Karakteristik Munafiq (مُنَافِق) dalam Alquran dan as-Sunnah ( Bagian I )
Oleh : Dr. Sulidar, M.Ag
Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sumatera Utara Periode 2015-2020.
Pengertian Munafiq
Kata munafik, bila merujuk Kamus Besar Bahasa Indonesia, diartikan dengan berpura-pura percaya atau setia dan sebagainya kepada agama dan sebagainya, tetapi sebenarnya dalam hatinya tidak; suka (selalu) mengatakan sesuatu yang tidak sesuai dengan perbuatannya; bermuka dua.[1] Selanjutnya secara bahasa, kata munafik (مُنَافِق) berasal dari kata nafaqa (نَفَقَ), nifa qan (نِفَاقًا) memiliki arti mengadakan, mengambil bagian dalam, membicarakan sesuatu yang dalam pandangan keagamaan. Pengakuan nya dari satu orang berbeda-beda dengan yang lainnya. Adapun dalam pengertian syara’, munafik adalah orang yang lahirnya beriman padahal hatinya kufur, bahasa lainnya hipokrit atau ambigu bersifat mendua.
Munafik dalam Alquran
Jika ditelusuri jenis munafik dalam Alquran terdiri atas dua bagian besar, yaitu (1) munafik dalam bentuk keimanan (nifaq i’tiqadi), dan (2) nifaq dalam bentuk perbua tan atau perilaku (nifaq ‘amali). Alquran menyebut kata nifaq yang bermakna munafik dengan akar katanya ada sebanyak 37 kali[2], dengan berbagai surat yang berbeda. Ada 9 surat dalam Alquran yang mengungkap kata munafik dengan akar kata nifaq, surat-surat tersebut yaitu Q.S.Ali Imran/3; an-Nisa’/4; al-Anfal/8; at-Taubah/9; al-Anka but/29; al-Ahzab/33; al-Fath/48; al-Hadid/57; dan al-Munafikun/63.[3]
(1) Nifaq I’tiqadi, munafik dalam keimanan.
Munafik dalam format keimanan atau keyakinan (nifaq i’tiqadi) adalah nifaq besar, yakni pelakunya menampakkan keislaman, tetapi menyembunyikan kekufuran. Jenis munafik ini menjadikan pelakunya keluar dari agama dan dia berada paling bawah Neraka. Allah menyifati para pelaku munafik jenis ini dengan berbagai kejahatan, seperti kekufuran, ketiadaan iman, mengolok-olok dan mencaci-maki agama dan pemeluknya serta kecenderungan kepada musuh-musuh Islam untuk bergabung dengan mereka dalam memusuhi Islam. Selain kata nifaq, Alquran juga menggunakan kata khada’a untuk menggambarkan perilaku orang-orang yang menyandang sifat tersebut. Alquran juga menyebut para orang-orang munafik memiliki penyakit hati bahkan Allah menambah penyakit tersebut. Karateristik munafik jenis ini setidaknya ada 5 yaitu:
- Tidak Beriman kepada Allah dan Rasul-Nya.
- Berkeinginan menipu Allah dan orang-orang yang beriman.
- Dalam hatinya ada penyakit.
- Suka Berdusta.
- Bersumpah palsu (sumpah sebagai perisai)
Tentang kriteria , no 1 sampai dengan 4 ditegaskan dalam Q.S.al-Baqarah/ 2:8-10:
“Di antara manusia ada yang mengatakan:”Kami beriman kepada Allah dan Hari kemudian”, padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman. Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar. Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta.”
Pada kriteria no 5 terdapat dalam Q.S.al-Munafiqun/63:1-2.
“Apabila orang-orang munafik datang kepadamu, mereka berkata:”Kami mengakui, bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasul Allah”. Dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasul-Nya; dan Allah mengetahui bahwa sesung guhnya orang-orang munafik itu benar-benar orang pendusta. Mereka itu menjadikan sumpah mereka sebagai perisai, lalu mereka menghalangi (manusia) dari jalan Allah. Sesungguhnya amat buruklah apa yang telah mereka kerjakan. Q.S.al-Munafiqun/ 63: ayat 1-2;
(2) Nifaq ‘Amali; munafik dalam perbuatan.
Nifaq, atau munafik dalam format perbuatan atau perilaku (nifaq ‘amali) adalah melakukan sesuatu yang merupakan perbuatan orang-orang munafik, tetapi masih tetap ada iman di dalam hati. Munafik jenis ini tidak mengeluarkannya dari agama, tetapi merupakan perantara (washilah) kepada yang demikian. Pelakunya ada dalam dirinya iman dan nifaq. Karakteristika munafiq seperti ini cukup banyak, namun disini dikemukakan setidaknya ada 15 karakteristik, yaitu:
- Suka menipu,
- Malas dalam mendirikan salat,
- Riya’dalam mendirikan salat, dan
- Sedikit berzikir kepada Allah.
Kriteria munafik no. 1,2,3, dan 4 perhatikan dalam Q.S.an-Nisa’/4: 142;
“Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk salat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan salat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah (zikir) kecuali sedikit sekali.”
- Berkhianat (Q, At-Taubah/9: 75 -77).
- Suka melakukan kerusakan di muka bumi (Q.S.al-Baqarah/2 : 11-12).
- Mencela orang yang mukmin (Q. at-Taubah/9:79).
- Mudah ingkar janji. (Q.S. at-Taubah/9:75-77).
- Suka Membuat Fitnah dan Menyebarkan Berita Bohong.(Q.S.an-Nur/24:11-20)
- Menuduh bodoh orang beriman (Q.S.al-Baqarah/2:13).
- Ucapannya menarik hati, sombong dan merasa mulia berbuat dosa (Q.S.al-Baqarah/2:2040206).
- Membantu orang kafir dan memata-matai orang beriman.(Q.S.an-Nisa’/4:138 139 dan 141).
- Berhukum dengan hukum setan (thaghut). (Q.S.an-Nisa’/4:60-63.
- Menyuruh berbuat mungkar dan melarang berbuat ma’ruf. (Q.S.at-Taubah/9:67).
- Mencela Orang-orang beriman yang bersedekah dengan ikhlas, (Q.S.at-Taubah/9: 79).
Munafik dalam as-Sunnah
Dalam al-Hadis pada dasarnya ada beberapa ciri khas atau karakteristik perilaku orang-orang munafik, di antaranya: Ada 3 (tiga) kriteria orang munafik
حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ أَبُو الرَّبِيعِ قَالَ حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ جَعْفَرٍ قَالَ حَدَّثَنَا نَافِعُ بْنُ مَالِكِ بْنِ أَبِي عَامِرٍ أَبُو سُهَيْلٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَعَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ آيَةُ الْمُنَافِقِ ثَلاثٌ إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ وَإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ وَإِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ.
Telah menceritakan kepada kami Su laiman Abu ar-Rabi’ berkata, telah menceritakan kepa da kami Isma’il bin Ja’far berkata, telah menceritakan kepada kami Nafi’ bin Malik bin Abu ‘Amir Abu Su hail dari bapaknya dari Abu Hurairah dari Nabi saw., beliau bersabda: “Tanda-tanda munafik ada tiga; jika berbicara dusta, jika berjanji mengingkari dan jika diberi amanat dia khianat”.H.R.al-Bukhari.No.32.
Jika bertengkar, curang dan melampau batas
Dalam hadis lain ada 4 (empat) kriteria orang munafik
حَدَّثَنَا قَبِيصَةُ بْنُ عُقْبَةَ قَالَ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ عَنْ الأَعْمَشِ عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ مُرَّةَ عَنْ مَسْرُوقٍ عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَمْرٍو أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أَرْبَعٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ كَانَ مُنَافِقًا خَالِصًا وَمَنْ كَانَتْ فِيهِ خَصْلَةٌ مِنْهُنَّ كَانَتْ فِيهِ خَصْلَةٌ مِنْ النِّفَاقِ حَتَّى يَدَعَهَا إِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ وَإِذَا حَدَّثَ كَذَبَ وَإِذَا عَاهَدَ غَدَرَ وَإِذَا خَاصَمَ فَجَرَ.
Telah menceritakan kepada kami Qabishah bin ‘Uqbah berkata, telah menceritakan kepada kami Sufyan dari Al-A’masy dari Abdullah bin Murrah dari Masruq dari Abdullah bin ‘Amru bahwa Nabi saw bersabda: “Empat hal bila ada pada seseorang maka dia adalah seorang munafik tulen, dan barangsiapa yang terdapat pada dirinya satu sifat dari empat hal tersebut maka pada dirinya terdapat sifat nifaq hingga dia meninggalkannya.Yaitu, jika (1) diberi amanat dia khianat, (2) jika berbicara dusta, (3) jika berjanji mengingkari dan (4) jika bertengkar atau berseteru curang atau melewati batas”. H.R.al-Bukhari.No. 33.
Orang Munafik tidak suka salat jamaah Isya dan Subuh di Masjid.
حَدَّثَنَاابْنُ نُمَيْرٍحَدَّثَنَا أَبِي حَدَّثَنَا الْأَعْمَشُ ح وحَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ وَأَبُو كُرَيْبٍ وَاللَّفْظُ لَهُمَا قَالاَ حَدَّثَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ عَنْ الأَعْمَشِ عَنْ أَبِي صَالِحٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ أَثْقَلَ صَلاةٍ عَلَى الْمُنَافِقِينَ صَلاةُ الْعِشَاءِ وَصَلَاةُ الْفَجْرِ وَلَوْ يَعْلَمُونَ مَا فِيهِمَا َلأَتَوْهُمَا وَلَوْ حَبْوًا.
Telah menceritakan kepada kami Ibnu Numair telah menceritakan kepada kami Ayahku telah menceritakan kepada kami Al-A’masy (Dan diriwayat kan dari jalan lain) telah menceritakan kepada kami Abu Bakr bin Abu Syaibah dan Abu Kuraib sedang kan lafal hadis darinya, keduanya berkata; telah mence ritakan kepada kami Abu Mua wiyah dari Al-A’masy dari Abu Shalih dari Abu Hurairah katanya; Rasul saw. bersabda: “Salat yang dirasakan berat bagi orang-orang munafik adalah salat Isya` dan salat Subuh, se kiranya mereka mengetahui keutamaannya, niscaya mereka akan mendatanginya sekalipun dengan merangkak.” H.R.Muslim. No. 1041.
Pandai bersilat lidah
حَدَّثَنَا أَبُو سَعِيدٍ حَدَّثَنَا دَيْلَمُ بْنُ غَزْوَانَ عَبْدِيٌّ حَدَّثَنَا مَيْمُونٌ الْكُرْدِيُّ حَدَّثَنِي أَبُو عُثْمَانَ النَّهْدِيُّ عَنْ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ أَخْوَفَ مَا أَخَافُ عَلَى أُمَّتِي كُلُّ مُنَافِقٍ عَلِيمِ اللِّسَانِ.
Telah menceritakan kepada kami Abu Sa’id Telah menceritakan kepada kami Dailam Bin Ghazwan seorang abd, Telah menceritakan kepada kami Maimun Al-Kurdi Telah menceritakan kepadaku Abu Usman An-Nahdi dari Umar Bin Al Khaththab bahwa Rasul saw. bersabda: “Sesungguhnya yang paling aku takuti dari ummatku adalah setiap munafiq yang pandai bersilat lidah.”H.R. Ahmad. No. 137.
Memiliki dua wajah, tidak bisa dipercaya.
حَدَّثَنَا هَاشِمٌ حَدَّثَنَا لَيْثٌ حَدَّثَنِي يَزِيدُ بْنُ أَبِي حَبِيبٍ عَنْ عِرَاكٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّهُس َمِعَ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِنَّ شَرَّ النَّاسِ ذُو الْوَجْهَيْنِ يَأْتِي هَؤُلاءِ بِوَجْهٍ وَهَؤُلَاءِ بِوَجْهٍ.
Telah menceritakan kepada kami Ha syim telah menceritakan kepada kami Laits telah men ceritakan kepadaku Yazid bin Abi Habib dari ‘Irak dari Abu Hurairah bahwa ia mendengar Rasul saw. Bersabda: “Sesungguhnya manusia yang paling buruk adalah pemilik dua wajah (munafiq), datang kepada satu golongan dengan satu wajah, dan kepada golongan yang lain dengan wajah yang lainnya.”H.R.Ahmad. No. 7724.
حَدَّثَنَا الْخُزَاعِيُّ قَالَ أَخْبَرَنَا ابْنُ بِلَالٍ عَنِ ابْنِ عَجْلَانَ عَنْ عُبَيْدِ اللهِ بْنِ سَلْمَانَ الأَغَرِّ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَأَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَا يَنْبَغِي لِذِي الْوَجْهَيْنِ أَنْ يَكُونَ أَمِينًا.
Telah menceritakan kepada kami Al-Khuza’i telah mengabarkan kepada kami Ibnu Bilal dari Ibnu ‘Ajlan dari ‘Ubaidilah bin salman Al-Aghar dari bapaknya dari Abu Hurairah berkata; Bahwasannya Nabi saw. bersabda: “Tidak selayaknya bagi pemilik dua wajah (munafiq) menjadi seorang yang dipercaya.”H.R.Ahmad. No. 8426.
(Bersambung)
[1]Tim Penulis Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Keempat (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008), h. 939.
[2]Muhammad Fuad ‘Ab al-Baqiy, al-Mu’jam al-Mufahras li-Alfaz al-Qur’an al-Karim (Beirut: Dar al-Ma’rifah, 1992), h. 887.
[3]Ibid.