Selasa, 24 Juni 2025
  • Tentang Kami
  • Redaksi
Infomu
  • Beranda
  • Kabar
  • Peristiwa
  • Persyarikatan
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Literasi
  • Kolom
  • Kesehatan
  • Muktamar 48
  • Redaksi
No Result
View All Result
Infomu
  • Beranda
  • Kabar
  • Peristiwa
  • Persyarikatan
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Literasi
  • Kolom
  • Kesehatan
  • Muktamar 48
  • Redaksi
No Result
View All Result
Morning News
No Result
View All Result
Home Kolom

Kolom Shamsi Ali : Ramadan sebagai bulan transformasi #3

Syaiful Hadi by Syaiful Hadi
15 Maret 2024
in Kolom
A A
0
SHARES
395
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter
Ramadan sebagai bulan transformasi-03 
Oleh : Shamsi Ali Al-Kajangi
Semua amalan ritual yang ada di bulan Ramadan, puasa, tarawih, tilawah, ragam tasbih dan dzikir, harusnya mengantar pada situasi kehidupan sosial yang lebih baik. Perubahan kehidupan sosial ke arah yang lebih baik itulah yang kita maksud dengan transformasi atau “perubahan mendasar” (foundational change).
Tiga hal mendasar telah disampaikan terdahulu. Perubahan kwalitas iman dari iman yang bersifat pasif ke Iman yang berkarakter aktif. Juga bahwa Ramadan hendaknya menjadi momen terbaik untuk melakukan transformasi hati dan jiwa. Hati dan keadaan kejiwaan (mental state) inilah yang kemudian menentukan terjadinya transformasi yang ketiga. Yaitu pentingnya membangun akhlak karimah atau prilaku yang baik (mulia).
Empat: Ramadan harus menjadi bulan untuk merekatkan kembali hubungan kekeluargaan. Berbicara tentang keluarga ini tentu yang paling esensial adalah unit kekuarga terkecil. Biasanya disebut di Amerika dengan “immediate family members”. Mereka ini jika di Amerika bisa disponsori izin tinggal misalnya. Pasangan suami-isteri, orang tua-anak merekalah yang msuk ke dalam kategori ini.
Makna transformasi keluarga di bulan Ramadan adalah mencoba merajut kembali relasi kekeluargaan yang rentang tercabik-cabik karena banyak faktor.  Salah satunya adalah kerena kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya di bidang telekomunikasi dan informasi.
Kita sadar bahwa kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi tidak selamanya bersahabat dengan aspek kemanusiaan kita. Sebaliknya bahkan boleh saja membawa kepada hal-hal yang tidak dikehendaki (undesirable).
Kemajuan alat komunikasi, khususnya media sosial, benar-benar menjadikan dunia kita terdisrupsi (mengalami gangguan) secara mendasar. Tidak saja bahwa nilai-nilai kemanusiaan itu terlupakan. Seringkali nilai-nilai kemanusiaan (human values) itu yang seharusnya menjadi pegangan kehidupan manusia tergantikan oleh inovasi keilmuan dan teknologi.
Salah satu nilai yang terabaikan dengan kemajuan alat komunikasi (means of telecommunications) adalah kerekatan relasi antar anggota keluarga. Di sini terjadi fenomena paradoksikal. Asumsinya alat-alat komunikasi itu menjadikan komunikasi antar manusia, khususnya keluarga, menjadi lebih dekat. Justeru yang terjadi sebaliknya. Terjadi kerenggangan dan seringkali miskomunikasi antar manusia, termasuk antar anggota keluarga terjadi.
Renggangnya komunikasi dan miskomunikasi yang terjadi ini menjadikan satu nilai mengecil bahkan terasa telah hilang. Nilai itu dikenal dalam agama dengan “silaturrahim” (hubungan rahim). Rahim yang dimaksudkan pada kata itu adalah karakter relasi yang penuh kasih sayang (rahmah). Dengan kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan, khususnya di bidang telekomunikasi, menjadikan relasi antar manusia, termasuk keluarga, yang kehilangan nilai “rahmah” itu.
Saya melihat bahwa cara komunikasi kita dalam dunia saat ini sangat berbeda, bahkan sangat jauh dari nilai-nilai pada komunikasi masa lalu kita. Ambillah contoh bagaimana momen-momen koneksi kekeluargaan itu begitu kental di masa lalu melalui santapan makanan bersama. Orang tua dan anak, suami-isteri, bahkan keluarga jauh seringkali makan bersama. Sesuatu yang sederhana tapi sangat dalam makna dalam mengekspresikan relasi antar anggota keluarga itu.
Situasi itu kini telah minim bahkan tergantikan. Suami dan isteri masing-masing sibuk dengan dirinya dan alat komunikasinya. Orang tua dan anak juga demikian. Masing-masing sangat tergantung pada alat komunikasi yang ada di tangannya. Akibatnya terjadi tidak saja “gap komunikasi”. Tapi nilai relasi rahim (silaturrahim) tadi itu menjadi minim dan gersang. Hubungan antar anggota keluarga pun semakin gersang dan renggang.
Di sinilah Ramadan hadir untuk memungkinkan terjadinya transformasi itu. Ambillah satu bentuk amalan yang dijadikan kembali sebagai tradisi. Makan bersama di satu meja bersama seluruh anggota keluarga. Di waktu sahur misalnya. Yang kemudian dilanjutkan dengan Sholat subuh berjamaah bersama di mesjid atau di rumah jika Masjid memang jauh dari rumah. Tradisi ini akan dengan sendirinya merekatkan kembali relasi kekeluargaa (silaturrahim) itu.
Apalagi sekiranya waktu dan kesempatan itu ada hendaknya di rumah-rumah keluarga Muslim ada Halaqah Keluarga selama Ramadan. Di Halaqah ini masing-masing anggota keluarga memiliki kesempatan untuk mengkomunikasikan isi hati dan kepala. Di sini akan terjadi selain silaturrahmi juga silatul fikri(menyambung ide dan pikiran).
Sesungguhnya pembiasaan makan bersama dengan anggota keluarga akan membawa dampak positif untuk terbangunnya komunikasi positif bagi anggota keluarga. Sesuatu yang telah terdisrupsi secara mendasar dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi selama ini. Sekali lagi Ramadan menjadi momen yang tepat untuk mereparasi itu kembali. Semoga!
Manhattan City, 4 Ramadan 1445H
*Presiden Nusantara Foundation

Bagikan ini:

  • Twitter
  • Facebook
Tags: kolomshamsi ali

Dapatkan informasi terupdate dan terkini seputar InfoMu dan jadilah yang pertama

Tidak Setuju
Syaiful Hadi

Syaiful Hadi

Related Posts

Syahbana Daulay
Kolom

Kolom Syahbana Daulay : Tahu Diri

30 April 2025
Kolom

Kolom Syahbana Daulay: Jangan Menjauh DariNya

22 April 2025
Kolom

Kolom Syahbana Daulay: Ciri-ciri Agama Islam

21 April 2025
Kolom

Tetaplah Datang ke Masjid

12 April 2025
Dr. Arwin Juli Rakhmadi Butar-butar
Kolom

Kolom Dr. Arwin : Pesimisme dan Narasi Negatif terhadap KHGT

10 April 2025
Syahbana Daulay
Kolom

Istiqomah dan Kegentingan Sakaratul Maut

25 Maret 2025

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

SD Muhammadiyah 36 Medan Sukses Gelar Raker dan Family Gathering

24 Juni 2025

Mahasiswa Asing Mancanegara Tamatkan Belajar Bahasa Indonesia di UMM

24 Juni 2025

Buku Saku KHGT dalam Tiga Bahasa

24 Juni 2025

MUI Sumut Terbitkan Himbauan Sambut Tahun Baru Islam 1447 H: Serukan Zikir, Doa, dan Peningkatan Amal

24 Juni 2025
Salman Nasution

Muhammadiyah Melebarkan Mata Pada Pertambangan

24 Juni 2025

Majelis Lingkungan Hidup PWM Sumut Kunjungi Tambang Emas Martabe Batangtoru

24 Juni 2025

Strategi Pembangunan Ekonomi Hijau : Implementasi Teknologi Ramah Lingkungan dalam UMKM Bata Tradisional

24 Juni 2025
Infomu

© 2020 infoMU - Media Berkemajuan - Website by webmedan.com

Navigasi

  • Beranda
  • Kabar
  • Peristiwa
  • Persyarikatan
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Literasi
  • Kolom
  • Kesehatan
  • Muktamar 48
  • Redaksi

Follow Us

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Kabar
  • Peristiwa
  • Persyarikatan
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Literasi
  • Kolom
  • Kesehatan
  • Muktamar 48
  • Redaksi

© 2020 infoMU - Media Berkemajuan - Website by webmedan.com