Takengon, InfoMU.co – Kabar duka diterima dari dataran tinggi Gayo Aceh Tengah. Maestero Seni Gayo Ibrahim Kadir berpulang kerahmatullah Selasa siang (1/9) di Rumah Sakit Datu Beru pada usianya yang ke 78. Ibrahim kadir berpulang sekitar pukul 10 Wib setelah dirawat beberapa hari di rumah sakit milik pemerintah daerah itu.
Kabar duka ini segera menyebar di kawan-kawan pekerja seni di Takengon. Tampak penyair nasional LK Ara hadir bertakziah demikian juga pekerja seni dari Teater Reje Linge menyempat diri hadir ke rumah duka.
Ibrahim Kadir adalah seniman serba bisa. Selain sebagai kreografer tadi, ia jug adalah aktor yang kuat. Salah satu film yang pernah didukungnya adalah Tjuk Nyak Dhien bersama Selamat Raharjo, Eros Djarot dan Chirtina Hakim.
Tidk terbilang berapa banyak tari daerh yang disiapkannya. Ia bahkan menjadi langganan memimpin pergelaran tari kolosal.
Seperti apa kerja kesenian yang diperankan Ibrahim Kadir, mengutip dari media suaragayo.com, diberitakan, Ibrahim Kadir meninggal dunia sekitar Pukul 10.00 WIB setelah sempat dirawat di RSUD Datu Beru. Ibrahim Kadir lahir di Kampung Kemili, Takengon, 31 Desember 1942. Selain aktor, Ibrahim adalah seorang seniman, penyair,
Ibrahim Kadir pernah terlibat dalam sejumlah film di tanah air ini meninggal dunia di usia 78 tahun.
Ibrahim kadir merupakan aktor dalam film “Tjoet Nja’ Dhien” yang diproduksi tahun 1990 dengan Sutradara Eros Djarot. Ibrahim Kadir juga pernah menjadi aktor film “Puisi Tak Terkuburkan” yang disutradarai Garin Nogroho.
Aryo Danusiri juga pernah membuat film tentang kehidupan Ibrahim Kadir lewat film dokumenter “Penyair Dari Negeri Linge” tahun 2001.
Dalam film “Puisi Tak Terkuburkan”, Ibrahim Kadir berhasil mendapatkan penghargaan “Silver Screen Award For Best Asian Actor” pada Festival Film Singapura 2001.
Berikutnya penghargaan “The Best Actor” dalam Festival Film Cinefan India 2001 juga diperolehnya.
Pemeran terbaik ke-2 dalam Festival Film Jokarno Italia 2000 jiga diperoleh Ibrahim Kadir dalam film itu.
Ibrahim Kadir juga pernah terlibat sebagai koreografer tari massal Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) ke 12 Tingkat Nasional di Banda Aceh 1981. Disusul koreografer MTQ Tingkat Provinsi Aceh 1979.
Serta penulis dan designer tari massal di Padang Sumatera Barat 1983.
Ibrahim Kadir juga menulis buku panduan tentang Tari Guel pada tahun 1989, dan buku pegangan dosen tentang metode mengajar dan menata tari di Universitas Sumatera Utara.
Karya sastranya juga tercatat dalam berbagai puisi yang dibukukan dalam “Kumpulan Puisi Gayo-Indonesia” tahun 1971. “Datu Beru” tentang didong puisi). Kemudian antologi puisi “Gentala” tahun 1972.
Berikutnya “Malem Dewa” yang merupakan antologi Puisi tahun 1973 dan “Pembangunan Pesantren Nurul Islam Dalam Untaian Puisi Gayo-Indonesia” tahun 2000. (Syaifulh?SuaraGayo)