Wawasan as-Sunnah Tentang Qurban dan Idul Adha ( III )
Oleh Dr. Sulidar, M.Ag
Dosen Ilmu Hadis dan Hadis Fakultas Ushuluddin dan Studi Islam serta Pascasarjana UIN SU Medan
Larangan menjual kulit Qurban dan memberi upah tukang jagal/potong dengan daging qurban
حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ يَحْيَى أَخْبَرَنَا أَبُو خَيْثَمَةَ عَنْ عَبْدِ الْكَرِيمِ عَنْ مُجَاهِدٍ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبِي لَيْلَى عَنْ عَلِيٍّ قَالَ أَمَرَنِي رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ أَقُومَ عَلَى بُدْنِهِ وَأَنْ أَتَصَدَّقَ بِلَحْمِهَا وَجُلُودِهَا وَأَجِلَّتِهَا وَأَنْ لاَ أُعْطِيَ الْجَزَّارَ مِنْهَا قَالَ نَحْنُ نُعْطِيهِ مِنْ عِنْدِنَا.
Telah menceritaakan kepada kami Yah ya bin Yahya, telah mengkhabarkan kepada kami Abu Khaisamah dari ‘Abdul Karim dari Mujahid dari Abdurrahman bin Abu Laila dari Ali r.a. ia berkata; “Aku disuruh Rasul saw. mengurus penyembelihan hewan kurban, menyedekahkan daging dan kulitnya, serta mengurus segala sesuatu yang berhubungan dengan kesempurna an kurban. Tetapi aku dilarang oleh beliau mengam bil upah untuk tukang potong dari hewan kurban itu. Maka untuk upahnya kami ambilkan dari uang kami sendiri.” (H.R.Muslim). No. 2320.
Kaifiyat Memotong Hewan Qurban
حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ حَدَّثَنَا أَبُو عَوَانَةَ عَنْ قَتَادَةَ عَنْ أَنَسٍ قَالَ ضَحَّى النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِكَبْشَيْنِ أَمْلَحَيْنِ أَقْرَنَيْنِ ذَبَحَهُمَا بِيَدِهِ وَسَمَّى وَكَبَّرَ وَوَضَعَ رِجْلَهُ عَلَى صِفَاحِهِمَا.
Anas bin Malik ra., ia berkata: Nabi saw. berkurban de ngan dua ekor kibas berwarna putih agak kehitaman yang bertanduk. Beliau menyembelih keduanya dengan tangan beliau sendiri, seraya menyebut asma Allah dan bertakbir (bismillahi Allahu akbar). Beliau meletakkan kaki beliau di atas belikat kedua kambing itu (ketika hendak menyem belih).H.R.al-Bukhari.No. 5139.
Doa menyembelih qurban dan menghadap qiblat
حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ مُوسَى الرَّازِيُّ حَدَّثَنَا عِيسَى حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ إِسْحَقَ عَنْ يَزِيدَ بْنِ أَبِي حَبِيبٍ عَنْ أَبِي عَيَّاشٍ عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللهِ قَالَ ذَبَحَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ الذَّبْحِ كَبْشَيْنِ أَقْرَنَيْنِ أَمْلَحَيْنِ مُوجَأَيْنِ فَلَمَّا وَجَّهَهُمَا قَالَ إِنِّي وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِي فَطَرَالسَّمَوَاتِ وَاْلأَرْضَ عَلَى مِلَّةِ إِبْرَاهِيمَ حَنِيفًاوَمَا أَنَامِنْ الْمُشْرِكِينَ إِنَّ صَلاَتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ لاَ شَرِيكَ لَهُ وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا مِنْ الْمُسْلِمِينَ اللَّهُمَّ مِنْكَ وَلَكَ وَعَنْ مُحَمَّدٍ وَأُمَّتِهِ بِاسْمِ اللهِ وَاللهُ أَكْبَرُ ثُمَّ ذَبَحَ.
Telah menceritakan kepada kami Ibrahim bin Musa ar-Ra ziy, telah menceritakan kepada kami ‘Isa, telah mencerita kan kami Muhammad bin Ishaq dari Yazid bin Abi Habib dari Abi ‘Ayyasy dari Jabir bin ‘Abdillah berkata dia: Na bi saw menyembelih qurban pada hari Penyembelihan (I dul Adha) dua ekor Kibasy yang bertanduk, yang bagus rupanya dan gemuk. Maka tatkala menghadapkan kedua qurban itu ke arah qiblat, seraya membaca doa:
)إِنِّي وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِي فَطَرَ السَّمَوَاتِ وَاْلأَرْضَ عَلَى مِلَّةِ إِبْرَاهِيمَ حَنِيفًا وَمَا أَنَا مِنْ الْمُشْرِكِينَ إِنَّ صَلاَتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ لاَ شَرِيكَ لَهُ وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا مِنْ الْمُسْلِمِينَ اللَّهُمَّ مِنْكَ وَلَكَ وَعَنْ مُحَمَّدٍ وَأُمَّتِهِ بِاسْمِ اللهِ وَاللهُ أَكْبَرُ(
(Sesungguhnya aku menghadapkan wajaku kepada Allah yang menciptakan langit dan bumi dalam keadaan con dong kepada Islam, dan tidaklah aku tergolong musyrik. Sesungguhnya solatku dan matiku adalah bagi Allah, Pe ngatur Alam semesta, tidak ada Syarikat padaNya, dan be gitulah aku diperintahkan, dan aku adalah orang yang per tama menyerahkan diri. Ya Allah, daripadaMu dan untuk Mu dari Muhammad dan ummatnya, Dengan nama Allah Yang Maha Besar). Kemudian beliu menyembelih (hewan qurban tersebut. H.R.Abu Dawud. No. 2413.
Tajamkan pisau ketika menyembelih hewan
حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا إِسْمَعِيلُ ابْنُ عُلَيَّةَ عَنْ خَالِدٍ الْحَذَّاءِ عَنْ أَبِي قِلابَةَ عَنْ أَبِي الأَشْعَثِ عَنْ شَدَّادِ بْنِ أَوْسٍ قَالَ ثِنْتَانِ حَفِظْتُهُمَا عَنْ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ اللهَ كَتَبَ الإِحْسَانَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ فَإِذَا قَتَلْتُمْ فَأَحْسِنُوا الْقِتْلَةَ وَإِذَا ذَبَحْتُمْ فَأَحْسِنُوا الذَّبْحَ وَلْيُحِدَّ أَحَدُكُمْ شَفْرَتَهُ فَلْيُرِحْ ذَبِيحَتَهُ.
Telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Abu Syai bah telah menceritakan kepada kami Isma’il bin ‘Ulayyah dari Khalid Al-Khaddza` dari Abu Qilabah dari Abu Al-Asy’as dari Syaddad bin Aus dia berkata, “Dua perkara yang selalu saya ingat dari Rasul saw.,beliau bersabda: “Se sungguhnya Allah telah mewajibkan supaya selalu bersi kap baik terhadap setiap sesuatu, jika kamu membunuh ma ka bunuhlah dengan cara yang baik, jika kamu menyembe lih maka sembelihlah dengan cara yang baik, tajamkan pi saumu dan senangkanlah hewan sembelihanmu.“H.R. Mus lim.No. 3615.
Larangan memotong kuku, rambut dan bulu bagi pequrban, sepuluh hari pertama bulan Zulhijjah
حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِي عُمَرَ الْمَكِّيُّ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ حُمَيْدِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ عَوْفٍ سَمِعَ سَعِيدَ بْنَ الْمُسَيَّبِ يُحَدِّثُ عَنْ أُمِّ سَلَمَةَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِذَا دَخَلَتْ الْعَشْرُ وَأَرَادَ أَحَدُكُمْ أَنْ يُضَحِّيَ فَلاَ يَمَسَّ مِنْ شَعْرِهِ وَبَشَرِهِ شَيْئًا.
Telah menceritakan kepaada kami Ibnu Abi ‘Umar al-Mak kiy, telah menceritakan kepada kami Sufyan dari ‘Abdir rahman bin Humaid bin ‘Abdirahman bin ‘Auf dia telah mendengar Sa’id bin al-Musayyab diceritakan dari Ummu Salamah bahwa sannya Nabi saw bersabda : Jika telah ma suk 10 hari (awal Zulhijjah) dan seseorang bermaksud akan berqurban, maka janganlah lagi menyentuh (mengam bil) rambut dan bulunya sedikitpun.H.R.Muslim.No. 3653.
وحَدَّثَنِي عُبَيْدُ اللهِ بْنُ مُعَاذٍ الْعَنْبَرِيُّ حَدَّثَنَا أَبِي حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَمْرٍو اللَّيْثِيُّ عَنْ عُمَرَ بْنِ مُسْلِمِ بْنِ عَمَّارِ بْنِ أُكَيْمَةَ اللَّيْثِيِّ قَالَ سَمِعْتُ سَعِيدَ بْنَ الْمُسَيَّبِ يَقُولُ سَمِعْتُ أُمَّ سَلَمَةَ زَوْجَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَقُولُ قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ كَانَ لَهُ ذِبْحٌ يَذْبَحُهُ فَإِذَا أُهِلَّ هِلالُ ذِي الْحِجَّةِ فَلا يَأْخُذَنَّ مِنْ شَعْرِهِ وَلا مِنْ أَظْفَارِهِ شَيْئًا حَتَّى يُضَحِّيَ.
Telah menceritakan kepadaku ‘Ubaidul lah bin Mu’ad al-‘Anbariy, telah menceritakan kepada kami Ayahku, telah mencritakan kepada kami Muhammad bin ‘Amar al-Laisiy dari ‘Umar bin Muslim bin ‘Ammar bin Ukaimah al-Laisiy berkata dia: Aku mendengar Sa’id bin al-Musayyab berkata: Aku mendengar Ummu Sala mah istri Rasul berkata: bersabda Rasul saw: Barang siapa yang memiliki hewan qurban, maka jika telah masuk bulan Zulhijjah, janganlah lagi ia memotong rambut dan kuku-kukunya sehingga berqurban. H.R. Muslim. No. 3656.
Tata Cara Membagi Daging Qurban
Adanya Panitia Qurban
Daging qurban hak sepenuhnya adalah bagi yang berqurban (sahib al-Qurban), namun dalam pelak sanaan pembagian daging quran, yang berqurban boleh mengangkat atau menunjuk panitia untuk membantu yang berqurban. Dalam hal itu, maka diperlukan musyawarah antara panitia dan yang berqurban, baik berkenaan dengan dana untuk membeli daging qurban mupun dana operasio nalnya. Daging qurban tidak boleh dijadikan untuk upah memotong qurban. Maka segala hal berkenaan dengan ini adalah dipisahkan dengan dana operasionalnya. Dengan da na operasionalnya maka baik yang bertugas sebagai pemo tong hewan qurban dan lainnya harusnya dilakukan secara profesional. Artinya,boleh saja diberi upah secara profesio nal dengan dana operasional.
وحَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ حَاتِمِ بْنِ مَيْمُونٍ وَمُحَمَّدُ بْنُ مَرْزُوقٍ وَعَبْدُ بْنُ حُمَيْدٍ قَالَ عَبْدٌ أَخْبَرَنَا و قَالَ اْلآخَرَانِ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بَكْرٍ أَخْبَرَنَا ابْنُ جُرَيْجٍ أَخْبَرَنِي الْحَسَنُ بْنُ مُسْلِمٍ أَنَّ مُجَاهِدًا أَخْبَرَهُ أَنَّ عَبْدَ الرَّحْمَنِ بْنَ أَبِي لَيْلَى أَخْبَرَهُ أَنَّ عَلِيَّ بْنَ أَبِي طَالِبٍ أَخْبَرَهُ أَنَّ نَبِيَّ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَمَرَهُ أَنْ يَقُومَ عَلَى بُدْنِهِ وَأَمَرَهُ أَنْ يَقْسِمَ بُدْنَهُ كُلَّهَا لُحُومَهَا وَجُلُودَهَا وَجِلاَلَهَا فِي الْمَسَاكِينِ وَلاَ يُعْطِيَ فِي جِزَارَتِهَا مِنْهَا شَيْئًا.
Dan telah menceritakan kepadaku Muhammad bin Ha tim bin Maimun dan Muhammad bin Marzuq dan Abdu bin Humaid -Abdu berkata-telah mengabarkan kepada kami-sementara dua orang yang lain berkata-Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Bakr telah mengabarkan ke pada kami Ibnu Juraij telah mengabarkan kepadaku Al-Hasan bin Muslim bahwa Mujahid telah mengabarkan ke padanya bahwa Abdurrah man bin Abu Laila telah menga barkan kepadanya bahwa Ali bin Abu Talib telah menga barkan kepadanya bahwasannya; Nabi saw. menyuruhnya untuk mengurusi penyembelihan hewan qurban, menyede kahkan daging dan kulitnya serta segala sesuatu yang ber kaitan dengan kesempurnaan kurban kepada orang-orang mis kin.Dagingnya tidak boleh diberikan pada tukang po tong sedikitpun sebagai upah.H.R.Muslim. No. 2321.
Membagi daging Qurban. Q.S.al-Hajj/22:36:
وَالْبُدْنَ جَعَلْنَاهَا لَكُمْ مِنْ شَعَائِرِ اللهِ لَكُمْ فِيهَا خَيْرٌ فَاذْكُرُوا اسْمَ اللهِ عَلَيْهَا صَوَافَّ فَإِذَا وَجَبَتْ جُنُوبُهَا فَكُلُوا مِنْهَا وَأَطْعِمُوا الْقَانِعَ وَالْمُعْتَرَّ كَذَلِكَ سَخَّرْنَاهَا لَكُمْ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ (36)
Dan telah Kami jadikan untuk kamu unta-unta itu sebagi an dari syiar Allah, kamu memperoleh kebaikan yang ba nyak padanya, maka sebutlah olehmu nama Allah ketika kamu menyembelihnya dalam keadaan berdiri (dan telah terikat).Kemudian apabila telah roboh (mati),maka makan lah sebagiannya (daging qurban)dan beri makanlah orang yang rela dengan apa yang ada padanya (yang tidak me minta-minta) dan orang yang meminta. Demikianlah Kami telah menundukkan unta-unta itu kepada kamu, mudah-mudahan kamu bersyukur.
Ayat tersebut memberikan pelajaran agar orang yang berqurban membagi daging pada 3 bagian: (1) mema kan daging qurban untuk si Qurban, (2) diberikan kepada al-Qani’ orang yang tak mau meminta-minta (termasuk orang yang dihormati), dan (3) al-Mu’tar, orang yang meminta-minta. Artinya berikan kepada lingkungan kita, terutama fakir miskin, baik diminta maupun tidak diminta. Boleh juga pada orang yang kita kehendaki, kaya atau miskin, tokoh agama, masyarakat atau rakyat biasa.
Rasul tidak makan sampai salat Idul Adha selesai
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ يَحْيَى حَدَّثَنَا أَبُو عَاصِمٍ حَدَّثَنَا ثَوَابُ بْنُ عُتْبَةَ الْمَهْرِيُّ عَنْ ابْنِ بُرَيْدَةَ عَنْ أَبِيهِ أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ لا يَخْرُجُ يَوْمَ الْفِطْرِ حَتَّى يَأْكُلَ وَكَانَ لا يَأْكُلُ يَوْمَ النَّحْرِ حَتَّى يَرْجِعَ.
Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Yahya berkata, telah menceritakan kepada kami Abu Asim berka ta, telah menceritakan kepada kami Sawab bin Utbah Al-Mahri dari Ibnu Buraidah dari Bapaknya berkata, “Pada hari Idul Fitri Rasul saw. tidak keluar untuk salat hingga beliau makan terlebih dahulu. Sementara pada hari raya qurban (Nahr) beliau tidak makan hingga kembali (dari salat).”H.R.Ibn Majah. No. 1746.
( bersambung )