JANGAN MENJAUH DARI-NYA
Oleh: Syahbana Daulay, Anggota Majelis Tabligh PWM Sumut
Dalam kehidupan modern yang serba cepat ini, manusia sering kali begitu sibuk mengejar rutinitas duniawi – pekerjaan, pendidikan, relasi sosial – hingga lupa bahwa ada satu Zat yang terus mengurus dan memperhatikan dirinya setiap saat: Allah SWT. Dengan pergulatan kesibukan rutinitas dunia, tanpa disadari, banyak dari kita mulai menjauh dari Tuhan, meskipun Dia tak pernah sedikit pun berpaling dari hamba-Nya.
Allah Selalu Hadir
Setiap detik hidup, Allah SWT hadir dalam tiap hela nafas hamba-Nya: memberikan oksigen untuk bernapas, menyediakan makanan, mendamaikan tidur, hingga mengingatkan ketika kita melakukan kesalahan. Namun ironisnya, manusia sering melupakan semua nikmat itu. Jarang dari manusia dengan sadar sungguh-sungguh berterima kasih kepada-Nya, bahkan sebaliknya berbuat maksiat dan tak tahu diri.
Inilah bentuk ketimpangan hubungan antara manusia dan Penciptanya. Di satu sisi, Allah senantiasa memberi dan menjaga, tapi di sisi lain, manusia lalai, tidak bersyukur, bahkan durhaka.
Apakah Allah Melupakan Hamba-Nya
Ketika seseorang terlalu sibuk hingga mengabaikan shalat, pernahkah Allah melarangnya untuk bersujud kembali? Tidak. Bahkan saat hidup terasa kosong dan dunia mulai menjauh, Allah tetap membuka pintu-Nya untuk siapa pun yang ingin kembali.
وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌۖ أُجِيبُ دَعْوَةَ ٱلدَّاعِ إِذَا دَعَانِۖ فَلْيَسْتَجِيبُوا۟ لِى وَلْيُؤْمِنُوا۟ بِى
لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku. Maka, hendaklah mereka memenuhi (perintah)-Ku dan beriman kepada-Ku agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (QS. Al-Baqarah: 186)
Ini merupakan bentuk kasih sayang yang luar biasa. Manusia bisa saja mengabaikan Allah, namun Allah tidak membalas dengan cara yang sama. Maka segeralah mendekat, kerjakan apa yang Ia perintah dan sirami iman agar tumbuh mekar dalam hati yang tenang.
Manusia: Makhluk yang Rentan Bosan
Tidak akan bosan, bila manusia tahu hakikat dan manisnya ibadah. Adanya hanya kerinduan dan kebutuhan beribadah, mendekat dan berbincang dengan Rabb-nya
خُذُوا مِنَ الْأَعْمَالِ مَا تُطِيقُونَ، فَإِنَّ اللَّهَ لَا يَمَلُّ حَتَّى تَمَلُّوا
“Ambillah dari amal perbuatan itu yang kalian mampu, karena sesungguhnya Allah tidak akan bosan sampai kalian bosan.” (HR. al-Bukhari Muslim)
Hadis ini memperlihatkan karakter manusia yang fluktuatif dan mudah bosan, bahkan dalam berbuat kebaikan untuk dirinya sendiri. Sedangkan Allah, konsisten dan sabar mengurus hamba-Nya. Ini mengingatkan kita bahwa dalam beragama, kestabilan dan ketekunan jauh lebih penting daripada semangat yang sesaat.
Jiwa yang Tidak Terkendali
Dalam psikologi, dikenal istilah impulsive, yakni kecenderungan untuk bertindak tanpa pertimbangan panjang. Jika manusia selalu menuruti keinginan dirinya tanpa kontrol, ia akan seperti anak kecil yang tidak pernah puas. Hawa nafsu, jika dibiarkan, akan mengambil alih peran sebagai “tuan”, dan manusia menjadi “budaknya”.
Sebaliknya, jiwa yang disiplin dan dibimbing oleh nilai-nilai ilahiah akan tumbuh menjadi pribadi yang stabil, kuat, dan berorientasi pada makna hidup yang lebih tinggi. Petunjuk Ilahi untuk Mereka yang Bersungguh-sungguh
وَٱلَّذِينَ جَـٰهَدُوا۟ فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَاۚ وَإِنَّ ٱللَّهَ لَمَعَ ٱلْمُحْسِنِينَ
“Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridaan) Kami, Kami akan tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami.” (QS. Al-Ankabut: 69)
Ayat ini menegaskan bahwa petunjuk dan hidayah tidak datang secara instan. Ia diperuntukkan bagi mereka yang berusaha keras mencarinya. Generasi sahabat Nabi adalah contoh sempurna: hidup mereka dipersembahkan untuk agama, dan karena itu mereka mendapat bimbingan langsung dari Allah.
Sayangnya, generasi masa kini cenderung terbalik. Petunjuk tersedia dalam berbagai bentuk, Al-Qur’an, hadis, teknologi dakwah, namun seringkali diabaikan. Akibatnya, banyak yang hidup tanpa arah dan merasa jauh dari ketenangan.
Kembali ke Titik Nol
Tuhan tidak pernah meninggalkan manusia. Manusialah yang menjauh karena kesibukan, kemalasan, atau keangkuhannya sendiri. Sudah saatnya bertanya dalam hati: kepada siapa kita bergantung saat semua tak lagi berpihak? Siapa yang benar-benar peduli, meski kita telah berkali-kali mengabaikan-Nya?
Shalatlah dan berdoa dengan bahasa sendiri dari hati yang rindu. Tidak ada kata terlalu panjang atau terlalu sederhana untuk disampaikan kepada Allah. Ia mendengar semua, dan Ia dekat lebih dari yang kita bayangkan. Wallahu a’lam. (***)
