Pemerintah Harus Hentikan “Manusia Silver” dari Jalan Raya
Catatan Padian Adi S. Siregar
Menjamurnya “manusia silver” akhirnya memakan korban jiwa bocah 10 tahun yang terlindas truk di Jalan Amal Sunggal. Lemahnya pengawasan yang dilakukan pemangku kepentingan diduga menjadi penyebab terjadinya kecelakan karena aktivitas “manusia silver” mengabaikan aspek keselamatan khususnya di jalan raya.
Sudah seharusnya “manusia silver” pada masa covid-19 berkurang bahkan hilang dari jalan raya bukan makin bertambah setiap hari. Bukan sebaliknya, pandemi covid-19 yang memberikan dampak ekonomi bagi masyarakat tidak boleh menjadikan pemerintah seolah-olah membenarkan keberadaan anak-anak di jalanan untuk meminta-minta.
Jumlah “manusia silver” bertambah setiap bulan menjadi bukti bahwa pemerintah, khususnya dinas sosial setempat tidak serius dalam mengelola masalah, khususnya pada anak. Tentu pemerintah harus serius mengurai fenomena “manusia silver” agar tidak bertambahnya korban khususnya anak-anak yang tidak punya kemampuan yang cakap untuk melindungi dirinya. Pertumbuhan “manusia silver” anak yang cukup tinggi diduga diorganisir oleh pihak tertentu, apalagi “manusia silver” anak masih belum terlindungi dari maraknya kasus eksploitasi. Salah satu buktinya, banyak anak-anak yang berdandan sebagai manusia silver di pinggir-pinggir jalan.
Fenomena “manusia silver” sangat berbahaya bagi kelangsungan masa depan anak, bukan hanya eksploitasi, tapi juga merusak kesehatan anak-anak. Silver panas yang berasal dari cat besi atau cat lain yang merusak kulit dan bukan tidak mungkin bisa terhirup yang pada jangka panjang merusak saluran pernafasan.
Manajemen pengawasan dan penertiban yang salah kelola, khususnya dinas sosial sebagai ujung tombak yang melihat ini kenapa lepas. Tentu semua pemangku kepentingan termasuk masyarakat khususnya dinas sosial dan Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) dapat menangani masalah ini dengan serius, sebelum anak dijadikan manusia silver terus bertambah.