Muhasabah (مُحَاسَبَةَ) di Masa Pandemi Covid-19
Oleh : Dr. Sulidar, M.Ag
Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sumatera Utara
Periode 2015-2020.
Pendahuluan
Dalam masa pandemi Covid-19 (corona virus disease-19) hingga kini (saat artikel ditulis Juli 2020) belum juga normal. Oleh sebab itu, sebagai warga yang baik, khususnya umat Islam, mari patuhi protokol kesehatan yang telah ditetapkan oleh Pemerintah. Selalu cuci tangan dengan sabun, memakai masker jika keluar rumah, dan menjaga jarak (physical distancing) di tempat keramaian bahkan ketika di tempat ibadah, juga menjaga stamina tubuh agar tetap sehat dengan mengkonsumsi makanan yang bergizi. Dalam situasi dan kondisi seperti ini, maka Alquran dan as-Sunnah, sebagai way of life-nya umat Islam, memberikan panduan kepada kaum muslimin, salah satunya adalah melakukan muhasabah untuk meningkatkan kualitas kehidupannya, baik di dunia maupun di akhirat. Dengan muhasabah kaum muslimin akan senantiasa menyadari betapa terbatasnya kekuatan dan kekuasaan yang dimilik manusia sebagai makhluq Allah.
Manusia terkadang tanpa disadarinya telah melakukan kesalahan dan dosa, dengan adanya muhasabah, maka kesalahan dan dosa diminimalkan pada setiap saat, jika tidak bisa dihilangkan sama sekali, sebab manusia tidak mungkin tidak melakukan kesalahan dan dosa, selama setan masih tetap hidup mendampingi manusia. Setan baru mati pada saat hari kiamat tiba. Oleh karenanya, muhasabahpun mestinya dilakukan pada setiap saat, agar kualitas kehidupan kita akan terpelihara, yang pada akhirnya mewujudkan kebahagian, baik di dunia maupun di akhirat.
Pengertian Muhasabah
Pada dasarnya, kata muhasabah berasal dari Bahasa Arab, yang kata dasar adalah : hasiba (حَسِب)- yahsabu (يَحْسَبُ)-hisaban (حِسَابًا), selanjutnya makna muhasabah ( مُحَاسَبَةَ ) berarti melakukan perhitungan; adapun arti secara istilah syara’ adalah melakukan penilaian atau evaluasi diri mengenai kebaikan dan keburukan yang dilakukan dalam segala situasi, baik yang berhubungan dengan ibadah kepada Allah swt. maupun hubungan sosial, yang berhubungan dengan Makhluk-Nya. Pengertian makhluk Allah di sini adalah bukan saja manusia, tetapi boleh jadi tumbuh-tubuhan, hewan, air, udara, dan segala sesuatu yang Allah ciptakan, baik yang berada di atas bumi maupun di langit.
Dengan perkataan lain, sederhananya, makna muhasabah itu adalah wujud instrospeksi diri terhadap apa yang telah dilakukan selama ini. Dengan harapan adanya perubahan setelah mengetahui adanya keburukan pada diri untuk segera di perbaiki, jika ada kebaikan, maka berusaha untuk lebih baik lagi dari yang sebelumnya.
Pentingnya Muhasabah pada masa pandemi covid-19
Orang yang cerdas dan arif akan menyadari akan kelemahan dan kekurangan nya, apalagi pada masa pandemi covid-19, suatu kondisi yang sangat memprihatinkan dalam segala lini kehidupan manusia, baik kesehatan, ekonomi, sosial budaya, bahkan pelaksanaan ibadah mengalami format yang tidak normal. Hal ini yang mengakibatkan umat manusia pada umumnya menghadapi masa-masa sulit dan terkadang melhirkan keputusasaan. Bagi umat Islam, diajarkan dalam segala situasi dan kondisi ada solusinya, ketika tertimpa musibah seperti saat adanya pandemi covid-19 sekarang ini kita mesti bersabar, sedangkan pada saat mendapat nikmat kita bersyukur. Sebagaimana hadis Rasul saw., yang menegaskan:
عَنْ صُهَيْبٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَجَبًا ِلأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَاكَ ِلأَحَدٍ إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ.
Dari Suhaib berkata: Rasul saw. bersabda: “perkara orang mu`min mengagumkan, se sungguhnya semua perihal baginya baik, dan itu tidak dimiliki seorang pun selain orang mu`min, bila tertimpa kesenangan, ia bersyukur dan syukur itu baik baginya dan bila tertimpa musibah, ia bersabar dan sabar itu baik baginya.” H.R. Muslim.No. 5318.
Untuk meraih apa yang ditegaskan dalam hadis di atas, maka dipelukan muhasabah yang baik dan benar. Berikut ini ada beberapa hal yang penting untuk kita muhasabah-kan agar kehidupan kita akan berkualitas.
01. Muhasabah tentang waktu (kesempatan)
Setiap manusia diberikan oleh Allah swt dengan waktu yang sama, yaitu 24 jam satu hari. Pertanyaannya, apakah manusia tersebut menggunakan waktu yang diberikan oleh Allah swt tersebut digunakan secara maksimal untuk kebaikan dan kemaslahatan, baik kepada dirinya sendiri maupun kepada orang lain, atau kebalikannya melakukan kejahatan dan kemaksiyatan sepanjang waktu yang diberikan oleh Allah swt. Bagi orang Muslim diperlukan muhasabah untuk melihat apakah dirinya dalam memanfaatkan dari waktu ke waktu untuk kebaikan atau kemaslahatan sebagaimana yang dituntun oleh Allah dan Rasul-Nya. Sebab, tujuan diciptakannya manusia oleh Allah swt adalah untuk beribadah kepada-Nya, jadi usia atau umur yang diberikanNya, mestilah orientasinya ibadah kepada Allah. Swt. Pehatikan Q.S.az-Zariya/51:56:
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالاِنْسَ اِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ
Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.
Muhasabah tentang waktu dapat kita ambil contoh 1 menit atau 60 detik itu sangat berguna bagi orang yang beriman. Sebab, jika 1 menit itu digunakan untuk membaca Alquran maka manfaat dan keuntungannya luar biasa. Dalam hadis diketahui Alquran jika dibaca satu huruf saja akan mendapat pahala 10 kali lifat, bayangkan satu menit kita dapat membaca Alquran 5 ayat saja, dengan jumlah 100 huruf, maka didapatkan pahala sebesar 1000 pahala. Inilah contoh kita memanfaatkan waktu secara maksimal. Dengan demikian, satu menit itu akan tercatat dalam buku amal catatan kebaikan kita, jika kita tahu cara menggunakan dan memeliharanya. Jadi, perhatikan berapa menit, berapa jam, berapa hari, berapa bulan, bahkan berapa tahun dari hidup kita yang telah terbuang sia-sia, hilang dalam berbagai percakapan dan ngobrol yang tidak bermanfaat, hal ini berlalu bagai debu yang bertebaran. Oleh karena itu mari mulai kita merencanakan hidup dan menggunakan waktu dan kesempatan yang diberikan oleh Allah swt secara maksimal. Allah swt berfirman dalam Q.S.al-Hasyr/59 :18:
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللهَ إِنَّ اللهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ (18)
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwa lah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu perbuat.
Ayat ini memerintahkan setiap mukmin agar melakukan muhasabah atau eva luasi (instropeksi) terhadap amal dan aktifitas yang telah dilakukan guna mempersiap kan diri untuk kehidupan masa depan, di dunia dan akhirat. muhasabah atau Evaluasi (instropeksi) diri penting untuk peningkatan kualitas kehidupannya bagi setiap muk min. Melakukan muhasabah atau evaluasi (instropeksi). minimal secara umum terhadap berbagai fasilitas yang kita rasakan selama ini adalah berasal dari karunia Allah swt. Kita dapat mengajukan beberapa pertanyaan, diantaranya apakah umur, jabatan yang tinggi, ilmuyang luas, harta yang banyak, kesempatan dan waktu luang yang terpakai sudah maksimal digunakan untuk beribadah kepada Allah? Ini perlu diperhatikan karena kesempatan hidup semakin terbatas, dan setiap orang semakin dekat dengan kematian. Umar Ibn al-Khattab r.a. pernah berpesan kepada para sahabat dan kaum muslimin pada masanya:
وَيُرْوَى عَنْ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ قَالَ حَاسِبُوا أَنْفُسَكُمْ قَبْلَ أَنْ تُحَاسَبُوا وَتَزَيَّنُوا لِلْعَرْضِ الأَكْبَرِ وَإِنَّمَا يَخِفُّ الْحِسَابُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَلَى مَنْ حَاسَبَ نَفْسَهُ فِي الدُّنْيَا.
Dan telah diriwa yatkan dari Umar bin Al-Khottob dia berkata: “Evaluasilah (hisab-lah) diri kalian sebelum kalian dievaluasi atau dihitung dan persiapkanlah untuk hari semua dihadapkan (kepada Rabb Yang Maha Agung), hisab (perhitungan) akan ringan pada hari kiamat bagi orang yang selalu mengevaluasi (meng-hisab) dirinya ketika di dunia.”.H.R.at-Tirmizi. No. hadis 2383.
Asar di atas menggambarkan urgensi evaluasi/instropeksi diri muhasabah dalam menjalani kehidupan di dunia ini. Karena hidup di dunia merupakan rangkaian dari sebuah rencana (planning) dan misi besar seorang hamba, yaitu meraih keridaan Rab-nya.Dalam menjalankan misi tersebut, seseorang tentunya harus memiliki visi (ghayah), perencanaan (ahdaf), strategi (takhtith), pelaksanaan (tatbiq) dan evaluasi (muhasabah).
Hal terakhir merupakan pembahasan utama yang dijelaskan oleh Umar bin al-Khattab dalam asar tersebut. Bahkan dengan jelas, Umar bin al-Khattab mengaitkan evaluasi (muhasabah) dengan kesuksesan, sedangkan kegagalan adalah dengan mengikuti hawa nafsu dan banyak angan-angan. Mari, pada masa pandemi covid-19, manfaat waktu dan kesempatan dengan bebagai aktivitas yang bermanfaat, baik untuk diri kita sendiri, maupun untuk sosial. Kemudian tinggalkan semua perkataan dan perbuatan yang sia-sia (perhatikan Q.S.al-Mukminun/23:4) yang menghambat kesuksesan dan kebahagian kita. ( BERSAMBUNG)