Selamat Dunia Akhirat, ber-ZISWAF pada Muhammadiyah
Oleh Dr. Salman Nasution, SE.I.,MA
Ada yang bertanya-tanya bagaimana Muhammadiyah mampu mengembangkan dakwahnya dengan berbagai amal usahanya. Bahkan sangat mudah bagi Muhammadiyah mengembangkan ekonominya melalui amal usaha. Tidak segan-segan, individu dan oknum organisasi tetangga iri (tidak menyebutkan apa organisasinya) dengan harta yang dimiliki Muhammadiyah. Sudah diajarkan melalui beberapa seminar dan trik, tetap juga organisasi
tetangga susah untuk mengembangkan amal usahanya.
Jangan heran ketika asset Muhammadiyah disebutkan oleh beberapa perorangan dan lembaga sebagai organisasi terkaya di dunia. Adapun perorangan dan lembaga yang menyebutkan bahwa Muhammadiyah adalah organisasi terkaya adalah Sekjen DPP PKS Habib Aboe Bakar Alhabsyi, Anggota Komisi IX DPR Saleh Partaonan Daulay, Gubernur Sumatera Barat Mahyeldi Ansharullah, dan juga tidak ketinggalan media cetak dan media
online yang memberitakan organisasi ini dengan data jumlah amal usaha, dan perkembangannya.
Bukan berarti kekayaan Muhammadiyah menjadikannya pada posisi sebagai subjek penyalur, namun tidak menutup posisi Muhammadiyah sebagai penerima ZISWAF (objek) dari berbagai pihak dalam rangka menerima amanah dari individu, masyarakat atau lembaga yang mengamanahkan asetnya kepada Muhammadiyah. Muhammadiyah bisa disebut sebagai nazhir yaitu lembaga yang menjaga, memelihara, mengelola dan mengawasi ZISWAF yang diamanahkan assetnya kepada Muhammadiyah.
Tidak ada bedanya dengan organisasi pada umumnya, bahwa awal mula pendirian organisasi Muhammadiyah adalah partisipasi dari anggota yang ingin organisasinya bergerak. Sumbangan sukarela menjadi kewajiban anggota untuk terus berkontribusi membangun organisasi. Dan sudah 1 (satu, saat ini sudah 111 tahun) abad lebih Muhammadiyah berkembang sampai pada tingkat ranting yang tersebar di seluruh kabupaten kota di Indonesia. Tidak menutup kemungkinan dalam pembentukan ranting Muhammadiyah disertai dengan amal usaha seperti sekolah ABA (Aisyiyah Bustanul Athfal) dan lainnya.
Tentunya dalam mendirikan amal usaha, para anggota memberikan sumbangsih untuk pembangunan. Seberapa besar jumlah dana yang dibutuhkan untuk mendirikan, maka gerakan amal sholeh (GAS) para anggota dan kader persyarikatan siap ntuk mengumpulkan dana. Partisipasi tidak hanya dilakukan oleh anggota Muhammadiyah,
namun simpatisan dan masyarakat umum yang mempercayai dana mereka (ZISWAF) kepada Muhammadiyah untuk dikelola sebagai bagian dari amal jariah mereka nantinya.
Para pendahulu anggota Muhammadiyah yang telah wafat, mendapat pahala yang tidak putus-putus, karena sampai saat ini, monumental yang telah mereka bangun dimanfaatkan dari generasi ke generasi, apalagi untuk pendidikan, kesehatan dan sosial yang menjadi tanggung jawab dan perintah Allah SWT., yang termaktub dalam Al Quran dan As Sunnah.
Sumbangan yang tanpa henti menjadi kebiasaan warga Muhammadiyah setiap hari atau setelah melakukan sholat 5 (lima) waktu di masjid dan mushalla Muhammadiyah. Adapun sumbangan dalam Islam dalam berbagai jenis instrumen distribusi, diantaranya zakat, infak, zakat, wakaf atau disingkat dengan ZISWAF, tidak menutup distribusi lainnya diantaranya hibah, hadiah, bantuan yang dimanfaatkan oleh Muhammadiyah untuk dakwah, atau isitilah lainnya ber-fastabuqul khairat (berlomba-lomba dalam kebaikan).
Dakwah Muhammadiyah adalah cara Muhammadiyah merujuk pada perilaku Rasulullah, dalam upaya penyampaian ajaran Islam diantaranya lisan, tulisan dan perbuatan. Dakwah bil-lisan yaitu upaya dakwah yang mengutamakan pada kemampuan lisan. Dakwah bir-risalah yaitu dakwah yang dilakukan dengan melalui tulisan baik berupa buku, brosur, maupun media elektronik. Dan dakwah bil-hal yaitu kegiatan dakwah yang mengutamakan kemampuan kreativitas perilaku da'i secara luas atau yang dikenal dengan action approach
atau perbuatan nyata. Ketiga dakwah ini telah dilakukan diawal pendirian Muhammadiyah yaitu Ki. Ahmad Dahlan.
Benar. Sebelum kehadiran Muhammadiyah, Ki. Dahlan sudah melakukan 3 (tiga) dakwah kepada masyarakat. Ketika adanya tuntutan dan gerakan massif sampai wilayah nusantara. Apalagi disaat itu, kolonialisasi Belanda mengawasi dan keras terhadap gerakan-gerakan perlawanan nasionalisme. Maka mau tidak mau, perilaku ini (dakwah Islam) harus membentuk organisasi. Sebagaimana arti dan makna organisasi adalah sekumpulan orang
dengan tujuan yang sama. Satu tujuan Muhammadiyah adalah menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Adapun caranya bermacam-macam diantaranya amar ma’ruf wa nahi munkar (memerintahkan kebaikan dan mencegah kemungkaran).
Dakwah Ki. Dahlan adalah kembali pada ajaran Islam yang sebenar-benarnya (purifikasi/pemurnian), Muhammadiyah tidak hanya sebatas nama Nabi Muhammad SAW., namun Muhammadiyah adalah cara Ki. Dahlan untuk menjalankan sebagaimana nabi Muhammad SAW. berprilaku dalam beribadah kepada Allah SWT. dan bersosial (hablum minannas). Jika dilihat sejarah Ki. Dahlan menyikapi perlawanan terhadap kolonialisasi
adalah memberikan edukasi kepada masyarakat (schooling), menyehatkan masyarakat (healing), dan menyantun masyarakat (feeding). Tidak heran, beberapa tahun setelah kehadiran Muhammadiyah, terjadi beberapa gerakan perlawanan, perjuangan dan cinta tanah air dikumandangkan. Satu diantara hasil karya Muhammadiyah adalah jenderal Sudirman yang dikenal dengan berbagai gerakan perlawanan sipil. Gelar Jenderal adalah pemberian dari rakyat Indonesia karena perjuangannya tidak mengenal sehat atau sakit.
Bahkan presiden Sukarno pernah memintanya untuk berhenti atau istrahat sementara, karena kondisi Jenderal Sudirman yang tidak sehat. Namun Jendral menolaknya. Menurut informasi, Jenderal Sudirman sakit paru-paru yang parah.
Begitulah Muhammadiyah diawal perjuangan (1912), pertengahan perjuangan (1945) sampai saat ini (2000an). Perjuangan Muhammadiyah dianggap kaku oleh masyarakat, termasuk kader Muhammadiyah, karena rendah negosiasi. Pesta demokrasi, pemilu sangat minim terpilih kader murni persyarikatan Muhammadiyah. Begitu juga posisi strategis pemerintahan minim menempatkan kader Muhammadiyah. Politik praktis ditinggalkan kader Muhammadiyah karena bukan cara Muhammadiyah untuk bertahan hidup (ekonomi) atau mendapatkan kekuasaan. Muhammadiyah concern terhadap membina karakter anak bangsa melalu pendidikan, menyehatkan masyarakat melalui pendirian rumah sakit dan menyenangkan orang yang tidak mampu melalui panti asuhan.
Dan ketiganya adalah gerakan amar ma’ruf nahi mungkar. Gerakan amar ma’ruf wa nahi munkar harus dimulai dari diri sendiri, tanpa sibuk mengurus apalagi mengkafirkan orang yang tidak sejalan dengan Muhammadiyah. Perbedaan adalah rahmat, perbedaan bukan berarti keseragaman namun keanekaragaman yang dihormati.
Dalam beberapa sikap Muhammadiyah dalam menjalankan syariat Islam tentu banyak dilatarbelakangi dari Al Qur’an dan As Sunnah. Berbagai hadis juga menjadi bagian yang membedakan sikap individu dan organisasi dalam menjalankan perintah Allah SWT., seperti penetapan awal shaum dan idul fitri. Dengan hujjah (alasan) yang termaktub dalam beberapa hadis, tentu wajib dijalankan. Namun jika ada perbedaan, bukan harus membedakan dan dianggap sesat, namun penghormatan, saling menghormati, dan memuliakan.
Kembali kepada ZISWAF Muhammadiyah, tidak sedikit amal jariah warga Muhammadiyah, simpatisan dan masyarakat umum mengamanahkan hartanya kepada Muhammadiyah karena dana mereka akan dikembangkan dan disuburkan, dengan bukti monumentalnya (masjid, sekolah, dan panti asuhan) yang bermanfaat bagi umat Islam dan umat lainnya. Jika kader Muhammadiyah wafat, tentu pahala-pahala terus mengalir. Beruntunglah mereka yang ber-ZISWAF kepada Muhammadiyah, karena asset mereka tidak hilang, dan dimanfaatkan untuk kepentingan dunia dan akhirat.
Kebesaran Muhammadiyah saat ini, tidak terlepas dari kritikan yang konstruktif dari perorangan dan lembaga lainnya. Kritikan diantaranya tentang pendidikan Muhammadiyah. Besarnya jumlah sekolah Muhammadiyah, namun sekolah Muhammadiyah minim memenangkan kompetisi nasional dan internasional. Peringkat sekolah terbaik, Sekolah Muhammadiyah jauh dari sekolah swasta lainnya. Hubungannya dengan pendidikan, rendahnya SDM dan IPM masyarakat Indonesia sedikit diperankan oleh anak didik di sekolah Muhammadiyah. Macamlah kritikannya, namun ZISWAF ini adalah amanah, maka Muhammadiyah terus berbenah dan memperbaiki manajemen dan kualitasnya untuk pembangunan generasi Islam hari ini dan ke depan.
Penulis, Dr. Salman Nasution, adalah Kader Muhammadiyah, Dosen UMSU
Sekertaris Majelis Pemberdayaan Ekonomi Umat MUI Sumatetera Utara,