Prof. Dr. Ir. H Rizal Ramli, MA adalah sosok tak asing dalam perjalanan kehidupan berbangsa dan bernegara bagi Indonesia hingga saat ini.
Rizal Ramli orang mudah menyebutnya adalah pria kelahiran Padang, Sumatra Barat 10 Desember 1945 dari seorang ayah bernama Ramli yang bekerja sebagai Wedana dan ibu bernama Rabiah yang bekerja sebagai guru.
Kecerdasan Rizal Ramli sudah terlihat semenjak kecil dimana pada usia 3 tahun beliau telah bisa membaca yang mungkin belum bisa dilakukan anak seusianya di zaman itu.
Ketika beranjak kanak-kanan atau berusia 7 tahun, Rizal Ramli harus tinggal bersama neneknya di Bogor karena kedua orangtuanya telah tiada.
Selama di Kota Bogor tersebut Rizal Ramli menamatkan sekolahnya dari SD sampai dengan SMA yang kemudian setelah lulus dari SMA beliau diterima di Institut Teknologi Bandung (ITB) tepatnya di jurusan fisika.
Namun karena tak memiliki biaya ketika melanjutkan ke perguruan tinggi, akhirnya beliau selama kurang lebih 6 bulan bekerja di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan pada bagian percetakan.
Disana beliau menyisihkan penghasilanya untuk ditabung agar bisa melunasi uang muka dan biaya kuliahnya di Institut Teknologi Bandung (ITB).
Selama itu juga agar bisa menopang biaya kuliahnya beliau bekerja menjadi seorang penerjemah artikel ilmiah Bahasa Inggris bagi dosen dan mahasiswa.
Karier Organisasi dan Aktivis
Rizal Ramli bukanlah sosok yang lempeng-lempeng saja ketika menjadi seorang mahasiswa, beliau adalah sosok orang yang rajin berorgansisasi.
Hal itu terlihat dari didaulatnya beliau sebagai Presiden Student English Forum (SEF) ITB dan menjadi wakil Dewan Mahasiswa (Dema) dari tahun 1976-1977.
Sudah saya katakana, Rizal Ramli bukanlah sosok mahasiswa yang lempeng-lempeng saja namun sangat aktif dalam kegiatan organisasi dan aktifis.
Puncaknya ketika Rizal Ramli bersama dengan rekan-rekanya menerbitkan buku berjudul “Buku Putih Perjuangan Mahasiswa ITB” yang diterjemahkan ke dalam delapan bahasa asing oleh Prof. Ben Anderson dari Amerika Serikat.
Perihal buku itulah kemudian Rizal Ramli bersama-sama dengan rekan-rekanya harus ditangkap oleh pemerintah Soeharto dan dijebloskan ke Sukamiskin pada tahun 1970.
Berkuliah Ke luar Negri
Setiap peristiwa pasti memiliki hikmahnya masing-masing, selama di Sukamiskin Rizal Ramli sangat gandrung dengan buku-buku yang berbau ekonomi yang diberikan oleh teman-temanya.
Dari hal itulah kemudian membuat Rizal Ramli setelah keluar dari Sukamiskin yang mengurungnya kurang lebih satu tahun berusaha mencari beasiswa ke luar negeri.
Pencarian itupun akhirnya didapatkanya melalui beasiswa Ford Fondation atas rekomendasi Buyung Nasution dan Rektor ITB kala itu.
Setelah mendapatkan beasiswa, kemudian Rizal Ramli mendaftar pada juruasan ekonomi di Boston University.
Selama kurang lebih satu setengah tahun akhirnya Rizal Ramli berhasil menyelesaikan kuliahnya dan kemudian kembali ke Indonesia.
Gelar Doktor Rizal Ramli
Setelah kembali ke Indonesia, tepatnya pada tahun 1982 Rizal Ramli kemudian menikah dengan Herawati dan setelah itu Rizal Ramli kembali berkuliah lewat beasiswa dari Boston University.
Dari beasiswa tersebut akhirnya pada tahun 1990 Rizal Ramli berhasil mendapat gelar Doktor atau P.hd dari Boston University.
Setelah meraih gelar Doktor kemudian Rizal Ramli kembali pulang ke tanah air dan mendirikan Econit Advisory Grop dan aktif mengkritisi kebijakan pemerintahan presiden Soeharto.
Selain itu Rizal Ramli bersama dengan kawan-kawannya juga mendirikan Komite Bangkit Indonesia (KBI) dengan ketua adalah Rizal Ramli sendiri.
Rizal Ramli Meninggal Dunia
Sepenggel kisah seorang Rizal Ramli yang hari ini dikabarkan meninggal dunia pada tanggal 2 Januari 2023 di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) pada pukul 19.30 WIB patut menjadi contoh dalam hal ketegasan dan keberanian dalam mengambil sikap terkait hal-hal yang perlu di perjuangkan.
Tak hanya itu, semangat pantang menyerah beliau dalam meraih setiap yang dicita-citakanya juga perlu diambil pembelajaran bagi kita untuk tidak mudah menyerah dengan keadaan dan situasi yang membelenggu kita.
Innalillahi wa inna ilayhi raji’un , semoga beliau senantiasa dilimpahkan keberkahan dan kebaikan serta amal baiknya selalu mengalir untuk beliau. (Agustian Deny Ardiansyah/kompas.com)