Jelajah Bumi Para Rasul dan Nabi (21)
Dari Atas Batu Shakrah inilah, Muhammad Melakukan Perjalanan Israk dan Mikraj
Catatan : Syaiful Hadi JL, Jurnalis InfoMu.co
Selain melakukan empat kali salat subuh di Masjid Aqsho ( Al-Kibli Kubah Biru Tua) siang ini bisa melakukan salat di Masjid Kubah Kuning ( Dome of the Rock). Jamaah Almerah Plaza&Travel melakukan salat Dzuhur dan Ashar, kemudian mendapatkan penjelasan detail dari Fairus ( tour guide) seputar dua masjid di komplek Aqsho, proses perjalanan nabi naik ke langit dan sidrathulmuntaha, Masjid Buraq, dinding ratapan sampai Bukit Zaitun.
Mata Kami melihat satu ruang tertutup. Di sana ada satu bungkahan batu. Batu itu bernama Sakhrah. Masjid dengan kubah batu yang disebut Qubbat al-Sakhrah dalam bahasa Ibrani, ini terletak di dalam kompleks Masjid Al Aqsa. Kubah Batu dianggap sebagai mahakarya arsitektur Islam. Masjid ini dibangun pada abad ke-7.
Dengan bentuk persegi delapan, Dome of the Rock menggunakan emas pada kubahnya. Sakhrah adalah batu yang terletak di tengah-tengah kompleks Masjid Al Aqsa, tepatnya di dalam Masjid Kubbah Ash-Sakhrah. Dari atas batu inilah Muhammad SAW berangkat mi’raj ke langit ketujuh dalam peristiwa Isra dan Mi’raj. Letak batu tersebut berada di ketinggian 1,5 meter dari tanah dan memiliki bentuk yang tidak beraturan. Batu ini disebut sebagai jantung Masjid Al Aqsa.
Banyak cerita menarik seputar batu Shakrah. Dari satu hadist diriwayatkan, Anas bin Malik bekata, “Sesungguhnya surga merindukan Baitul Maqdis, Shakhrah Baitul Maqdis berasal dari surga, dan ia adalah pusat bumi”. Pernyataan Anas bin Malik ini menunjukkan bahwasanya ada dua batu surga yang diturunkan ke bumi ini, yaitu Hajar Aswad di Makkah, dan Shakhrah di Al-Aqsha.
Tsaur bin Zaid, seorang Tabiin berkata, “Bagian tersuci bumi adalah Syam, bagian tersuci Syam adalah Palestina, bagian tersuci Palestina adalah Baitul Maqdis, bagian tersuci baitul Maqdis adalah bukit (tempat Al-Aqsha berada), bagian tersuci bukit adalah Masjid, dan bagian tersuci dari Masjid Al-Aqsha adalah Shakhrah”
Batu Ash-Shakhrah berada di dalam Masjid Kubbah Ash-Sakhrah yang berbentuk segi enam dan dikelilingi dengan kaligrafi Yasin. Surat Yasin merupakan Qalbul Qur’an (jantungnya Al-Qur’an). Maka jantung umat Islam yang artinya barometer baik dan buruknya umat itu terletak di Masjid Al-Aqsha.
Kami bersyukur bisa sampai ditempat yang suci lagi mulia ini. Maha Besar Allah dengan segala ciptaannya. Entah kemana perasaan dibawa hanyut saat membayangkan sebuah proses metafisis yang sulit dibayangkan akal tanpa ke-imanan. Dari atas batu inilah kemudian banyak pelajaran yang bisa dipetik, salahsatunya, perintah salat.
Beruntung jamaah dapat turun hingga ke bawah, memasuki ruang sempit dengan cahaya yang terbatas, bahkan Kami sempat berfoto di dalamnya. Ya, Allah, kapan Kami bisa datang lagi ke tempat ini, tempat yang paling suci di bumiMu.
Kami meninggalkan tempat ini dalam kenangan dan catatan penting di hati Kami. Bila selama ini, sejak kecil sudah mendengar kisah Israk dan Mikraj, tapi kali ini, bisa melihat sendiri dari mana Muhammad SAW mengawali perjalanan yang kecepatannya ratusan kali kecepatan cahaya.
Kami meninggalkan Dome of the Rock dengan batu Ash-Shakrah, ke arah Barat Daya Aqsho. Kami menuju satu situs penting lainnya terkait dengan Israk dan Mikraj itu. Di sini ada Masjid Al-Buraq
Masjid Al-Buraq, Kendaraan Muhammad Ditambatkan
Buraq adalah hewan yang digambarkan mirip kuda bersayap yang dikendarai saat malam hari. Masjid ini disebut Masjid Al-Buraq karena di dinding masjid terdapat sebuah cincin, umat Islam percaya bahwa Nabi Muhammad SAW mengikat Buraq yang membawanya dari Masjid Al-Hamra ke Masjid Al-Aqsa selama perjalanan malam.
Letak masjid ini berada di dalam lorong yang dahulunya mengarah ke gerbang Pengampunan (Bab Hittah) atau gerbang Barclay di ujung selatan. Fungsi gerbang bagian dalam adalah sebagai pintu masuk ke Temple Mount selama periode Islam. Pintu masuk bagian bawah tanah terletak di bagian utara langsung ke kiri
dari gerbang Moor (Bab Al-Magharibah).
“Dari Abdullah bin Mas’ud bahwasannya Rasulullah SAW berkata: Aku telah disediakan buraq, aku pun duduk di belakang Jibril dan berangkatlah bersama. Ketika hendak naik kedua kakinya diangkat ke atas, dan ketika turun kedua tangannya yang diangkat,” salah satu hadis yang menjelaskan mengenai buraq. Dalam hadis lain dijelaskan pula buraq berupa hewan yang berwarna putih dan mempunyai ukuran lebih besar dari keledai. Di kepala buraq terdapat satu tanduk.
“Dari Anas bin Malik bahwasanya Rasulullah SAW berkata: Aku diberi buraq dia hewan tunggangan yang berwarna putih lebih besar dari keledai tapi lebih kecil dari bighal yang satu tanduknya terdapat di pucuk kepalanya,” bunyi hadis tersebut.
Peristiwa Isra Mi’raj ini merupakan salah satu peristiwa yang harus diimani oleh umat Islam karena terjadi atas kuasa dan izin Allah SWT.
Di Masjid Al-Buraq inilah, Buraq yang kendarai Muhammad SAW dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsho ditambatkan, selanjutnya Muhammad berangkat ke langit.
Dinding Ratapan Tempat Suci Yahudi
Dari Masjid Al-Buraq, Kami melintasi lorong kecil menuju dinding ratapan dimana ratusan umat Yahudi sedang berdoa di sana. Kami lintasi lorong kecil kemudian bertemu pintu masuk yang lengkap dengan X-ray. Semua barang berupa tas tentengan diperiksa. Tentu saja ini SOP agar tidak mudah bagi Palestina meloloskan senjata yang berbahaya di sini.
Ketatnya pengawasan Komplek Masjid Aqsho tentulah persoalan penguasaan kawasan suci itu. Umat Yahudi menginginkan kompleks Masjid Al-Aqsa karena ada Tembok Ratapan. Kaum Yahudi, yakin tempat tersebut satu-satunya struktur yang selamat dari Kuil Herodian. Komunitas Yahudi tidak pernah tunjukkan kepentingan apapun mengenai porsi tembok tersebut sebelumnya.
Walaupun mereka menganggapnya sebagai struktur satu-satunya yang selamat dari Kuil Kedua, Tembok Ratapan tidak pernah menjadi bagian dari Kuil tersebut. Yang jadi incaran mereka adalah struktur di bawah struktur yang kini ada menjadi plaza di atas kompleks Al-Aqsa. Itulah sebabnya Yahudi ingin menggali di bawah Masjid Al-Aqsa, karena dulunya tempat itu menjadi pusat kehidupan bagi mereka. Namun bukan menjadi pusat peribadatan, rupanya yang tersimpan di bawah tanah tersebut adalah pusat perbelanjaan, tidak memiliki nilai agamis sama sekali.
Tembok Ratapan terdiri atas 45 batu kuarsa, 28 batu di atas tanah dan 17 lagi di bawah tanah. Tujuh tingkat pertama yang tampak adalah dari periode Herodian. Sementara 4 kuarsa selanjutnya yang terdiri dari batu-batu yang lebih kecil tertanggal dari periode Dinasti Muslim Umayyad (abad ke-8). Di atasnya lagi adalah 17 kuarsa berbentuk batu-batu kecil dari periode Dinasti Muslim Mamluk (abad ke-13-16).
Bangsa Roma menghancurkan Kuil Herod setelah Perang Yahudi di tahun 70 Sebelum Masehi (SM) dan beberapa Yahudi yang tetap ada di kota setelah perang diusir dari wilayah tersebut. Hanya bagian barat tembok dari sisi dalam Kuil yang tetap berdiri.
Tembok Ratapan menjadi fitur permanen dalam tradisi Yahudi sekitar tahun 1520 saat ide yang menyebar adalah kaum Yahudi tidak seharusnya memasuki kuil karena mereka tidak ‘murni’ lagi. Kaum Yahudi kemudian mulai berkumpul di depan tembok itu untuk berdoa, dan akhirnya turun-temurun menjadi tradisi.
Kami meninggalkan kawasan Tembok Ratapan ini, Sore sudah semakin berat ke barat, Cahaya di langit mulai gelap. Selanjutnya perjalanan dilanjutkan ke Bukit Zaitun. Hanya beberapa meter dari kawasan Aqsho dengan menaiki jalan mendaki.
Dari Bukit Zaitun Melihat Palestina Kota Suci
Bukit Zaitun ini berlokasi di Kota Yerusalem bagian timur. Di sini bisa menikmati pemandangan kota yang indah dari atas bukit. Selain itu, juga bisa menyaksikan Dome of Rock dan memasuki masjid kubah emas.
Bukit Zaitun dalam bahasa Ibrani adalah Har HaZeitim yang artinya Har : Bukit dan HaZeitim : Pohon Zaitun. Dalam bahasa Arab disebut Jebel az Zeitun. Gunung Zaitun memiliki tiga puncak yang membentang dari utara ke selatan, dengan yang tertinggi adalah AtTur pada ketinggian 818 meter (2.683 kaki). Dinamakan demikian karena kebun zaitun yang mengelilingi lerengnya.
Bukit Zaitun dikaitkan dengan sejarah Yahudi, Kristen, dan Muslim. Menurut kepercayaan Yahudi, Mesias yang telah lama ditunggu-tunggu akan melewati Bukit Zaitun di Palestina ini. Dari bukit ini, Mesias datang ke Bait Suci melalui gerbang timur kota.
Dari Bukit Zaitun, Kami memandang Palestina dari atas. Masjid Aqsho tampak bersinar cerah. Lampu-lampu Kota Jerussalem, membuat kami enggan untuk meninggalkan tempat ini. Namun, kami tetap harus meninggalkan bukit ini, karena harus istirahat untuk perjalanan Kami yang masih panjang….. (Bersambung)