Muhammadiyah Tegaskan Dukungan Penuh untuk Program Makan Bergizi Gratis
INFOMU.CO | Bantul – Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir, menegaskan komitmen Muhammadiyah untuk mendukung penuh program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang digagas Presiden Prabowo Subianto.
Hal itu ia sampaikan dalam sambutan peresmian Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) ‘Aisyiyah di Kasihan, Bantul, pada Kamis (13/11).
Haedar menyampaikan apresiasi kepada ‘Aisyiyah Cabang Kasihan yang menjadi tuan rumah dan bagian dari gerakan nasional MBG yang telah digerakkan Muhammadiyah sejak awal.
“Ucapan selamat yang sebesar-besarnya untuk ‘Aisyiyah Cabang Kasihan dan seluruh keluarga besar yang telah menjadi bagian dari koordinasi nasional program Makan Bergizi Gratis,” ujarnya.
Menurut Haedar, Muhammadiyah merupakan organisasi masyarakat pertama yang menandatangani nota kesepahaman (MoU) dengan Badan Gizi Nasional (BGN), bahkan sejak program MBG belum resmi diluncurkan. Penandatanganan itu dilakukan bersamaan dengan Tanwir Muhammadiyah di Kupang, Nusa Tenggara Timur, yang saat itu dibuka langsung oleh Presiden Prabowo.
“Sejak itu, program ini terus bergulir. Kini Muhammadiyah telah memiliki 150 unit SPPG dan bahkan akan terus bertambah,” kata Haedar.
Ia menambahkan, Kepala BGN sempat terkesan dengan fasilitas SPPG di Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS). “Saya bilang, itu baru satu. Masih banyak lagi yang seperti itu. Itulah bentuk partisipasi nyata Muhammadiyah,” ujarnya.
Tiga Alasan Muhammadiyah Terlibat dalam Program MBG
Haedar kemudian menjelaskan tiga alasan utama mengapa Muhammadiyah mendukung dan ikut terlibat dalam program MBG.
Pertama, karena program ini menyangkut masa depan generasi bangsa.
“Dalam pandangan Islam, kita ingin melahirkan qurrata a’yun — generasi yang menyejukkan mata, bukan dzurriyatan dhi’afa — generasi yang lemah,” tuturnya. Ia menegaskan bahwa persoalan gizi anak sangat berkaitan erat dengan ekosistem sosial dan ekonomi masyarakat.
“Sebagian besar masyarakat kita masih berada di tingkat ekonomi menengah ke bawah, sehingga kualitas gizinya rendah. Ini memengaruhi kondisi fisik dan psikologis anak-anak,” ujarnya.
Haedar menyoroti rendahnya rata-rata IQ anak Indonesia, yang berada di angka 78,59, sebagai cerminan dari kondisi sosial tersebut. Karena itu, katanya, Muhammadiyah memilih untuk tidak terjebak dalam polemik politik atau teknis pelaksanaan program.
“Muhammadiyah tidak ingin masuk ke dalam kontroversi. Cara bisa seribu, tapi tujuannya satu: menyehatkan generasi bangsa. Kalau ada kekeliruan, kita koreksi dengan tindakan, bukan hanya dengan bicara,” tegasnya.
Kedua, Muhammadiyah melihat program MBG juga dapat menumbuhkan semangat wirausaha di masyarakat.
“Ekosistem ekonomi rakyat, khususnya UMKM, perlu digerakkan agar menjadi bagian dari program ini. Kalau hanya dikuasai kelompok besar, kita harus hadir dengan alternatif dakwah yang memberi solusi,” ujarnya.
Haedar mengingatkan agar masyarakat tidak mudah terseret arus opini di media sosial. “Kadang hal kecil jadi heboh, tapi habis itu tidak ada tindak lanjutnya. Muhammadiyah tidak ikut dalam pola pikir seperti itu. Kita berbuat konkret,” tandasnya.
Ketiga, keterlibatan Muhammadiyah dalam program ini merupakan panggilan keagamaan yang berakar dari teologi Al-Ma’un.
“SPPG Muhammadiyah–‘Aisyiyah di berbagai tempat menjadi wujud nyata dari semangat mencerahkan, memberdayakan, dan memajukan masyarakat,” ujar Haedar.
Menurutnya, sejak awal berdirinya bangsa, Muhammadiyah telah terbiasa menghadapi perjuangan yang jatuh bangun dengan keteguhan dan kerja keras. “Mentalitas inilah yang harus terus kita jaga. Kalau bangsa ini tidak punya daya tahan seperti itu, kita tidak akan pernah menjadi kuat,” ujarnya.
Di akhir sambutannya, Haedar mengingatkan agar seluruh elemen Muhammadiyah terus membangun kontribusi nyata bagi bangsa, sejalan dengan tema Milad ke-113 Muhammadiyah tahun 2025, yaitu Memajukan Kesejahteraan Bangsa.
Sebagai penanda peresmian, Haedar Nashir bersama Mohammad Arsjad Rasjid dari Yayasan Hati Ikhlas Indonesia melakukan pemotongan pita secara simbolis. Acara ini juga menjadi momentum sinergi antara pemerintah dan ormas Islam dalam memperkuat ketahanan gizi nasional melalui gerakan sosial berbasis keumatan. (muhammadiyah.or.id)






