Gema Kosong
Oleh : Ahmadrody Nasution
Siapa sangka dulu baik sekarang dipertanyakkan keadaannya, Di kala zaman kian maju dan purifikasi sosial meningkat. Dari dianggap liberalisme, konservatisme, sosialisme, feminisme, nasionalisme, dan sampai memandu cara pandang tindakan para kadernya. Disini penulis memberikan filosofi yang artinya menggambarkan ideologi yang dulu bergaung kuat, sekarang hanya menghasilkan gema yang hampa tanpa makna. Di maksud disini yakni ideologi Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) yang konon katanya teguh pada nilai-nilai dan prinsip-prinsip aslinya, namun sekarang bisa dikatakan “Panta Rhei” (semua mengalir). Ini menekankan bahwa segala sesuatu terus berubah dan beradaptasi seiring waktu. Bayangan masa lalu itu juga menjadi pedoman kian waktu sirna ditelan bumi, bahwa ideologi IMM kini hanya merupakan refleksi lemah dari kejayaan atau relevansinya masa lalu.
Ideologi itu sekarang hanya cap dimulut saja tanpa perbuatan mengedepankan nilai kolektif dan kologial. Mengadopsi itu adalah kombinasi yang sangat membantu dalam memahami dan merespons nilai-nilai luhung dalam bergerak maju dengan pendekatan yang adaptif dan konstruktif dalam IMM.
Peluruhan keyakinan menyiratkan erosi pada sistem dan dukungan terhadap ideologi IMM tersebut. Maka perlunya landasan pacu yang kuat dalam mengatasi kerapuhan bangunan wadah itu dengan mempertahankan integritas dan konsistensinya dalam menjalankan prinsip-prinsip yang sudah dituangkan para tokoh terdahulu pada pondasi pembentukan IMM. Dengan begitu paradigma ideologi bisa bermakna subjektif terkait degradasi ideologi dengan cara yang lebih kaya dan mendalam untuk memahami dan mengkomunikasikan pengalaman berikatan.
Perubahan sosial juga salah satu revolusi yang didorong oleh ideologi gerakan dalam reformasi. Oleh sebab itu kontinuitas dan stabilitas memberikan pertahanan pada nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang konsisten dalam jangka waktu yang panjang. Seperti kata Kuntowijoyo mangartikan kata “Transendensi” ialah hubungan sosial pada sang pencipta dimana humanisasi dan liberasi, tujuan akhir dari proses liberasi dan humanisasi adalah
tuhan. Maka transendensi tersebut merupakan respon terhadap ilmu sosial yang selama ini bercorak positivistik, menafikan hal yang berkaitan dengan agama. Proses modernisasi yang dilakukan oleh bangsa barat yang cendrung menafikan agama menjadikan posisi agama termarginalkan. Tetapi akses positif modernisasi yang ditimbulkan barat telah menjadikan agama sebagai alternatif untuk menyelesaikan persoalan sosial.
Ada pun pemaknaan dari Roger Garaudy terhadap transendensi ; bahwa transendensi menghilangkan nafsu manusia yang serakah dan nafsu kekuasaan, memiliki kontinuitas kebersamaan tuhan dan manusia, mengakui keunggulan norma mutlak diatas akal manusia.
Dengan mengekspresikan pengalaman justru akan menggambarkan fenomena yang jarang dibuat oleh para aktivis lainnya. Namun demikian orientasi itu akan berjalan jelas dan terarah dalam mempertahankan kekuatan ideologi dengan afliansi identitas berdasarkan hasil dan manfaat praktisnya dalam kehidupan nyata.
Maka akhir penulisan ini, kita sebagai kader persyarikatan terkhusus organisasi otonom Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) apapun badai dan angin topan menerpa kita harus tetap pada poros ideologi kita sebagai kaum muda pergerakan yang adhi luhung dan pemegang gelar tuhan salah satunya yang ada di muka bumi ini,dalam berbangsa dan bernegara dengan tantangan sosial yang datang. Walaupun begitu semuanya kita potokkan atau reference dengan al-quran dan as-sunah selaku sebagai organisasi agama serta lebihnya
kita serahkan pada tuhan maha segalanya. (***)
Penulis, Ahmadrody Nasution, Aktifis IMM FAI UMSU