Sidoardjo, InfoMu.co – Meski Muktamar ke-48 Muhammadiyah di Surakarta menghasilkan Risalah Islam Berkemajuan, tapi berkemajuan secara faktual sudah menjadi bagian dari gerakan Persyarikatan Muhammadiyah.
Hal itu disampaikan oleh Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Kiai Saad Ibrahim pada Ahad (21/7) dalam Kajian Ahad Pagi di Masjid An Nur, Sidoarjo. Terkait Risalah Islam Berkemajuan, Kiai Saad meminta semua untuk mempelajari.
“Kita berkewajiban untuk memahami Risalah Islam Berkemajuan itu yang pertama dari segi pemahaman terhadap nash, dan yang kedua penerapannya dalam Bermuhammadiyah,” ungkapnya.
Pemahaman terhadap Risalah Islam Berkemajuan, katanya, dapat digunakan sebagai warga Muhammadiyah untuk menegakkan kalimat tauhid, pengkhidmatan kepada umat, dan sekaligus penuntun konkrit sebagai pemimpin di muka bumi.
Sementara oposisi biner dari kata maju di surat yang sama yaitu mundur atau berkemunduran, yang diartikan sebagai bermaksiat kepada Allah SWT. Jika direfleksikan, kemunduran yang dialami oleh peradaban Islam akhir-akhir ini disebabkan karena hilangnya ketaatan kepada Allah SWT.
Kiai Saad juga menyebutkan, bahwa ikon dari berkemajuan yang terdapat Al Qur’an itu adalah membaca atau iqra’ sebagai ayat pertama yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW.
Kemajuan yang dicapai oleh peradaban Islam ini berlandaskan pada nilai-nilai tauhid, berbeda dengan kemajuan yang dihasilkan oleh Barat yang berlandaskan rasional – ilmiah. Perbedaan ini berpengaruh pada cara dua kutub peradaban ini dalam memperlakukan kemajuannya.
Menurutnya, kemajuan yang berhasil diraih oleh Barat digunakan untuk melakukan penjajahan. Penjajahan digunakan untuk mengeruk kekayaan sebuah negeri hingga habis dan menjadikan negara itu miskin dan penjajahnya semakin kaya.
Berbeda dengan kemajuan dalam Islam yang digunakan untuk melakukan penaklukan, tapi tidak bermotif kekayaan. Melainkan untuk membangun kekuatan yang saling menguntungkan – dapat dilihat dari kemajuan Islam di Eropa di masa dahulu yang begitu gemilang.