Energi Tobat Upaya Mengusir Covid-19 Dalam Perspektif Alquran dan as-Sunnah
(Bagian Kedua/Penutup)
Oleh : Dr. Sulidar, M.Ag
Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sumatera Utara
Periode 2015-2020.
As-Sunnah berbicara tentang Tobat
حَدَّثَنِي عَبْدُ اللهِ بْنُ مَسْلَمَةَ بْنِ قَعْنَبٍ الْقَعْنَبِيُّ حَدَّثَنَا الْمُغِيرَةُ يَعْنِي ابْنَ عَبْدِ الرَّحْمَنِ الْحِزَامِيَّ عَنْ أَبِي الزِّنَادِ عَنْ الأَعْرَجِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اللهُ أَشَدُّ فَرَحًا بِتَوْبَةِ أَحَدِكُمْ مِنْ أَحَدِكُمْ بِضَالَّتِهِ إِذَا وَجَدَهَا.
Telah menceritakan kepadaku ‘Abdullah bin Masla mah bin Qa’nab Al-Qa’nabi telah menceritakan kepada kami Al-Mughirah bin ‘Abdurrahman Al-Hizami dari Abu Az-Zinad dari Al-A’raj dari Abu Hurairah dia ber kata; “Rasul saw. bersabda: ‘Allah Ta’ala sangat gembi ra menerima tobat seseorang kamu, melebihi kegem biraan seseorang yang menemukan kembali barangnya yang hilang.” H.R.Muslim. no. 4928.
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الصَّبَّاحِ وَزُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ قَالا حَدَّثَنَا عُمَرُ بْنُ يُونُسَ حَدَّثَنَا عِكْرِمَةُ بْنُ عَمَّارٍ حَدَّثَنَا إِسْحَقُ بْنُ عَبْدِ اللهِ بْنِ أَبِي طَلْحَةَ حَدَّثَنَا أَنَسُ بْنُ مَالِكٍ وَهُوَ عَمُّهُ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَلَّهُ أَشَدُّ فَرَحًا بِتَوْبَةِ عَبْدِهِ حِينَ يَتُوبُ إِلَيْهِ مِنْ أَحَدِكُمْ كَانَ عَلَى رَاحِلَتِهِ بِأَرْضِ فَلَاةٍ فَانْفَلَتَتْ مِنْهُ وَعَلَيْهَا طَعَامُهُ وَشَرَابُهُ فَأَيِسَ مِنْهَا فَأَتَى شَجَرَةً فَاضْطَجَعَ فِي ظِلِّهَا قَدْ أَيِسَ مِنْ رَاحِلَتِهِ فَبَيْنَا هُوَ كَذَلِكَ إِذَا هُوَ بِهَا قَائِمَةً عِنْدَهُ فَأَخَذَ بِخِطَامِهَا ثُمَّ قَالَ مِنْ شِدَّةِ الْفَرَحِ اللَّهُمَّ أَنْتَ عَبْدِي وَأَنَا رَبُّكَ أَخْطَأَ مِنْ شِدَّةِ الْفَرَحِ.
Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin As-Sab bah dan Zuhair bin Harb mereka berdua berkata; telah men ceritakan kepada kami ‘Umar bin Yunus telah mencerita kan kepada kami ‘Ikrimah bin ‘Ammar telah menceritakan kepada kami Ishaq bin ‘Abdullah bin Abu Talhah telah menceritakan kepada kami Anas bin Malik-dan dia adalah pamannya-dia berkata: Rasul saw. bersabda; “Sungguh ke gembiraan Allah karena taubatnya hamba-Nya melebihi ke gembira an salah seorang dari kalian terhadap hewan tung gangan nya di sebuah padang pasir yang luas, namun tiba-tiba hewan tersebut lepas, padahal di atasnya ada makanan dan minuman hingga akhirnya dia merasa putus asa untuk menemukannya kembali.kemudian ia beristirahat di bawah pohon, namun di saat itu, tiba-tiba dia mendapatkan untanya sudah berdiri di sampingnya. Ia pun segera mengambil tali kekangnya kemudian berkata;’Ya Allah Engkau hambaku dan aku ini Tuhan-Mu.’ Dia telah salah berdo’a karena terlalu senang.’” H.R. Muslim. No. 4932.
حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ يَعْقُوبَ حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ عَيَّاشٍ الْحِمْصِيُّ حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ ثَابِتِ بْنِ ثَوْبَانَ عَنْ أَبِيهِ عَنْ مَكْحُولٍ عَنْ جُبَيْرِ بْنِ نُفَيْرٍ عَنْ ابْنِ عُمَرَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ اللهَ يَقْبَلُ تَوْبَةَ الْعَبْدِ مَا لَمْ يُغَرْغِرْ.
Telah menceritakan kepada kami Ibrahim bin Ya’qub telah menceritakan kepada kami Ali bin ‘Ayyasy Al Himshi telah menceritakan kepada kami Abdurrahman bin Tsabit bin Tsauban dari ayahnya dari Makhul dari Jubair bin Nufair dari Ibnu Umar dari Nabi saw., beli au bersabda: “Sesungguhnya Allah menerima tobat se orang hamba selama nyawanya belum sampai ke teng gorokan.” H.R.at-Tirmizi.No.3460.
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ عَمْرِو بْنِ مُرَّةَ قَالَ سَمِعْتُ أَبَا عُبَيْدَةَ يُحَدِّثُ عَنْ أَبِي مُوسَى عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ يَبْسُطُ يَدَهُ بِاللَّيْلِ لِيَتُوبَ مُسِيءُ النَّهَارِ وَيَبْسُطُ يَدَهُ بِالنَّهَارِ لِيَتُوبَ مُسِيءُ اللَّيْلِ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ مِنْ مَغْرِبِهَا.
Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Al Mutsanna telah menceritakan kepada kami Muham mad bin Ja’far telah menceritakan kepada kami Syu’ bah dari ‘Amru bin Murrah dia berkata; aku mende ngar Abu ‘Ubaidah bercerita dari Abu Musa dari Nabi saw. beliau bersabda:”Allah swt akan senantiasa mem buka lebar-lebar tangan-Nya pada malam hari untuk menerima tobat orang yang berbuat dosa pada siang hari dan Allah senantiasa akan membuka tangan-Nya pada siang hari untuk menerima tobat orang yang ber buat dosa pada malam hari, dan yang demikian terus berlaku hingga matahari terbit dari barat.” H.R. Mus lim, No. 4954.
حَدَّثَنَا عَبْدُ الْعَزِيزِ بْنُ عَبْدِ اللهِ حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ سَعْدٍ عَنْ صَالِحٍ عَنْ ابْنِ شِهَابٍ قَالَ أَخْبَرَنِي أَنَسُ بْنُ مَالِكٍ أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَوْ أَنَّ ِلابْنِ آدَمَ وَادِيًا مِنْ ذَهَبٍ أَحَبَّ أَنْ يَكُونَ لَهُ وَادِيَانِ وَلَنْ يَمْلَأَ فَاهُ إِلا التُّرَابُ وَيَتُوبُ اللهُ عَلَى مَنْ تَابَ.
Telah menceritakan kepada kami ‘Abdul ‘Aziz bin ‘Abdillah, Telah menceritakan kepada kami Ibrahim bin Sa’ad dari Salih dari Iibn Syihab berkata dia telah meng khabarkan kepadaku Anas bin Malik bahwasannya Rasul saw bersabda:“Seandainya seorang anak Adam (manusia) memiliki satu lembah emas, tentu ia akan menginginkan memiliki dua lembah, dan sama sekali tidak akan memenuhi mulutnya (merasa puas) selain tanah (yaitu setelah mati) dan Allah menerima tobat orang-orang yang berto bat.H.R.al-Bukhari.No. 5959.
حَدَّثَنَا عُثْمَانُ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا جَرِيرٌ عَنْ مَنْصُورٍ حَدَّثَنِي سَعِيدُ بْنُ جُبَيْرٍ أَوْ قَالَ حَدَّثَنِي الْحَكَمُ عَنْ سَعِيدِ بْنِ جُبَيْرٍ قَالَ أَمَرَنِي عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ أَبْزَى قَالَ سَلْ ابْنَ عَبَّاسٍ عَنْ هَاتَيْنِ الْآيَتَيْنِ مَا أَمْرُهُمَا{ وَلا تَقْتُلُوا النَّفْسَ الَّتِي حَرَّمَ اللهُ إِلا بِالْحَقِّ }{ وَمَنْ يَقْتُلْ مُؤْمِنًا مُتَعَمِّدًا }فَسَأَلْتُ ابْنَ عَبَّاسٍ فَقَالَ لَمَّا أُنْزِلَتْ الَّتِي فِي الْفُرْقَانِ قَالَ مُشْرِكُو أَهْلِ مَكَّةَ فَقَدْ قَتَلْنَا النَّفْسَ الَّتِي حَرَّمَ اللهُ وَدَعَوْنَا مَعَ اللهِ إِلَهًا آخَرَ وَقَدْ أَتَيْنَا الْفَوَاحِشَ فَأَنْزَلَ اللهُ{ إِلا مَنْ تَابَ وَآمَنَ }الآيَةَ فَهَذِهِ لِأُولَئِكَ وَأَمَّا الَّتِي فِي النِّسَاءِ الرَّجُلُ إِذَا عَرَفَ الإِسْلامَ وَشَرَائِعَهُ ثُمَّ قَتَلَ فَجَزَاؤُهُ جَهَنَّمُ فَذَكَرْتُهُ لِمُجَاهِدٍ فَقَالَ إَِا مَنْ نَدِمَ.
Telah menceritakan kepada kami ‘Usman bin Abu Syaibah telah menceritakan kepada kami Jarir dari Manshur telah menceritakan kepadaku Sa’id bin Jubair -atau dia berkata, telah menceritakan kepadaku Al-Hakam dari Sa’id bin Ju bair berkata,-‘Abdurrahman bin Abza menyuruhku, kata nya; “Tanyalah kepada Ibnu ‘Abbas tentang dua ayat ini dan apa maksudnya, yaitu yang pertama firman Allah da lam Q.S.al-Isra`/17:33; (“Dan janganlah kalian membunuh jiwa yang diharamkan Allah kecuali dengan haq (alasan yang benar) ” dan yang kedua firman Allah dalam Q.S.an-Nisa’/4:93:(“Dan barangsiapa yang membunuh orang beri man dengan sengaja…)Maka aku bertanya kepada Ibnu ‘Abbas, maka dia menjelaskan; Ketika turun firman Allah yang serupa ini pada surah al-Furqan, orang-orang musy rik penduduk Makkah berkata; “Sungguh kita telah mem bunuh jiwa yang diharamkan Allah dan kita juga menyem bah selain Allah dan kita telah banyak berbuat maksiat, maka Allah menurunkan firman-Nya yang artinya:”… kecuali siapa yang bertobat dan beriman…”(Q.S.al-Furqan/ 25:70). Nah, ayat-ayat ini turun untuk mereka. Adapun ayat yang ada dalam surah an-Nisa’ adalah bila seseorang telah mengenal Islam dan syari’atnya, kemudian dia membunuh seseorang dengan sengaja maka balasan baginya adalah neraka jahannam”.Kemudian keterangan ini aku sampaikan kepada Mujahid maka dia berkata; “Kecuali sia pa yang menyesali perbuartannya”.H.R.al-Bukhari.
Rasul saw beristighfar minimal lebih dari 70 kali sehari
حَدَّثَنَا أَبُو الْيَمَانِ أَخْبَرَنَا شُعَيْبٌ عَنْ الزُّهْرِيِّ قَالَ أَخْبَرَنِي أَبُو سَلَمَةَ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ قَالَ قَالَ أَبُو هُرَيْرَةَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ وَاللهِ إِنِّي َلأَسْتَغْفِرُ اللهَ وَأَتُوبُ إِلَيْهِ فِي الْيَوْمِ أَكْثَرَ مِنْ سَبْعِينَ مَرَّةً
Telah menceritakan kepada kami Abu Al Yaman telah mengabarkan kepada kami Syu’aib dari Az-Zuhri dia berkata; telah mengabarkan kepadaku Abu Salamah bin Abdurrahman dia berkata; Abu Hurairah berkata; saya mende ngar Rasul saw. bersabda: “Demi Allah, sesungguhnya aku beristighfar (meminta ampunan) dan bertaubat kepada Allah dalam satu hari lebih dari tujuh puluh kali.”H.R.al-Bukhari. No. 5832.
Rasul istighfar 100 kali dalam sehari
حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ حَرْبٍ وَمُسَدَّدٌ قَالا حَدَّثَنَا حَمَّادٌ عَنْ ثَابِتٍ عَنْ أَبِي بُرْدَةَ عَنِ اْلأَغَرِّ الْمُزَنِيِّ قَالَ مُسَدَّدٌ فِي حَدِيثِهِ وَكَانَتْ لَهُ صُحْبَةٌ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّهُ لَيُغَانُ عَلَى قَلْبِي وَإِنِّي َلأَسْتَغْفِرُ اللهَ فِي كُلِّ يَوْمٍ مِائَةَ مَرَّةٍ.
Telah menceritakan kepada Kami Sulaiman bin Harb serta Musaddad mereka berkata; telah menceritakan kepada Kami Hammad dari Sabit dari Abu Burdah dari Al-Aghar Al-Muzani, Musaddad yang pernah me nyertai Nabi saw. dalam haditsnya mengatakan; Rasul saw. bersabda: “Sesungguh nya hatiku pernah tertutup dan aku beristighfar kepada Allah dalam sehari sebanyak seratus kali.”H.R.Abu Dawud. No. 1294.
Dianjurkan untuk membaca Sayyidul Istighfar:
Kalimat Sayyidul Istighfar adalah:
َاللَّهُمَّ أَنْتَ رَبِّي لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ خَلَقْتَنِي وَأَنَا عَبْدُكَ وَأَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ أَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ أَبُوءُ لَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَيَّ وَأَبُوءُ لَكَ بِذَنْبِي فَاغْفِرْ لِي فَإِنَّهُ لا يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلاَّ أَنْتَ.
Dasarmya:
حَدَّثَنَا أَبُو مَعْمَرٍ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْوَارِثِ حَدَّثَنَا الْحُسَيْنُ حَدَّثَنَا عَبْدُ اللهِ بْنُ بُرَيْدَةَ قَالَ حَدَّثَنِي بُشَيْرُ بْنُ كَعْبٍ الْعَدَوِيُّ قَالَ حَدَّثَنِي شَدَّادُ بْنُ أَوْسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سَيِّدُ اِلاسْتِغْفَارِ أَنْ تَقُولَ اللَّهُمَّ أَنْتَ رَبِّي لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ خَلَقْتَنِي وَأَنَا عَبْدُكَ وَأَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ أَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ أَبُوءُ لَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَيَّ وَأَبُوءُ لَكَ بِذَنْبِي فَاغْفِرْ لِي فَإِنَّهُ لا يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلاَّ أَنْتَ قَالَ وَمَنْ قَالَهَا مِنْ النَّهَارِ مُوقِنًا بِهَا فَمَاتَ مِنْ يَوْمِهِ قَبْلَ أَنْ يُمْسِيَ فَهُوَ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ وَمَنْ قَالَهَا مِنْ اللَّيْلِ وَهُوَ مُوقِنٌ بِهَا فَمَاتَ قَبْلَ أَنْ يُصْبِحَ فَهُوَ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ.
Telah menceritakan kepada kami Abu Ma’ mar telah menceritakan kepada kami Abdul Warits telah mence ritakan kepada kami Al-Husain telah menceritakan kepada ka mi Abdullah bin Buraidah dia berkata; telah menceritakan kepadaku Busyair bin Ka’b Al-‘Adawi dia berkata; telah menceritakan kepadaku Syaddad bin Aus ra. dari Nabi saw.;”Sesungguhnya istighfar yang paling baik adalah; kamu mengucapkan: (Ya Allah, Engkau adalah Tuhanku, tidak ada Tuhan yang berhak diibadahi selain Engkau. Engkau telah menciptakanku dan aku adalah hamba-Mu.Aku menetapi perjanjian-Mu dan janji-Mu sesuai dengan kemampuanku. Aku berlindung kepada -Mu dari keburukan perbuatanku, aku mengakui dosaku kepada-Mu dan aku akui nik mat-Mu kepadaku, maka ampunilah aku. Sebab tidak ada yang dapat mengampuni dosa selain-Mu)’ “Beliau bersabda: ‘Jika ia mengucapkan di waktu siang dengan penuh keyakinan lalu meninggal pada hari itu sebelum waktu sore, maka ia termasuk dari penghuni surga. Dan jika ia membacanya diwaktu malam dengan pe nuh keyakinan lalu meninggal sebelum masuk waktu pagi, maka ia termasuk dari penghuni surga.’H.R.al-Bukhari. No. 5831.
Atau baca yang ini:
اللَّهُمَّ أَنْتَ رَبِّي لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ خَلَقْتَنِي وَأَنَا عَبْدُكَ وَأَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ أَبُوءُ لَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَيَّ وَأَبُوءُ لَكَ بِذَنْبِي فَاغْفِرْ لِي فَإِنَّهُ لاَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلاَّ أَنْتَ أَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ.
Dasarnya :
حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ زُرَيْعٍ حَدَّثَنَا حُسَيْنٌ حَدَّثَنَا عَبْدُ اللهِ بْنُ بُرَيْدَةَ عَنْ بُشَيْرِ بْنِ كَعْبٍ عَنْ شَدَّادِ بْنِ أَوْسٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ سَيِّدُ اِلاسْتِغْفَارِ اللَّهُمَّ أَنْتَ رَبِّي لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ خَلَقْتَنِي وَأَنَا عَبْدُكَ وَأَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ أَبُوءُ لَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَيَّ وَأَبُوءُ لَكَ بِذَنْبِي فَاغْفِرْ لِي فَإِنَّهُ لاَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلاَّ أَنْتَ أَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ إِذَا قَالَ حِينَ يُمْسِي فَمَاتَ دَخَلَ الْجَنَّةَ أَوْ كَانَ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ وَإِذَا قَالَ حِينَ يُصْبِحُ فَمَاتَ مِنْ يَوْمِهِ مِثْلَهُ.
Telah menceritakan kepada kami Musaddad telah men ceritakan kepada kami Yazid bin Zurai’ telah menceri takan kepada kami Husain telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Buraidah dari Busyair bin Ka’b dari Syaddad bin Aus dari Nabi saw. beliau bersabda: “Sesung guhnya istighfar yang paling baik adalah; jika seorang hamba mengucapkan: (Ya Allah, Engkau adalah Tuhanku, tidak ada Tuhan yang berhak diibada hi selain Engkau. Engkau telah menciptakanku dan aku adalah hamba-Mu. Aku menetapi perjanjian-Mu dan janji-Mu sesuai dengan kemampuanku. Aku berlindung kepada-Mu dari keburu kan perbuatanku, aku me ngakui dosaku kepada -Mu dan aku akui nikmat-Mu kepadaku, maka ampunilah aku. Se bab tidak ada yang dapat mengampuni dosa selain-Mu, dan aku meminta ampun dari segala yang pernah aku perbuat)’. Jika ia mengucapkan diwaktu sore lalu me ninggal, maka ia akan masuk surga. Jika ia membacanya di waktu pagi lalu meninggal, maka ia mendapatkan se perti itu juga (masuk surga).” H.R.al-Bukhari.No. 5848.
Tobatnya Seorang Pembunuh hingga 100 orang
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى وَمُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ وَاللَّفْظُ ِلابْنِ الْمُثَنَّى قَالا حَدَّثَنَا مُعَاذُ بْنُ هِشَامٍ حَدَّثَنِي أَبِي عَنْ قَتَادَةَ عَنْ أَبِي الصِّدِّيقِ عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ أَنَّ نَبِيَّ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ كَانَ فِيمَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ رَجُلٌ قَتَلَ تِسْعَةً وَتِسْعِينَ نَفْسًا فَسَأَلَ عَنْ أَعْلَمِ أَهْلِ الأَرْضِ فَدُلَّ عَلَى رَاهِبٍ فَأَتَاهُ فَقَالَ إِنَّهُ قَتَلَ تِسْعَةً وَتِسْعِينَ نَفْسًا فَهَلْ لَهُ مِنْ تَوْبَةٍ فَقَالَ لاَ فَقَتَلَهُ فَكَمَّلَ بِهِ مِائَةً ثُمَّ سَأَلَ عَنْ أَعْلَمِ أَهْلِ اْلأَرْضِ فَدُلَّ عَلَى رَجُلٍ عَالِمٍ فَقَالَ إِنَّهُ قَتَلَ مِائَةَ نَفْسٍ فَهَلْ لَهُ مِنْ تَوْبَةٍ فَقَالَ نَعَمْ وَمَنْ يَحُولُ بَيْنَهُ وَبَيْنَ التَّوْبَةِ انْطَلِقْ إِلَى أَرْضِ كَذَا وَكَذَا فَإِنَّ بِهَا أُنَاسًا يَعْبُدُونَ اللهَ فَاعْبُدْ اللهَ مَعَهُمْ وَلا تَرْجِعْ إِلَى أَرْضِكَ فَإِنَّهَا أَرْضُ سَوْءٍ فَانْطَلَقَ حَتَّى إِذَا نَصَفَ الطَّرِيقَ أَتَاهُ الْمَوْتُ فَاخْتَصَمَتْ فِيهِ مَلَائِكَةُ الرَّحْمَةِ وَمَلَائِكَةُ الْعَذَابِ فَقَالَتْ مَلَائِكَةُ الرَّحْمَةِ جَاءَ تَائِبًا مُقْبِلا بِقَلْبِهِ إِلَى اللهِ وَقَالَتْ مَلاَئِكَةُ الْعَذَابِ إِنَّهُ لَمْ يَعْمَلْ خَيْرًا قَطُّ فَأَتَاهُمْ مَلَكٌ فِي صُورَةِ آدَمِيٍّ فَجَعَلُوهُ بَيْنَهُمْ فَقَالَ قِيسُوا مَا بَيْنَ اْلأَرْضَيْنِ فَإِلَى أَيَّتِهِمَا كَانَ أَدْنَى فَهُوَ لَهُ فَقَاسُوهُ فَوَجَدُوهُ أَدْنَى إِلَى اْلأَرْضِ الَّتِي أَرَادَ فَقَبَضَتْهُ مَلاَئِكَةُ الرَّحْمَةِ قَالَ قَتَادَةُ فَقَالَ الْحَسَنُ ذُكِرَ لَنَا أَنَّهُ لَمَّا أَتَاهُ الْمَوْتُ نَأَى بِصَدْرِهِ.
Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Al-Mutsanna dan Muhammad bin Basysyar -dan lafal ini miliki Ibnul Mutsanna- mereka berdua berkata; telah mencerita kan kepada kami Mu’az bin Hisyam telah menceritakan kepadaku bapakku dari Qatadah dari Abu As-Siddiq dari Abu Sa’id Al Khudri bahwasanya Nabi saw. telah bersabda: “Pada jaman da hulu ada seorang laki-laki yang telah membunuh sembilan pu luh sembilan orang. Kemudian orang tersebut mencari orang alim yang banyak ilmunya. Lalu ditunjukan ke pada seorang rahib dan ia pun langsung mendatangi nya. Kepada rahib tersebut ia berterus terang bahwa sannya ia telah membunuh sembilan puluh sembilan orang dan apakah tobatnya itu akan diterima? Ternya ta rahib itu malahan menjawab; ‘Tidak. Taubatmu ti dak akan diterima.’ Akhirnya laki-laki itu langsung membunuh sang rahib hingga genaplah kini seratus orang yang telah dibunuh nya. Kemudian laki-laki itu mencari orang lain lagi yang paling banyak ilmunya. Lalu ditunjukan kepadanya seorang alim yang mem punyai ilmu yang banyak. Kepada orang alim tersebut, la ki-laki itu berkata; ‘Saya telah membunuh seratus orang dan apa kah taubat saya akan diterima? ‘Orang alim itu menjawab;’Ya. Tidak ada penghalang antara taubatmu dan dirimu. Pergilah ke daerah ini dan itu, karena di sana banyak orang yang beribadah kepada Allah swt. Setelah itu, beribadahlah kamu kepada Allah bersama mereka dan janganlah kamu kembali ke daerahmu, ka rena daerahmu itu termasuk lingkungan yang buruk.’ Maka berangkatlah laki-laki itu ke daerah yang telah ditunjukan tersebut. Di tengah perjalanan menuju ke sana laki-laki itu meninggal dunia. Lalu malaikat Rahmat dan Azab saling berbantahan. Malai kat Rahmat berkata; ‘Orang laki-laki ini telah berniat pergi ke suatu wilayah untuk bertobat dan beribadah kepada Allah dengan sepenuh hati.’ Malaikat Azab membantah; ‘Tetapi, bukankah ia belum berbuat baik sama sekali.’ Akhirnya datanglah seorang malaikat yang berwujud manusia menemui kedua malaikat yang sedang berbantahan itu. Maka keduanya memin ta keputusan kepada malaikat yang berwujud manusia dengan cara yang terbaik. Orang tersebut berkata; ‘U kurlah jarak yang terdekat dengan orang yang me ninggal dunia ini dari tempat berangkatnya hingga ke tempat tujuannya. Mana yang terdekat, maka itulah ke putusannya.’ Ternyata dari hasil pengukuran mereka itu terbukti bahwa orang laki-laki tersebut meninggal dunia lebih dekat ke tempat tujuannya. Dengan demi kian orang tersebut berada dalam genggaman malaikat Rahmat.’ Qatadah berkata; ‘Al-Hasan berkata; ‘Seseo rang telah berkata pada kami bahwasanya laki-laki itu meninggal dunia dalam kondisi jatuh terlungkup.’H.R. Muslim.No. 4967.
Sabda Rasul di atas, agar dipahami secara utuh, bahwa orang yang tobat dengan ikhlas, Allah swt akan memasukkannya ke dalam surga, sebab diampuni semua dosa-dosanya. Siapapun manusianya jika ia mau bertobat Allah swt sangat luas kasih sayang-Nya, sangat luas karunia-Nya, dan Maha Penerima Tobat. Coba perhatikan dalam sejarah, Umar ibn al-Khattab, sebelum Islam demimian banyak kesalahan dan dosanya, namun begitu tobat ia dijamin masuk surga oleh Rasul saw. hanya saja, harus dipenuhi syarat tobat sebagaimana yang diuraikan diawal tulisan ini.
Rasul menyuruh Kaum Wanita Banyak Istighfar
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ رُمْحِ بْنِ الْمُهَاجِرِ الْمِصْرِيُّ أَخْبَرَنَا اللَّيْثُ عَنْ ابْنِ الْهَادِ عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ دِينَارٍ عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عُمَرَعَنْ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ يَا مَعْشَرَ النِّسَاءِ تَصَدَّقْنَ وَأَكْثِرْنَ اِلاسْتِغْفَارَ فَإِنِّي رَأَيْتُكُنَّ أَكْثَرَ أَهْلِ النَّارِ فَقَالَتْ امْرَأَةٌ مِنْهُنَّ جَزْلَةٌ وَمَا لَنَا يَا رَسُولَ اللهِ أَكْثَرَ أَهْلِ النَّارِ قَالَ تُكْثِرْنَ اللَّعْنَ وَتَكْفُرْنَ الْعَشِيرَ وَمَا رَأَيْتُ مِنْ نَاقِصَاتِ عَقْلٍ وَدِينٍ أَغْلَبَ لِذِي لُبٍّ مِنْكُنَّ قَالَتْ يَا رَسُولَ اللهِ وَمَا نُقْصَانُ الْعَقْلِ وَالدِّينِ قَالَ أَمَّا نُقْصَانُ الْعَقْلِ فَشَهَادَةُ امْرَأَتَيْنِ تَعْدِلُ شَهَادَةَ رَجُلٍ فَهَذَا نُقْصَانُ الْعَقْلِ وَتَمْكُثُ اللَّيَالِي مَا تُصَلِّي وَتُفْطِرُ فِي رَمَضَانَ فَهَذَا نُقْصَانُ الدِّينِ.
Telah meriwayatkan Muhammad bin Rumh bin al-Muhajir al-Mishri telah mengabarkan kepada kami al-Laits dari Ibnu al-Had dari Abdullah bin Dinar dari Abdullah bin Umar dari Rasul saw., bahwa beliau bersabda: “Wahai kaum wanita! Bersedekahlah kamu dan perbanyakkanlah istighfar. Karena, aku melihat kaum wanitalah yang paling banyak menjadi penghuni Neraka.” Seorang wanita yang pintar di antara mereka bertanya, “Wahai Rasulullah, kenapa kaum wanita yang paling banyak menjadi penghuni Neraka?” Rasul saw.. bersabda: “Kalian banyak mengutuk dan mengingkari (pemberian nikmat dari) suami. Aku tidak melihat mereka yang kekurangan akal dan agama yang lebih menguasai pemilik akal, daripada golongan ka mu.” Wanita itu bertanya lagi, “Wahai Rasulullah! Apakah maksud kekurangan akal dan agama itu?” Rasul saw. menjawab: “Maksud kekurangan akal ialah persaksian dua orang wanita sama dengan persaksian seorang lelaki. Inilah yang dikatakan kekurangan akal. Begitu juga kaum wanita tidak mengerjakan shalat pa da malam-malam yang dilaluinya kemudian berbuka pada bulan Ramadlan (karena haid). Maka inilah yang dikatakan kekurangan agama.” H.R. Muslim.No. 114.
Dalam Sabda Rasul di atas ini, dapat diambil pelajaran bahwa agar para istri tidak melakukan 2 kesalahan atau dosa, yaitu suka merendahkan, memojok suami dan tidak berterima kassih atas jasa-jasa yang diberikan suami. Hal ini juga makna implisitnya, suami juga tidak melakukan hal yang sama, sehingga terjalin saling memahami dan mengerti antara suami istri yang akan melahirkan keharmonisan dan kebahagian rumah tangga.
Penutup
Berdasarkan uraian di atas, maka dapatlah diambil pelajaran bahwa perilaku tobat itu sangat signifikan dalam kehidupan sehari-hari. Orang-orang yang senantiasa bertobat, dengan beristighfar kepada Allah, itu maknanya telah menyadari betapa lemahnya manusia yang mudah tergoda oleh syaitan untuk berbuat dosa dan kemaksiatan. Namun, kita juga sebagai hamba harus meyakini bahwa rahmat Allah swt itu adalah sangat luas, karunia-Nya tidak terbatas, dan Allah swt adalah Maha penerima tobat, maha Pengasih dan penyayang, sehingga hambanya tidak boleh berputus asa atas rahmat-Nya.
Jika dikaitkan dengan situasi pandemi covid-19, maka perilaku tobat sangat relevan, sebab tobat itu sendiri adalah menyadari akan kesalahan dan dosa serta memperbaikinya, maka kalau hal ini kita lakukan maka kitapun tefmasuk ikut serta dalam upaya mengusir covid-19, sebab kita senantiasa terus melakukan perbaikan-perbaikan dalam segala bidang termasuk dalam hal kesehatan.
Dengan adanya perilaku tobat yang senantiasa kita lakukan, maka diharapkan Allah swt akan menurunkan rahmat-Nya kepada kita dengan menghilangkan semua mala petaka dan musibah yang sedang kita hadapi, menormalkan kembali sebagaimana sebelumnya serta memberikan pertolongan dan karunia-Nya serta keberkahan hidup kepada kita.
Orang Mukmin yang baik dan arif, bukan orang yang tidak pernah berbuat dosa dan kemaksiatan, tetapi manakalah berbuat dosa dan kemaksitan cepat-cepat menyadarinya lalu bertobat. Dengan tobat kita akan beruntung dan sukses, bahagia, baik di dunia maupun di akhirat. Wallahu a’lam bissawab.
Bibliografi
Alquran dan Terjemahnya, Departeman Agama RI.
A.W.Munawwir, Kamus al-Munawwir Arab-Indone sia Terleng kap, Edisi Kedua, Surabaya: Pustaka Progressif, 1997.
Departemen Pendidikan dan Nasional RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Keempat, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008.
Imam al-Bukhari, Sahih al-Bukhari, Beirut : Dar al-Fikr, 1401 H/1981 M.
Imam Muslim,Sahih Muslim, Beirut:Dar al-Fikr,414 H/1993 M.
Imam Abu Dawud, Sunan Abi Dawud, Beirut : Dar al-Fikr, 1416 H/1995 H.
Imam At-Tirnmizi, Sunan At-Tirmizi, Beirut : Dar al-Fikr, 1417 H/1996 H.
Imam An-Nasa’i, Sunan An-Nasa’i, Beirut : Dar al-Fikr, 1413 H/1992 H.
Imam Ibn Majah, Sunan Ibn Majah, Beirut : Dar al-Fikr, 1415 H/1994 H.
Imam Malik, Muwatta’,Beirut:Dar al-Fikr, 1409H/ 1989 M.
Imam Ahmad, Musnad Ahmad ibn Hanbal, Kairo : Dar al-Hadis: 1416 H/1996 M.
Mausu’ah al-Hadis asy-Syarif al-Kutub as-Sittah, Dar as-Salam lin-Nasyr wa at-Tuzi’, al-Mamlakah al-‘Arabiyah as-Su’udiyah, Riyad, 2000.