan antara Mesir dan Israel. Di sana nanti kami akan menemukan dua imigrasi, yakni Mesir dan Israel. Jarak antara St. Chaterine – Taba adalah 180 Kilometer atau ditempuh selama 2 jam lebih. Perkiraan kami, sekitar pukul 10 malam kami sudah masuk ke Hotel Tolip di Taba.
Bus kami meluncur dengan normal. Tak terpikir ada halangan. Tiba-tiba bus kami berhenti. Tak ada informasi. Di luar gelap. Tak jauh dari bus kami berhenti ada kantor polisi Mesir. Dari data yang ada kami sedang berada di kawasan Newuiba, tak jauh dari Teluk Aqaba. Perjalanan untuk sampai ke Taba sekitar satu jam lagi. Teman-teman guide, Ali, mencari informasi kenapa bus berhenti. Di depan kami sudah banyak bus yang juga tidak jalan.
Ternyata, kawasan itu sedang dilanda banjir bandang. Batu dan pasir meluncur deras ke jalanan dan tumpah sampai ke Teluk Aqaba. Polisi diperbatasan tidak membolehkan kami berjalan karena selain jalan tertutup batu juga bisa membahayakan. Bisa dibayangkan, sedang kami melintas, tiba-tiba luncurun pasir dan batu menghantam bus kami. Bisa-bisa kami akan terlempar ke Teluk Aqaba. Tak ada pilihan kami harus istirahat di sini, entah sampai kapan. Batu dan pasir ( banjir bandang itu) terjadi karena saat kami di St. Chataerine, hujan memang turun sangat lebatnya.
Putaran jam kami terasa demikian lambat. Pikiran kami, kalau ini berlanjut sampai lama, bisa mengganggu program jamaah Travel Almerah & Travel sampai ke Jerussalem.
Resto Korea Dragon, Nuweiba
Pimpinan perjalan Mitha Hayati Tanjung, Irwan Syahputra dan Ali mufakat untuk mencari solusi bagi jamaah. Maka diputuskan kami mundur beberapa kilometer ke belakang.
Dua jam menjelang subuh kami sampai di sebuah restoran Asia, namanya Korea Dragon. Resto ini persisnya berada di Nuweiba, kota setelah Dahab. Kami pun turun dan duduk di dalam resto karena diluar udara sangat dingin. Kami berdoa semoga pasir dan batu yang menutup ruas jalan menuju Taba bisa segera dibersihkan.
Kota Nuweiba, adalah kota kota pantai di tepi timur Sinai terletak di pantai barat Teluk Aqaba. Nuweiba, adalah kota wisata. Karena tepi teluk Aqaba menjadi lokasi kunjungan orang Mesir berwisata. Di tepi pantai itu banyak hotel dan resort. Pemerintah Mesir sedang melakukan pembangunan besar-besaran Kota Nuweiba, mulai dari transportasi jalan, perumahan, listrik sampai resort-resort.
Manajemen Almerah menghubungi pemilik Resto Korea Dragon untuk membantu menyiapkan makanan pagi kami, karena sejak malam kami belum makan selain pop-mie di St. Chaterine.
Alhamdulillah, ketika subuh tiba, kami bisa melaksanakan salat subuh dan ceramah agama. Biasa, salat berjamaah langsung dipimpin Ustadz Irwan Syahputra. Setelah salat kami pun mendengarkan tausiah, seputar kesabaran. Dijelaskan, bahwa kesabaran itu penting. Seperti kesabaran Musa dalam menghadapi kaumnya. Nabi Musa walau tempramentel tapi ia dikenal sebagai nabi paling penyabar. Yang lebih penting lagi adalah Jamaah Almerah harus sabar menghadiri musibah diperjalanan seperti saat ini.
Selesai Salat Subuh, hidangan ala Korea pun tersaji dengan baik di meja. Bahagia rasanya, mendapatkan menu sarapan Asia, setelah beberapa hari terus-menerus menyantap makanan Arab.
Menu yang tersedia adalah, sup telor, salad korea, telur dan buah serta teh hangat Korea. Sungguh lezat rasanya. Barangkali karena lapar, menjadikan hidangan Korea ini sangat spesial. Alhamdulillah.
Usai makan dan pikiran lebih fress Kami pun melanjutkan perjalanan satu jam lagi menuju Taba. Disepanjang perjalanan kami melihat tumpukan pasir dan batu menumpuk tinggi. Bisa dibayangkan seandainya Kami ada dilokasi ini saat bencana sedang terjadi. Allah masing melindungi perjalanan Kami.
Batu Besar dan Indahnya Teluk Aqaba
Sepanjang pagi yang cerah, kami melihat pantai Teluk Aqaba. Sesekali tampak kapal besar melintas. Teluk Aqaba, nama ini sudah lama Kami dengar, tapi baru inilah Kami menyaksikan indahnya. Orang Israel menyebut teluk ini sebagai Teluk Eilat. Teluk Aqaba terletak di di Laut Merah. Letak georgafinya, sebelah timur Semanjung Sinai dan sebelah baratnya Semenanjung Arab. Teluk Aqabah ini dimiliki Mesir, Israel, Yordania dan Arab Saudi. Teluk Aqaba memiliki panjang 160 Km ( 99 mil laut), kedalaman 1.850 m.
Di depan Kami berdiri satu hotel mewah, Tolip Hotel, Taba. Seharusnya di hotel inilah kami bermalam untuk istirahat. Tapi Allah menentukan lain. Dan semua fasilitas yang sudang disiapkan menjadi “hangus” karena kami tersekat di Nuweiba.
Sampai di Taba, Kami pun siap-siap untuk memasuki border Mesir dan Israel. Hati ini mulai cemas untuk memasuki kawasan Israel, seperti apa gerangan ? Sungguh kami akan memulai satu perjalanan baru yang kami belum pernah merasakannya. Israel dan Palestina. ( Bersambung )