Jelajah Bumi Para Rasul dan Nabi (13)
Dari Kairo, Kami Masuk ke Kawasan Gunung Sinai, Singgah Kota St. Chatherin
Catatan : Syaiful Hadi JL, Jurnalis InfoMu.co
Lepas dari Terusan Suez, kami melanjutkan perjalanan panjang, menyusuri gurun batu dan pasir menuju Gurun Sinai. Dari Kairo menuju Gurun Sinai kami menempuh perjalanan lebih dari 274 kilometer. Gurun Sinai, berada di kawasan Asia Barat sedangkan Kairo berada di kawasan Afrika. Menelusuri jalan dengan gurun batu dikiri dan kanan terasa cukup membosankan.
Alhamdulillah, menjelang sore, kami sampai juga dikawasan Gurun Sinai. Pertama, kami singgah di Kota Saint Chatherine. Gurun Sinai memiliki banyak nama yang berbeda: Har Sinai, Gunung Horeb, Jabal Musa. ini hanya beberapa dari sebutan yang diberikan kepada gunung dalam literatur Kristen, Yahudi, dan Islam. Satu hal yang disepakati ketiga agama, bagaimanapun, adalah bahwa ini adalah gunung tempat dimana Musa bertemu dengan Tuhan dan memberinya Sepuluh Perintah Allah. Nabi Muhammad juga mengunjungi gunung tersebut pada abad keenam, menjadikannya tempat ziarah bagi anggota dari ketiga agama tersebut.
Tidak ada bukti arkeologis bahwa gunung yang memiliki tinggi 7.497 kaki itu adalah gunung yang dikunjungi Musa lebih dari 3.000 tahun yang lalu. Beberapa sarjana memperdebatkan identitasnya karena perbedaan interpretasi tentang rute yang diambil orang Israel dalam eksodus mereka keluar dari Mesir; namun, konsensus umum dalam tradisi ketiga gereja adalah bahwa inilah gunung suci yang disebutkan dalam kitab suci.
Kepercayaan pada status suci Gunung Sinai didirikan sekitar abad ke-3, ketika para pertapa Kristen mulai berdiam di gua-gua yang terletak di sisi-sisinya. Salah satunya, Biara Saint Catherine dibangun di kaki utara gunung pada abad ke-6.
Bus Kami berhenti di Kota St Chatherine. Tak banyak diantara kami yang paham seputar Santa Chatherine. Kemudian Tour Guide Ali dan Tour Leader Ustadz Irwan Syahputra menjelaskan banyak seputar Santa Chaterine.
Menurut pemahaman agama Kristen, Katarina dari Aleksandria (Catherine of Alexandria) adalah seorang perempuan syuhada Kristen yang mulanya dihukum mati sebab agamanya dengan menjalani roda pematah tulang. Namun, dia tidak mati, sehingga dikuatkan untuk memenggal kepalanya. Selanjutnya dikisahkan bahwa para malaikat membawa jazadnya ke “gunung Sinai”.
Pada sekitar tahun 800, para biarawan dari “Sinai Monastery” menemukan kesan jenazahnya. Meskipun kesudahan dikenal sebagai “Saint Catherine’s” (Biara Santa Katarina), nama lengkap resmi biara ini adalah “Sacred and Imperial Monastery of the God-Trodden Mount of Sinai”.
Catatan tertua kehidupan biara di Sinai adalah dari catatan perjalanan yang ditulis dalam bahasa Latin oleh seorang peziarah wanita bernama Egeria pada sekitar tahun 381-384. Ia mengunjungi jumlah tempat di sekitar Israel dan gunung Sinai, di mana menurut Alkitab Ibrani, Musa menerima Sepuluh Perintah Allah.
Cerita lain adalah, Biara ini dibangun atas perintah kaisar Romawi Justinian I (memerintah tahun 527-565), mengelilingi “Kapel Semak Duri Berapi” yang diperintahkan untuk dibangun oleh Helena, ibunda kaisar Konstatinus I , di tempat di mana ratu itu merasa mendapat wahyu bahwa di sanalah Musa melihat semak duri berapi ; suatu pohon semak duri yang benar di kompleks biara itu dianggap adalah pohon yang asli. Biara ini merupakan kontruksi tertua dengan atap truss di dunia, yaitu king post truss. Nama lainnya adalah “St. Helen’s Chapel” (“Kapel Santa Helena”). Tempat ini dipandang keramat adun oleh orang Kristen.
Kami turun dari bis untuk rehat sejenak, meluruskan kaki yang terasa pegal karena berkendera cukup jauh disamping harus ke toilet. Toilet ini, menetapkan jasa 1 dollar untuk tiga orang. Kalau satu dollar dikurs Rp 15.000,- maka seorang ke toilet harus membayar Rp 5 ribu. Ya begitulah.
Dingin kota St Chaterine ini terasa demikian menusuk tulang. Menurut catatan suhu di HP saya mencapai 5 derajat celcius. Karena dinginnya tak semua jamaah turun. Kami turun dengan jaket, sal leher dan masker untuk menahan rasa kering ditenggorokan.
Sesekali rintik hujan bercampur es turun. Di atas langit tampak gelap. Semoga saja perjalanan kami sampai ke makam Nabi Haroen dan Kaki Gunung Sinai untuk melihat situs Samiri, Ponaan Nabi Musa yang mengingkari ke-esaannya kepada Allah dapat kami lakukan.
Sebenarnya, Kunjungan ke Gunung Sinai tidak akan lengkap tanpa tur ke Biara Saint Catherine . Kompleks benteng yang ada saat ini dibangun pada 530 M oleh Kaisar Justinian dan merupakan contoh utama arsitektur Bizantium. Tapi tidak masuk ke dalam Biara yang disakralkan umat Kristiani.
Biara Itu dibangun untuk melindungi kapel sebelumnya, yang didirikan oleh Permaisuri Romawi Helena pada tahun 330 M di situs tempat Musa bertemu dengan Burning Bush. Helena adalah ibu dari Konstantinus, kaisar yang akan melegalkan agama Kristen di seluruh Kekaisaran Romawi.
Dari Luteratur yang kami peroleh, kompleks biara terdiri dari beberapa bangunan termasuk Gereja Transfigurasi asli, beberapa kapel yang lebih kecil, museum, dan perpustakaan. Itu juga termasuk tempat tinggal para biarawan Gereja Ortodoks Gunung Sinai yang masih beribadah di sini, menjadikan Saint Catherine salah satu biara Kristen tertua yang terus dihuni di dunia. Biara ini adalah rumah bagi banyak harta tak ternilai, termasuk peninggalan Saint Catherine.
Di masa lalu, peziarah yang ingin mengunjungi Gunung Sinai dan biara akan melakukan perjalanan delapan hari yang melelahkan dari Kairo dengan berjalan kaki dan unta. Banyak perusahaan tur menawarkan perjalanan sehari dari kota resor Laut Merah yang populer di Dahab (1,75 jam berkendara) dan Sharm El-Sheikh (2,5 jam berkendara).
Biasanya, pengunjung mendaki Jejak Unta dalam kegelapan untuk tiba di puncak tepat saat matahari terbit. Anda kemudian dapat naik dengan cara yang sama, atau turun kembali melalui Langkah-Langkah Penyesalan yang lebih indah.
Kota St. Chatherine harus segera kami tinggalkan, karena kami harus berburu waktu untuk sampai di kuburan Haroen dan Situs Patung Anak Sapi dengan kisah Samiri yang ingkar kepada Allah. Selanjutnya kami berharap malam itu kami dapat sampai di kawan Taba, kawasan perbatasan Mesir dengan Israel. Rencananya kami akan beramalam di Tolip Hotel, satu hotel yang bergengsi. ( bersambung )
Menakjubkan..