Banda Aceh, InfoMu.co – Shalat idul Adha 10 Dzulhijjah 1444H bertepatan dengan dengan 28 Juni 2023 berlangsung secara khidmat di halaman parkir Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Muhammadiyah Aceh, yang berdekatan dengan kompleks Panti Asuhan Muhammadiyah Punge Blang Cut 2 Banda Aceh. Ini merupakan salah satu tempat Shalat Idul Adha yang dilaksanakan oleh Muhammadiyah Aceh, disamping berlangsung di kampus Universitas Muhammadiyah Aceh (Unmuha) dan Sekolah Dasar Muhammadiyah (SDM) 2, Sukaramai, Banda Acehi. Sekitar lebih 5000 jama’ah memadati Shalat Idul Adha di Kampus Unmuha, sekitar lebih 1500 jamaah di SDM 2 Banda Aceh, dan sekitar lebih 3000 jamaah di STIKes Muhammadiyah Aceh.
Hal ini dilakukan Muhammadiyah Aceh agar mengurai ketertumpukan jama’ah yang diperkirakan akan ramai menghadiri Shalat Idul Adha 1444H.
Khatib Shalat Idul Adha Prof. DR. H. Alyasa’ MA (Guru Besar UIN Ar-Raniry banda Aceh) menyatakan bahwa, Idul Adha memiliki nilai penting kesejarahan berkenaan dengan kehidupan Nabi Ibrahim yang hampir sepanjang hidupnya menghadapi cobaan kehidupan. Nabi Ibrahim yang lahir di Irak, kemudian berhijrah ke Palestina, berpindah ke Mesir yang juga ditolak kehadirannya sebagai Nabi Allah, kemudian kembali ke Palestina tetap berhadapan dengan berbagai cobaan kehidupan, juga terus berharap dan mendo’akan agar ayahnya menjadi muslim tetapi tidak berhasil dilakukan. Maka cobaan demi cobaan yang dihadapi Nabi Ibrahim, ini yang juga sama dihadapi oleh para Nabi serta Rasul Allah lainnya cukup berat dan sepanjang hidupnya, yang mana diantar para Nabi Allah, maka Ibrahim memikliki cobaan kehidupan yang sangat berat, juga Rasulullah Muhammad jauh lebih berat lagi
.
Sesungguhnya cobaan Allah terhadap Nabi Ibrahim tidak saja di Palestina, kemudian berhijrah ke Negeri Arab yang hanya gurun pasir serta tanah tandus, dengan tekad berhijrah untuk dapat berdakwah dan mengembangkan Risalah Islam atau agama Allah yang lebih baik lagi. Ternyata di negeri Arab tidak ada kehidupan manusia yang saat itu, memilih menetap ditengah gurun pasir yang tandus dan gersang. Nabi Ibrahim yang diberikan keturunan dengan Istri Mudanya Siti Hajar, menetap di negeri Arab yang jauh dari bebagai kehidupan manusia gersang serta tandus. Namun demikian, dengan berat hati Siti Hajar menanyakan kepada Nabi Ibrahim yang masih pergi pulang pergi ke Palestina, karena Siti Sarah berada di Palestina, apakah engkau meninggalkan kami di dataran tandus ini karena perintah Allah, maka Nabi Ibrahim menjawab “iya”, maka Siti Hajar menerimanya dengan tulus ikhlas, meski menanggung beban bayi Ismail yang harus dijaga serta
dibesarkannya.
Karena keihkasan itu pula, Allah memberikan rezeki air dari kaki Ismail yang terus menangis serta kehausan, kemudian air tersebut terkenal dengan “air zam-zam” yang kemudian menjadi sumber rezeki ditanah Arab. Juga berkembang sumber kehidupan baru serta menjadikan negeri Arab semakin ramai menjadi tumpuan para pedagang dan musafir yang singgah. Keikhlasan tersebut juga turun kepada Ismail yang ditinggalkan Nabi Ibrahim saat masih bayi serta tumbuh dalam pendidikan yang baik serta shaleh, ini juga dengan keikhlasan dari orang tuanya Nabi Ibrahim serta Siti Hajar, sehingga pada saat usia remajanya, Nabi Ibrahim lagi-lagi mendapatkan cobaan dari Allah Subhanahuwata’ala untuk menyembelih anaknya yang disampaikan Allah melalui mimpinya.
Kemudian disampaikan Nabi Ibrahim kepada anaknya Ismail, yang juga menerima dengan tulus ikhlas tanpa melawan sebagai perintah Allah subhanahuwata’ala, yaitu agar Ismail bersedia disembelih sebagai tambahan sebuah pengorbanan Ismail, kemudian Ismail juga bertanya, apakah ini perintah Allah, maka Nabi Ibrahim menjawab “iya”, maka Ismail bersedia dengan tulus ikhlas untuk dikorbankan serta disembelih.
Ketulus ikhlasan Nabi Ibrahim, Ismail dan Siti Hajar yang selama hidupnya mendapatkan cobaan, hidup di padang pasir yang tandus, kemudian melahirkan serta mendapatkan keturunan yang tulus ikhlas terhadap perintah Allah di dataran gurun pasir negeri Arab. Demikian juga cobaan yang terus menerus sehingga, nama Nabi Ibrahim, Ismail dan Siti hajar menjadi catatan sejarah besar yang dinukilkan dalam Al-Qur’an, sehingga bukan catatan karangan manusia, tetapi dikisahkan dalam Al-Qur’an secara detil. Karena itu proses pendidikan yang baik, berkualitas serta dilaksanakan oleh orang tua yang taat dan shaleh akan melahirkan generasi yang baik, ikhlas serta patuh terhadap perintah orang tua karena Ridha Allah.
Karena semua proses pendidikan, cobaan serta kebesaran manusia ataupun manusia menjadi besar ditengah kehidupannya, ini melalui proses yang benar serta penuh dengan cobaan. Sehingga manusia yang benar, baik serta shaleh akan menjadi besar karena tunduk, patuh dan sangat berkomitmen karena perintah Allah Subhanahuwata’ala. Sehingga sejarah besar dan nilai penting kehidupan Nabi Ibrahim menjadikan Makkah sebagai negeri Arab yang dikelilingi dataran tandus setelah Rasulullah Muhammad SAW hanya mewajibkan ummat Islam hanya berhaji sekali seumur hidup bagi yang mampu. Ibadah haji memiliki nilai ibadah yang cukup tinggi dalam agama Islam, sehingga Ibadah haji menjadi salah satu rukun Islam yang mesti dilaksanakan ummat Islam bagi yang mampu dan beriman.
Akhirnya Prof Al-yasa’ mengaskan bahwa, marilah kita laksanakan ibadah Idul Adha diantara dua hari besar ummat islam dengan tulus ikhlas mengharapkan ridha Allah, menghargai perbedaan, serta siap menghadapi cobaan sebagai ujian Allah ditengah kehidupan manusia yang semakin modern dan memiliki banyak tantangan, juga cobaan sesuai dengan zamannya. Pendidikan kepada anak menjadi penting, cobaan kehidupan menjadi nilai tersendiri dalam usaha melaksanakan ibadah kepada Allah secara tulus ikhlas agar manusia menjadi besar. Ibadaha haji dan Idu Adha ini juga dijadikan ibadah sebagai nilai spiritual yang tinggi untuk dilaksankan, juga mendapatkan cobaan menjadi besar dengan berlandaskan nilai spitual yang dimiliki tetap bepegang teguh kepada tali Allah.
Dengan ucapan Taqabalallahu Minna Waminkum dan doa agar kehidupan ummat islam menjadi lebih baik
serta Sali ng berkorban dalam kehidupan bagi kehidupan antar sesama ummat manusia. (tar)