Kamis, 15 Mei 2025
  • Tentang Kami
  • Redaksi
Infomu
  • Beranda
  • Kabar
  • Peristiwa
  • Persyarikatan
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Literasi
  • Kolom
  • Kesehatan
  • Muktamar 48
  • Redaksi
No Result
View All Result
Infomu
  • Beranda
  • Kabar
  • Peristiwa
  • Persyarikatan
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Literasi
  • Kolom
  • Kesehatan
  • Muktamar 48
  • Redaksi
No Result
View All Result
Morning News
No Result
View All Result
Home Jelajah Bumi Para Rasul

Menyelusuri Wadi Rum, Gurun Pasir Berwarna Merah, Kini Menjadi Warisan UNESCO

Syaiful Hadi by Syaiful Hadi
9 Februari 2023
in Jelajah Bumi Para Rasul, Uncategorized
A A
0
SHARES
936
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

Jelajah Bumi Para Rasul dan Nabi (28)

Menyelusuri Wadi Rum, Gurun Pasir Berwarna Merah Menjadi Warisan UNESCO

Catatan : Syaiful Hadi JL, Jurnalis InfoMu.co

Perasaan duka meninggalkan Palestina masih terus membayangi perjalanan menuju Yordania. Laut Mati kami tinggalkan. Perjalanan jauh kembali kami tempuh menembus berbagai gurun batu disepanjang jalan. Yordania, salah satu negeri syam yang menjadi rute perdagangan bangsa Arab jaman dahulu. Bila melihat kawasan ini, sulit membayangkan bangsa arab yang hidup berpindah dari satu lokasi ke lokasi lain atau berdagang dari satu negeri ke negeri lain membawa dagangan dengan unta.

Bisa dibayangkan ketika Muhamamd kecil, saat berusia 12 tahun dibawa pamannya berdagang ke negeri Syam ini, kemudian melintasi berbagai jalur “sutra” perdagangan masa itu. Sekali kafilah berangkat bisa berbulan-bulan. Tiga sampai empat bulan dengan jumlah unta yang cukup banyak membawa barang dagangan. Bisa dibayangkan juga bagaimana suku badui berpindah dari satu tempat ketempat lain. Terkadang tidur di dalam gua batu atau dibawah atap lagit yang terbuka.

Langit mulai gelap. Gurun-gurun pasir berbatu tak tampak selain sedikit lampu kecil yang begitu terang. Akhirnya kami sampai di sebuah kawasan gurun terbuka. Wadi Rum, namanya. Wadi Rum bermakna “Lembah Pasir” yang terletak di Yordania sekitar 60 Km disebelah timur Kota Aqaba. Wadi Rum merupakan lembah terbesar yang ada di Yordania. Menurut riwayatnya Wadi Rum sudah dihuni sejak  pra-sejarah, salah satunya adalah peradaban Nabatea yang telah meninggalkan lukisan batu.

Kami menjejakkan kaki di tanah berpasir. Tampak tenda-tenda kain dengan lampu kecil menghiasi malam yang dingin. Dibagian lain, bukit-bukit tampak lampu kecil menghiasi dinding batu.

Barang kami kemas untuk masuk ke kemah. Alhamdulillah, kami bisa singgah di kemah seindah ini.  Kemah dengan pemanas ruangan,  kami hidupkan di angka 28 derajat agar suhu kabar menjadi hangat. Kamar mandi kami coba. Air panas cukup membuat kami lega karena hangatnya bisa menghilangkan penat seharian di atas kendaraan.

Dari luar terdengar suara memanggil untuk makan malam. Alhamdulillah, kembali kami menikmati menu makan Arab yang spesial. Puluhan menu makan malam tersedia. Terakhir, kopi adalah penghangat yang dinikmati. Usai makan malam ada yang istirahat,  langsung menikmati nyamannya kemah/tenda  tapi sebagian kawan-kawan menikmati hiburan malam dengan musik (live) khas Arab. Pokoknya meriahlah…

Dari jendela kemah kami lihat keluar. Ada bulan kecil menggelantung di langit. Karena cahaya kecil tak cukup kuat untuk menerangi kawasan itu. Kami jadi penasaran seperti apa lokasi Wadi Rum yang kami  tinggali saat ini. Rasa penasaran itu akhirnya membawa kami menjadi mimpi ….

Wadi Rum Menjadi  Warisan Dunia 

Subuh nyaris habis saat Kami terbangun. Mungkin karena letih tak terasa malam begitu cepat berlalu. Saat jendela kami singkapkan, cahaya pagi mulai memanjat dinding batu berwarna merah. MasyaAllah. Indahnya pemandangan di luar.  Seperti sebuah kanvas yang digores pelukis ulung. Batu merah seperti diukir dengan pahat. Pasir merah bergelombang hingga kejauhan.

Pagi itu kembali kami menikmati sarapan pagi yang lezat.  Barangkali karena rindu Indonesia, ada  kawan kami yang menyempatkan memasak Indonie Kari Ayam. Aroma Indomie demikian akrab dengan hidung kita orang Indonesia. Tapi daging kambing tetap menjadi pilihan utama pagi itu.

Usai sarapan, Kami pun disarankan untuk mengenakapan pakaian berlapis, seperti kaus dalaman yan siap menahan angin. Kemudian jaket, topi, sarung tangan, sepati bot yang siap untuk bersilancar di tengah pasir berwarna merah.

Wadi Rum adalah salah satu situs warisan dunia menurut UNESCO, atau UNESCO World Heritage. Wadi Rum memiliki lanskap yang indah dan luar biasa, Wadi Rum menawarkan banyak cara bagi wisatawan untuk menjelajahi hamparan gurun Yordania yang luas. Bagi para pencari petualangan, busur batu yang terukir secara alami, tebing, dan bukit pasir merah adalah lokasi panjat tebing, bermain sandboard, dan haiking. Bagi pencinta sejarah dan budaya, biarkan penduduk Badawi setempat memandu Anda. Mereka akan menunjukkan semuanya, mulai dari petroglif berusia berabad-abad hingga tempat terbaik untuk melihat bintang.

Wadi Rum merupakan salah satu tempat wisata yang wajib dikunjungi di Jordania selain Petra dan Laut Mati. Luasnya sekitar 720 kilometer persegi. Wadi berarti lembah. Wadi Rum terletak di Jordania bagian selatan sekitar 60 kilometer dari Teluk Aqaba yang indah. Jalan menuju ke Wadi Rum dapat ditempuh melalui jalan bebas hambatan mulus yang membelah padang gurun.
Jeep sudah menunggu. Ada  empat Jeep yang tersedia.  Jeep inilah yang akan membawa berkelana menyusuri padang gurun. Sebagian besar merupakan jeep kabin ganda. Adapun di bak belakangnya diberi tempat duduk pada kedua sisi. Setiap sisi dapat memuat tiga orang.  Selain jip, tersedia juga kendaraan lain, kendaraan tradisional yang sudah digunakan sejak dahulu kala, yaitu unta. Sinar matahari membuat gunung-gunung batu itu berkilat-kilat. Tiba-tiba sopir membanting setir dan jip keluar dari jalan beraspal. Tubuh terasa terguncang-guncang. Debu-debu beterbangan di kanan kiri jeep.
Jeep melaju kencang memecah pasir yang menjadikan debunya terbang. Jeep bergoyong seperti ayakan pasir meluk. Ini bukan jalan beraspal tapi jalan pasir yang selalu berpindah ditiup angin. Matahari sudah naik. Tapi cahayanya belum mampu mengusir rasa dingin. Tangan sedikit kebas.
Beruntung kaca mata hitam dan penutup kepala dan masker  dimanfaatkan untuk menangkal debu agar tidak singgah di mata dan hidung. Jeep membawa kami menuju ke sebuah bukit batu. Di salah satu tebing batu itu terdapat tulisan purba yang sebenarnya merupakan gambar kuda, unta, dan manusia. Sebenarnya di Di Wadi Rum terdapat pula kuil kuno yang dibangun oleh orang Nabat, suku yang juga membangun kota batu di Petra. Ada juga Jembatan Batu Umm Fruth, sebuah batu yang menghubungkan dua bukit batu menjadi satu. Tidak hanya dapat dipandang dari kejauhan, tempat ini juga dapat didaki jika kondisi badan sehat walafiat.
Bagi pencinta olahraga panjat tebing, kawasan padang pasir bergunung batu ini merupakan tempat yang menantang untuk ditaklukkan. Tidak perlu repot membawa peralatan karena kita dapat menyewanya di sini.  Wadi Rum juga merupakan rumah bagi suku Bedouin yang hingga kini masih tinggal secara seminomaden. Mereka tinggal di tenda-tenda di beberapa kawasan Wadi Rum. Setelah Wadi Rum berkembang menjadi tempat wisata, banyak orang Bedouin menjadi pemandu wisata serta penunjuk jalan bagi para pemanjat tebing. Sebagian dari mereka menggantungkan hidupnya dari pariwisata di Wadi Rum.
Terdengar Mars Aisyiyah di Wadi Rum
Kami pun mengeksplotasi Wadi Rum dari berbagai sudut. Tentu saja berfoto.  Sesekali Jeep menepi bersama.    Entah bagaimana tiba-tiba Jamaah Almerah Plaza & Travel itu membuat Yel-Yel dilanjutkan dengan Mars Aisyiyah ? Kenapa Mars Aisyiyah ? Mungkin karena ibu-ibu yang ikut dalam rombongan kami adalah anggota Aisyiyah. Ada dua dari Pimpinan Wilayah Aisyiyah Sumatera Utara, ada yang aktif di Cabang dan Ranting. Maka Mars Aisyiyah pun mereka tuntaskan dengan penuh semangat.
Lebih dua jam penjelajahan Wadi Rum kami lakukan. Akhirnya Kami pun sampai ke lokasi Kemah. Barang pun dikemas untuk melanjutkan perjalanan menuju kawasan yang tidak kalah menariknya; PETRA, kawasan kota yang pernah hilang ribuan  tahun. Wadi Rum dan Petra adalah dua kawasan yang menjadi rute perjalanan dakwah pada nabi dan pedagang masa lalu. Kami pun menuju PETRA …. (Bersambung)

 

 

Bagikan ini:

  • Twitter
  • Facebook
Tags: wadirum

Dapatkan informasi terupdate dan terkini seputar InfoMu dan jadilah yang pertama

Tidak Setuju
Syaiful Hadi

Syaiful Hadi

Related Posts

Uncategorized

Raker Dikdasmen & PNF Medan Denai, Luncurkan Tujuh Program Strategis

14 Mei 2025
Uncategorized

Bus Shalawat Inklusif Siap Antar Jemput Jemaah dari Hotel ke Masjidil Haram

11 Mei 2025
Uncategorized

Iduladha 1446 H Jatuh pada Jumat, 6 Juni 2025 M, Mari Persiapkan Kurban!

2 Mei 2025
Uncategorized

Menko PMK, Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Menjadi Lokomotif Pendidikan

2 Mei 2025
Uncategorized

DPP IMM Luncurkan Batik Nasional sebagai Simbol Soliditas Kader

28 April 2025
Uncategorized

Rektor UMSU Terima Award “Best Inspiring Leader” APTISI Sumut

28 April 2025

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Olahraga Jadi Dakwah: LPO Sumut Dukung Penuh Turnamen Mini Soccer

15 Mei 2025

SMP Muhammadiyah 16 Lubuk Pakam Luncurkan Sistem Absensi Online Berbasis QR Code

15 Mei 2025

Status Nasab Anak Hasil Perbuatan Zina

15 Mei 2025

Sudah Lebih 1,5 Juta Boks Makanan Disajikan untuk Dinikmati Jemaah Haji Indonesia

15 Mei 2025

Banyak Negara Mengakui Palestina, Israel Keluarkan Ancaman

15 Mei 2025

15 Mei 2025

Ini Susunan Pengurus Dewan Pers Periode 2025-2028

14 Mei 2025
Infomu

© 2020 infoMU - Media Berkemajuan - Website by webmedan.com

Navigasi

  • Beranda
  • Kabar
  • Peristiwa
  • Persyarikatan
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Literasi
  • Kolom
  • Kesehatan
  • Muktamar 48
  • Redaksi

Follow Us

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Kabar
  • Peristiwa
  • Persyarikatan
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Literasi
  • Kolom
  • Kesehatan
  • Muktamar 48
  • Redaksi

© 2020 infoMU - Media Berkemajuan - Website by webmedan.com