Seteru China–Jepang Meningkat, Ini Peta Lengkap Kekuatan Militer Dua Raksasa Asia
INFOMU.CO | Jakarta – Ketegangan antara China dan Jepang kembali mencuat dalam beberapa pekan terakhir, dipicu serangkaian pernyataan politik, manuver militer, serta gesekan diplomatik terkait isu Laut China Timur dan Taiwan. Situasi ini memicu perhatian global karena kedua negara sama-sama memiliki pengaruh besar di kawasan Asia Pasifik dan menempati posisi strategis dalam arsitektur keamanan regional.
Dilansir dari SINDOnews, Kamis (20/11/2025), eskalasi terbaru membuat publik kembali membandingkan kemampuan militer kedua negara. China sebagai kekuatan besar di Asia memiliki modernisasi militer yang berjalan cepat di bawah reformasi Angkatan Bersenjata Rakyat (PLA). Sementara itu, Jepang yang tidak memiliki senjata nuklir tetap menjadi kekuatan teknologi militer yang maju berkat dukungan Amerika Serikat.
Dalam aspek Angkatan Darat, China berada jauh di depan dari segi jumlah dan platform berat. Negeri Tirai Bambu tercatat memiliki 6.800 tank tempur, lebih dari 114 ribu kendaraan lapis baja, serta ribuan artileri bergerak dan sistem roket multilaras. Modernisasi ini terus dipacu melalui pengembangan main battle tank generasi baru dan sistem artileri presisi jarak jauh.
Sementara itu, Jepang yang mengandalkan Japan Ground Self-Defense Force (JGSDF) hanya memiliki 521 tank tempur dan sekitar 31.964 kendaraan lapis baja. Meski jumlahnya lebih sedikit, Jepang dikenal menempatkan kualitas teknologi dan sistem perawatan tinggi sebagai prioritas utama untuk menjaga kesiapan tempur pasukan daratnya.
Di sektor Angkatan Laut, China mencatat lompatan besar selama satu dekade terakhir. Dengan 754 armada tempur, termasuk tiga kapal induk dan empat kapal induk helikopter, Beijing saat ini menjadi negara dengan jumlah kapal perang terbanyak di dunia. Armada selamnya mencapai 61 unit, memperkuat kemampuan proyeksi kekuatan di wilayah Indo-Pasifik.
Perbandingan mencolok juga terlihat dari kemampuan strategis. China memiliki sekitar 600 hulu ledak nuklir dan diproyeksikan mencapai 1.500 dalam dekade mendatang. Kapasitas ini menjadikan China sebagai salah satu kekuatan nuklir terbesar yang terus tumbuh. Jepang, mengikuti konstitusi damai pasca Perang Dunia II, tidak memiliki senjata nuklir sama sekali.
Kekuatan aliansi pun menjadi faktor penting dalam konstelasi keamanan Asia Pasifik. China tetap dekat dengan Rusia dan Korea Utara, dua negara yang memiliki kapasitas militer besar dan kepentingan geopolitik sejalan. Sementara Jepang mendapat payung keamanan penuh dari Amerika Serikat, termasuk kehadiran pasukan dan fasilitas militer AS di wilayahnya.
Para analis menilai dinamika ini tidak hanya mencerminkan perlombaan kekuatan tradisional, tetapi juga persaingan pengaruh politik, ekonomi, dan teknologi. Isu Taiwan, sengketa kepulauan Senkaku/Diaoyu, serta intensitas patroli militer di Laut China Timur memperburuk hubungan bilateral kedua negara.
Eskalasi hubungan China–Jepang menjadi perhatian global karena berpotensi memicu perubahan signifikan dalam keseimbangan strategis kawasan. Negara-negara di Asia Tenggara, termasuk Indonesia, ikut memantau perkembangan ini karena berkaitan erat dengan stabilitas jalur perdagangan dan keamanan regional.
Sejumlah pakar juga mengingatkan pentingnya mekanisme diplomasi yang kuat untuk mencegah salah perhitungan militer di lapangan. Komunikasi antara pemimpin kedua negara disebut perlu diperkuat agar ketegangan tidak berubah menjadi insiden terbuka yang berpotensi membahayakan kawasan.
Pengamat pertahanan menyebut bahwa meskipun China unggul dalam jumlah, Jepang memiliki kelebihan dalam integrasi sistem, presisi teknologi, dan dukungan penuh dari aliansi AS. Kombinasi faktor ini membuat kedua negara berada dalam posisi saling menakar langkah satu sama lain secara hati-hati.
Dengan situasi yang terus berkembang, komunitas internasional mendorong agar kedua negara kembali membangun saluran dialog yang konstruktif. Stabilitas kawasan, terutama di sekitar Laut China Timur dan Asia Pasifik, menjadi kepentingan bersama yang harus dijaga agar tidak terjadi konflik terbuka. (viva)






