Jakarta, infoMu.co – Indonesia patut bersyukur karena masyarakat sipilnya yang kuat, aktif, dan memiliki kapasitas mengorganisir diri untuk menghadapi musuh bersama. Presiden Joko Widodo mengumumkan kasus corona pertama di Indonesia pada 2 Maret 2020. Adalah seorang ibu (64 tahun) dan putrinya (31 tahun) diduga tertular virus corona karena melakukan kontak dengan warga negara Jepang yang datang ke Indonesia. Pada 5 Maret 2020, Muhammadiyah membentuk tim khusus: Muhammadiyah Covid-19 Command Center (MCCC), yang bertugas mengkoordinasikan pelaksanaan program dan aksi penanganan Covid19 .
Pembentukan tim ini merupakan tindak lanjut dari penugasan PP Muhammadiyah kepada Majelis Pembina Kesehatan Umum dan Muhammadiyah Disaster Management Center. Di dalamnya melibatkan ‘Aisyiyah, Lazismu, Majelis Pendidikan Tinggi dan Penelitian Pengembangan, Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah, Majelis Tabligh, Ikatan Pelajar Muhammadiyah, Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah, Nasyiatul ‘Aisyiyah, Hizbul Wathan, Tapak Suci Putera Muhammadiyah, dan Pemuda Muhammadiyah. Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah juga bergerak seperti di Malaysia, Taiwan, AS, Jerman, Arab Saudi, Mesir.
Tim MCCC yang telah terbentuk di 31 provinsi ini berperan dalam hal edukasi kesehatan masyarakat, mitigasi, pencegahan, pengobatan, dan psikososial. Aksi MCCC dapat dipantau melalui laman covid19.muhammadiyah.id. Situs ini juga memuat aplikasi konsultasi daring: Senarai Perilaku Masa Pandemi Covid-19 (SIKUVID) dan Senarai Kecemasan Diri Pandemi Covid-19 (SIKEVID).
Per 9 Juni 2020, terdapat 352 kasus positif corona dari jumlah 1.960 PDP yang dirawat di 77 Rumah Sakit Muhammadiyah dan Aisyiyah. Penyemprotan desinfektan di 49.201 titik senilai Rp 865.862.285. Penyaluran 481.408 paket sembako senilai Rp 46.599.487.550. Perguruan Tinggi Muhammadiyah dan Aisyiyah telah mengeluarkan dana senilai Rp 90.566.492.596 untuk berbagai upaya melawan Covid-19. Selama Ramadhan, PTMA juga menyalurkan 1.543.800.000 paket takjil dan sahur gratis. Secara keseluruhan, Muhammadiyah telah menggelontorkan dana Rp 156.059.897.393, dengan 3.275.592 jiwa penerima manfaat.
Muhammadiyah mengerahkan lebih dari 60.000 relawan, dari level pimpinan pusat hingga ranting. Di sektor medis, terdapat 2.396 dokter, 7.225 perawat, 1.333 bidan, 1.255 penunjang medis, 1.009 petugas farmasi, 700 gizi, dan 6.482 petugas umum di rumah sakit. Di ranah nonmedis melibatkan 30 psikolog, 62 staf psikososial, 32 staf logistik, 45 staf administrasi, dan jajaran pimpinan pusat, wilayah, cabang, hingga ranting di seluruh Indonesia.
Juru Bicara Pemerintah untuk Covid-19, Achmad Yurianto menyampaikan apresiasi khusus atas kinerja Muhammadiyah. Pada pertengahan April 2020, dokter Corona Rintawan dari MCCC ditarik menjadi Staf Khusus Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Dalam rapat terbatas 19 Mei 2020, Presiden Jokowi juga mengapresiasi fatwa Muhammadiyah dan lembaga keagamaan lainnya yang mendukung upaya pengendalian wabah. “Termasuk mendukung keputusan pemerintah untuk melarang mudik,” ujarnya.
Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir menaruh hormat pada relawan dan tim di lapangan. “Kami sampaikan apresiasi tinggi untuk para pengurus, penggerak, dan petugas di lapangan termasuk para pimpinan Rumah Sakit, tenaga kesehatan, dan para relawan Muhammadiyah dari berbagai komponen yang berkhidmat tinggi mengemban tugas mulia persyarikatan.” Menurutnya, semua gerak Muhammadiyah dalam menghadapi musibah ini membuktikan kiprah amaliah kemanusiaan yang inklusif seperti diajarkan KH Ahmad Dahlan tentang Al-Ma’un. Muhammadiyah bergerak nirpamrih dalam bingkai kemanusiaan semesta.
Jangan menganggap apa yang dikerjakan Muhammadiyah itu bersifat praktis belaka. Semuanya lahir dari jiwa tauhid, iman, takwa, ihsan, dan ilmu dalam wujud amal shalih yang bersifat memecahkan masalah. Muhammadiyah berterima kasih bila dihargai pihak lain, tetapi kalau tidak diapresiasi pun tetap beramal kebajikan yang memberi maslahat bagi kehidupan manusia dan lingkungannya,” tutur Haedar. Muhammadiyah berharap segenap warga bangsa untuk semakin dewasa menunjukkan jiwa kebersamaan, menjauhi sikap negatif saling menyalahkan yang justru akan menambah berat masalah.
Selain melibatkan seluruh kekuatan struktur internal organisasi, Muhammadiyah juga melibatkan lembaga mitra, baik komunitas, perguruan tinggi, perusahaan swasta, dan lembaga donor internasional. Semua ini sebagai wujud perang total menghadapi wabah. Muhammadiyah menolak lengah dan sikap angkuh. “Berbagai indikator perkembangan wabah Covid-19 terus menunjukkan tren kenaikan. Baik dari jumlah kasus positif maupun korban meninggal. Untuk itu, justru kita harus meningkatkan upaya perlawanan terhadap penyebarannya,” ujar Ketua MCCC, Agus Samsudin. Seluruh komponen bangsa diajak untuk tetap waspada dan menggunakan ilmu pengetahuan secara rasional.
Ketika di awal Juni 2020, pemerintah berencana melonggarkan aturan dan mulai mewacanakan new normal, Muhammadiyah mempertanyakan, “Apakah semuanya sudah dikaji secara valid dan saksama dari para ahli epidemiologi?” Jika pemerintah tidak seksama, wajar jika kemudian tumbuh persepsi publik yang menilai kehidupan masyarakat dikalahkan untuk kepentingan ekonomi. “Penyelamatan ekonomi memang penting, tetapi yang tidak kalah pentingnya adalah keselamatan jiwa masyarakat ketika wabah Covid-19 belum dapat dipastikan penurunannya,” bunyi Pernyataan PP Muhammadiyah.
Muhammadiyah menyarankan supaya pemerintah perlu mengkaji dengan seksama pemberlakuan new normal dan mampu memberi penjelasan yang obyektif dan transparan terkait dengan: (1) dasar kebijakan new normal dari aspek utama yakni kondisi penularan Covid-19 di Indonesia saat ini, (2) maksud dan tujuan new normal, (3) konsekuensi terhadap peraturan yang sudah berlaku, khususnya PSBB dan berbagai layanan publik, (4) jaminan daerah yang sudah dinyatakan aman atau zona hijau yang diberlakukan new normal, (5) persiapan-persiapan yang saksama agar masyarakat tidak menjadi korban, termasuk menjaga kemungkinan masih luasnya penularan wabah Covid-19.
Di luar masalah kesehatan, Agus Samsudin mengatakan bahwa ancaman pangan bisa menjadi persoalan besar kita jika tidak segera diatasi. Situasi rentan ini bisa mengakibatkan gangguan tatanan sosial, risiko kekurangan pangan, dan sampai kriminalitas. Oleh karena itu, MCCC menargetkan program penyaluran satu juta paket sembako untuk ketahanan pangan. Program ini terus berjalan bagaikan gelombang air bah dari tingkatan pusat hingga ranting.
Aldila S. Al Arfah, Wakil Ketua Bidang Layanan Kesehatan MCCC, mengajak segenap kita untuk tidak menyerah. “Yang bisa berjuang dengan kebijakannya sebagai pemimpin maka lakukanlah, yang bisa berjuang dengan tenaga dan keilmuannya maka lakukanlah, yang bisa berjuang dengan hartanya maka lakukanlah, yang bisa berjuang dengan physical distancing dan tetap di rumah maka lakukanlah, yang bisa berjuang dengan mendukung para pejuang kesehatan dan tidak mengucilkannya maka lakukanlah, yang bisa berjuang dengan tidak menolak jenazah maka lakukanlah, yang bisa berjuang dengan tidak mudik maka lakukanlah, yang bisa berjuang dengan tidak berkerumun dalam keramaian maka lakukanlah.” Lebih dari itu, diperlukan paradigma baru menghadapi realitas baru ini. (ribas/suara muhammadiyah)