Setiap manusia pasti akan mengalami suatu musibah, sebab itulah kita harus bisa mengambil hikmah dari sebuah gmusibah dengan cara memahami konsep musibah. Musibah dalam tuntunan Al Qur’an dan Hadist mempunyai 3 dimensi, yaitu:
Musibah adalah sebagai sebuah hukuman Allah atas pembangkangan yang dilakukan manusia terhadap aturan ketetapan Allah. QS. An Niisaa’ (4): 79 “Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang menimpamu maka itu dari ( kesalahan) dirimu sendiri..”
Musibah adalah sebagai penghapus dosa sehingga diakhirat nanti dosa tersebut tidak diperhitungkan lagi karena balasannya telah diberikan didunia. Rasulullah bersabda: ” Apabila Allah menghendaki kebaikan bagi hambaNya, maka didahulukan baginya hukuman didunia ‘( berupa musibah dan kesusahan agar terhapus dosa-dosanya) dan apabila Dia menghendaki keburukan pada hambaNya, maka Dia akan menahan darinya (membiarkannya) dengan dosa-dosanya dibalas pada hari kiamat” HR. Turmudzi
Musibah adalah sebagai ujian untuk kenaikan derajat kita dihadapan Allah. Rasulullah bersabda:
“Sesungguhnya orang-orang shaleh akan diperberat (musibah) atas mereka . Dan tidaklah seorang mukmin tertimpa suatu musibah, seperti tertusuk duri atau lebih ringan dari itu kecuali akan dihapuskan dosa-dosanya dan akan ditingkatkan derajatnya”. HR Ahmad, Ibnu Hibban, Al Hakum dan Baihaqi.
Pada hakikatnya, semua ketetapan yang Allah berikan kepada kita termasuk musibah tidak ada keburukannya bagi seorang muslimin.
Seorang ahli hikmah berkata: “Ketika Allah memberimu nikmat, maka akan terasa olehmu kebaikan-kasih sayangNya. Dan ketika Allah memberimu musibah, sebenarnya ia ingin memberimu hikmah.”
Adapun yang dianggap keburukan bagi manusia sebenarnya bersifat nisbu (tidak mutlak). Ia bukanlah problem nalar, melainkan problem rasa ( yaitu sebagai akibat dari keinginannya untuk mendapatkan yg terbaik dengan melupakan keinginan orang lain), misalnya saja hujan yg deras dianggap buruk bagi orang2 yang sedang pesta, tukang penjual es krim, tapi mungkin sgt baik bagi petani atau seorang ojek payung atau tukang bakso.
Maka mulai saat ini cobalah untuk selalu membiasakan diri mengambil hikmah dari setiap musibah yang ada.
Kondisi wabah virus corona saat ini yang melanda seluruh dunia, mungkin secara sederhana merupakan sebuah musibah yang menimpa seluruh umat manusia.
Dengan demikian, dapatlah kiranya dimengerti bahwa sebaik-baik sikap dalam menghadapi musibah adalah dengan memperbanyak beristighfar memohon ampun kepada Allah SWT, tetap berikhtiar untuk mengantisipasi musibah dihadapi dan selalu bertawakkal kepada Allah dari setiap ikhtiar yang diusahakan..agar musibah bisa diantisipasi..karena dibalik setiap kesulitan pasti ada kemudahan. Allahu a’lam
Al Qur’anul karim Surat An Niisaa (4): 79
Permadi Alibasya, Bahan Renungan Kalbu, Penerbit Cahaya Makrifat Bandung, Juli 2016
Penulis, dr.Hendra Sutysna, M.Biomed, AIFO-K
Dosen Fakultas Kedokteran UMSU Dokter Klinik Pratama UMSU
Sekretaris MPKU PWM Sumatera Utara