Dian yang Tak Pernah Padam
(Sedekah Literasi untuk Adik-Adikku Aktifis IMM)
Oleh Muhammad Qorib
(Wakil Ketua PWM Sumut, Dekan FAI UMSU, Duta Perdamaian Heavenly Culture World Peace Restoration of Light, Indonesia Korea Selatan)
Menjadi kader Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) melukiskan jejak kebahagiaan tersendiri. Lapisan cerdik cendekia dan elit di Muhammadiyah ini merupakan garda terdepan gerakan pencerahan.
Dibekali semangat jiwa muda yang bergelora dan sejuta cita-cita membuat IMM semacam bengkel perubahan. Kehadirannya di Muhammadiyah turut memperkuat gema dakwah Islam berkemajuan. Daya dobraknya sangat bertenaga dan suara lantangnya membumbung di cakrawala.
*Menyajikan Fakta*
Alur cerita dari susunan logika yang menakjubkan namun bersifat semu sering menuai kekecewaan. Apalagi jika cerita itu dikonfrontasi dengan fakta.
Tak demikian dengan IMM. Jati dirinya mengandung sejuta pengabdian. Pemikiran dan gerakannya terimplementasi secara apik dan sangat lekat dengan berbagai kebutuhan yang menyejarah.
Mulai dari persoalan keumatan, kebangsaan dan kemanusiaan, tak lepas dari sentuhan tangan dingin IMM. Inilah yang menjadikannya didekati, dipahami dan disayangi.
IMM telah berbuat di berbagai tempat. Sepenggal kalimat tersebut bukan lontaran hampa. Di kota-kota metropolitan berlampu merkuri sampai di pelosok negeri yang belum terjamah jemari perubahan, tak lepas dari sentuhan IMM. Kader-kader IMM bertebaran di seluruh perkampungan dunia. Mulai Amerika, Eropa, Afrika, Asia dan Australia, telah dilintasi.
Gerakan dakwah IMM menembus suku bangsa dan budaya, melampaui adat istiadat dan wilayah agama. Ini dilakukan karena IMM berangkat dari perlombaan menuju kebaikan.
Sebagai gerakan dakwah dan tajdid, IMM menjadi penyambung lidah Muhammadiyah. Misi Islam Berkemajuan tak lekang dalam struktur nalar IMM. Islam Berkemajuan meniscayakan keramahan dan toleransi, sebagaimana dipaparkan dalam Alquran.
Keramahan dan toleransi mengandung relasi ganda, yaitu ke dalam dan keluar. Ke dalam ditujukan ke lingkungan Muhammadiyah dan keluar ditujukan kepada semua elemen yang sejalan dengan jati diri IMM.
IMM menyadari sepenuhnya bahwa cita-citanya adalah cita-cita Muhammadiyah. Semua nafas dan langkahnya berangkat dari visi dan misi Muhammadiyah. Pada akhirnya IMM beramal dan berjuang untuk kemaslahatan Muhammadiyah.
IMM tak lupa, bahwa ia lahir dari orang tua yang terdidik, menghormati adab, dan memegang teguh etika agama. Karena itulah, lisan IMM mesti terjaga. Tindak-tanduknya tetap mengacu pada etika agama.
Permata ini selalu digenggam demi terwujudnya keadaban individual, institusional dan publik.
IMM memiliki tanggung jawab besar untuk merawat Muhammadiyah. Ini menjadi sebuah kewajiban yang bermuara pada kemaslahatan institusi.
Karena memiliki orang tua, IMM tidak seperti anak jalanan. IMM tidak akan menentukan arah gerakannya sendiri secara egoistik dan liar.
Perlawanan dan pembangkangan terhadap Muhammadiyah adalah dua hal yang tak lazim dan bukan merupakan karakter IMM.
Jikapun terjadi ketegangan dalam keluarga, maka ketegangan itu merupakan ketegangan kreatif. Ketegangan itu diolah dengan suasana dialogis dalam bingkai kekeluargaan. Hubungan orang tua dan anak, serta saudara kandung, adalah hubungan natural.
Hubungan itu dilahirkan dari niat tulus dan akan berujung pada kemaslahatan kolektif. Hubungan tersebut tidak dibangun dari relasi who gets what, siapa mendapat apa.
Hubungan natural jauh dari kepentingan pragmatis dan sesaat. Hubungan natural mengedepankan mashlahat daripada mafsadat.
IMM mengemas masalah secara rapi agar tidak terekspos secara masif dan viral di setiap lisan dan ruang sosial.
IMM mengasah ruhaninya agar senantiasa dewasa dan matang dalam menyikapi berbagai keadaan. Hal tersebut dapat dilihat dari sikapnya yang responsif dengan membawa masalah ke ruang diskusi dan konsultasi.
IMM bukan tampil untuk menjadi sosok yang menghakimi, melainkan sosok yang mau mendengar sembari memetakan jalan terbaik. Komunikasi dan koordinasi menjadi vitamin tersendiri.
Di Muhammadiyah IMM bukan anak tunggal. Terdapat anak-anak lain yang juga memiliki visi dan misi sama. Sebab itulah, sinergitas pemikiran dan gerakan merupakan anyaman kekuatan yang dipromosikan.
IMM tidak pernah merasa bangga dengan kebesaran eksistensinya di luar persyarikatan, namun menjadi benalu saat kembali ke dalam. Akrab dengan pihak lain namun terasing di rumah sendiri. Sampan gerakan IMM pada akhirnya berlabuh di Muhammadiyah.
Sebagai kaum muda, IMM sangat tegar menghadapi tantangan. Sebagaimana adagium yang ditulis Sir Muhammad Iqbal, filosof masyhur itu, “tak ku kayuh bidukku ke samudera yang tak berbuaya”.
IMM juga demikian, tegar dengan tantangan. Tidak akan pernah berkembang di IMM nalar yang tidak kreatif. Kreatifitas dibutuhkan untuk menghiasi rumah IMM dengan ornamen-ornamen kegiatan. Sehingga IMM tidak sepi kegiatan dan tidak ketinggalan.
Hambatan berupa infrastruktur dan finansial tak mesti membuat IMM tersungkur, apalagi menjadi sahaya orang lain. Keadaan tersebut menuntut sikap inovatif sebagai amunisi dasar kaum muda.
Membuka jaringan dengan pihak luar akan membesarkan IMM. Jaringan tetap pada episentrum keumatan, kebangsaan dan kemanusiaan.
Seperti Muhammadiyah, IMM memainkan high politics, yaitu bagaimana keadilan, toleransi, kejujuran tidak hanya indah di bibir namun tertuang dalam implementasi.
Bergaul dengan siapa saja diperbolehkan sejauh tidak melanggar norma-norma ideologis. Sebagaimana Muhammadiyah, IMM menjadi warga dunia.
Kecakapan individual dan karakter Islami menjadi dasar utama dalam pergaulan itu. Interaksi antar budaya dan dialog antar peradaban tak dapat dihindari.
Di dalamnya masing-masing menyajikan kontribusi. Dalam konteks itulah IMM dapat hadir sebagai salah satu elemen kepemudaan dunia yang mumpuni.
Pribadi-pribadi yang tangguh, berkepribadian, rendah hati, sebagaimana yang ditanamkan IMM, akan senantiasa menjadi pengarah dalam setiap episentrum perubahan.
*Tak Pernah Padam*
IMM pencandra masa depan. Pijar perubahan yang dipancarkannya seperti dian yang tak pernah padam. IMM menebar kemaslahatan dimanapun dan kapanpun. Kendati musim berganti dan zaman berubah, namun jati diri IMM tak pernah berganti dan visi dan misinya tak pernah berubah.
Jasa yang diberikan oleh IMM sudah tak terhitung. Namun terekam rapi di rahim sejarah. IMM mengantarkan kader-kadernya ke pangkuan Muhammadiyah. Pada akhirnya, Muhammadiyah mengantarkan warganya ke gerbang surga dengan keridhaan Allah Yang Maha Rahman dan Maha Rahim. *Semoga bermanfaat*.
Penulis Dr. Muhammad Qorib,
(Wakil Ketua PWM Sumut, Dekan FAI UMSU, Duta Perdamaian Heavenly Culture World Peace Restoration of Light, Indonesia Korea Selatan)