Home / Kolom / Kolom Safrin Octora: Limper, Limpul dan Limrat

Kolom Safrin Octora: Limper, Limpul dan Limrat

Limper, Limpul dan Limrat
Oleh : Safrin Octora
Hampir bisa dipastikan, setiap daerah memiliki bahasa lokal yang hanya difahami oleh penduduk setempat. Kota Medan misalnya, mengenal istilah “pajak” selalu dikaitkan dengan tempat jual beli produk konsumsi, yang di daerah lain memiliki istilah lain yaitu pasar. Pasar bagi orang Medan adalah jalan raya tempat berlalu lalang kendaraah bermotor.
Bahasa lokal lainnya yang dimiliki oleh orang Medan – namun sulit difahami oleh pendatang – adalah sebutan untuk pecahan mata uang yang digunakan dalam proses jual beli. Dulu ketika nilai rupiah masih cukup tinggi, ada pecahan yang memiliki sebutan khusus dalam kehidupan social orang Medan.
Limper misalnya, adalah singkatan dari lima perak yang berarti nilai uang sebesar lima rupiah. Selanjutnya limpul, yang bermakna pada pecahan uang lima puluh rupiah. Setelah limpul, pecahan lain yang memiliki singkatan dalam dinamika sosiologis masyarakat Medan adalah limrat. Limrat berkaitan dengan nilai pecahan lima ratus rupiah.
Namun setelah nilai rupiah tergerus dan mulai berkurang nilainya dalam kegiatan jual beli, istilah-istilah untuk pecahan limper, limpul, dan limrat, ada yang hilang ataupun bergesr nilainya ke atas. Untuk pecahan limper misalnya, hilang sama sekali dalam kosa kata jual beli masyarakat Medan. Ini disebabkan karena tidak ada lagi barang-barang yang bernilai lima perak atau lima rupiah.
Sementara itu, untuk  istilah limpul (lima puluh rupiah) dan limrat (lima ratus rupiah), maknanya bergeser ke atas. Limpul atau lima puluh rupiah  itu bermakna nilai lima puluh ribu rupiah, bukan lagi lima puluh rupiah biasa. Sementara untuk limrat atau lima ratus rupiah nilainya bergeser ke atas menjadi lima ratus ribu rupiah.
Jadi kalau Anda datang ke Medan dan membeli sesuatu di pajak dan penjual memberi harga limpul itu artinya harga produk tersebut lima puluh ribu rupiah. Jangan sekali-sekali  Anda menawar produk tersebut dengan harga empul untuk pengganti nilai rupiah sebesar empat puluh ribu. Si pedagang pasti akan bingung, apa itu “empul”.
Untuk pecahan=pecahan rupiah lainnya, orang Medan tidak memiliki singkatan tertentu. Bahkan untuk lima ribu rupiah sampai saat ini tidak ada singkatannya, meski awal pecahannya memiliki angka lima juga seperti juga limper, limpul dan limrat.
Gambar : uang pecahan lim rupiah keluaran 1968
Sumber foto : Blibli
Tag:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *