Banda Aceh, InfoMU – Seperti apa proses belajar daring ( dalam jaringan) ? Menarik atau membosankan ? Efektif atau tidak. Dengarlah jawaban mahasiswa yang ditemui infoMu.co di Banda Aceh ini.
Hendri Mahasiswa Fakultas Hukum semester 6 Universitas Muhammadiyah Aceh
(UNMUHA) mengatakan, belajar dengan cara Daring ternyata sangat
membosankan. Hal tersebut terungkap dalam curhatan mahasiswa belajar daring,
Banyak mahasiswa mulai mengeluhkan proses perkulihan dilakukan secara daring.
Mulai adanya kebosanan dengan sistem ini, banyaknya tugas yang diberikan dosen,
dan adanya kerinduan untuk berjumpa dengan kawan-kawan serta ingin merasakan
kuliah tatap muka yang menurut mereka sangat membantu dalam memahami ilmu
secara efektif.
“Saya kebingungan apabila mendapat tugas dari dosen, karena semua dosen kasih
tugas dan tugasnya itu sangat banyak, ada dosen yang kasih tugas menggambar,
ada yang suruh meringkas buku, ada juga dosen yang menyuruh kita membuat
karangan sendiri,” kara Hendri.
Tambahnya, yang lebih membingungkan lagi, kadang-kadang tugas diberikan sudah
melebihi kapasitas. “Belum siap tugas yang satu, saya sudah mendapatkan tugas
yang lain, itu belum lagi tugas saya di rumah. Di rumah saya harus disiplin membagi
waktu antara membuat tugas perkuliahan dan membantu pekerjaan orang tua di
rumah,” tandasnya.
Berbeda dengan teman lainnya, malah mengeluhkan sinyal internet yang tidak stabil
ketika sedang mengikuti perkuliahan secara daring, sehingga banyak materi yang
tidak dipahaminya akibat terputusnya jaringan internet.
“Tempat saya agak susah sinyal, makanya banyak meteri kadang-kadang tidak
jelas, tambah lagi saya harus menyediakan kuota tiap harinya, kadang saya
membeli kuota tiap minggu, kadang juga tiap hari, karena kuliah online itu memakan
kuota lumayan banyak dan kami mahasiswa harus meminta uang kepada orang
tua.,” ujarnya.
Rifdi mahasiswa Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Aceh
mengatakan kuliah daring ada kalanya sangat menyenangkan dan kadang sangat
membosankan. Namun karena kuliah online tidak mengharuskan bertatap muka
secara langsung membuatnya sedikit lebih rileks dalam belajar.
“Saya tidak perlu mengenakan baju yang rapi dan duduk tegak mendengarkan
materi yang dosen berikan. Namun yang kurang menyenangkan yaitu terkadang
dalam kemudahan belajar online terasa sulit dikarenakan susah mengakses e-
learning yang disebabkan susahnya jaringan dan servernya yang down.
Tugas juga terasa lebih banyak diberikan sehingga saya sedikit repot mengerjakannya,”
Rahmad mahasiswa Fakultas Hukum UNMUHA, mengungkapkan bahwa selama
pandemi Covid-19, dirinya merasa perkuliahan daring kurang efektif dilakukan.
Banyak jadwal kuliah yang tidak sesuai, bahkan hari libur juga dirinya harus
mengikuti perkuliahan yang dilakukan oleh sebagian dosen.
“Sudah dua bulan perkuliahan daring ini berjalan, tapi saya merasa hal ini justru
membuat kami para mahasiswa merasa tertekan. Tugas yang terus dikasih dosen,
tetapi dalam pembelajarannya hanya sedikit yang dapat kami ketahui, sehingga
ketika mengerjakan tugas kami cukup kesulitan menyelesaikannya,”.
Tidak hanya itu banyak problem lain, terutama dari segi kuota internet. Perkuliahan
daring memanfaatkan beberapa via aplikasi yang menurutnya membutuhkan begitu
banyak kuota bahkan untuk sekali meeting di Zoom bisa menghabiskan 1,5 GB lebih
untuk satu mata kuliah.
“Bayangkan jika dalam satu minggu semua mata kuliah melakukan meeting pasti
sangat sangatlah boros pemakaian kuota internet. Harapan saya semoga pandemi
Covid-19 ini segera berakhir dan kami dapat kembali melakukan perkuliahan tatap
muka yang lebih eketif dan efesien,” kata Rahmad.
Dalam beberapa diskusi, banyak pemerhati pendidikan menyebutkan kuliah daring
memang tidak efektif, selain membutuhkan biaya banyak bagi mahasiswa. Namun,
di tengah pandemi Covid-19 yang menghentikan kuliah tatap muka sementara
waktu, pil pahit ini harus ditelan bersama. Tak hanya bagi mahasiswa, dosen pun
tidak punya banyak pilihan.(Agusnaidi Budaya)