Jakarta, infoMu.co – Sejumlah menghadiri deklarasi Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI). Tamapak bersama tokoh nasional Prof. Din Syamsudin (Dewan Pertimbangan MUI). Prof. Rahmad Wahab (Ketua NU Khitah). Dr. Ichsanoedin Noersy. Dr. Refly Harun. Prof. Dr. Chusnul Mariah. Dr.Said Didu. Rocky Gerung. Dr. Syahganda Nainggolan. Dr. Ahmad Yani. Sri Bintang Pamungkas. Adi Masardi. Junhur Hidayat. Prof Edwin. Habieb Muchsin Al Athos. Habieb Smith Alhadar. Joko Edy Abdurrahman. MS Ka’ban. Hadir via Call : Gatot Nurmantyo, Rizal Ramli, dan Rahmawati Soekarno Puteri..
Din Syamsuddin mengatakan, koalisi ini adalah gerakan moral untuk menyelamatkan Indonesia. KAMI, kata dia, terdiri dari berbagai tokoh.
“KAMI, pada pemahaman saya adalah sebuah gerakan moral seluruh elemen-elemen dan komponen bangsa lintas agama, suku, profesi, kepentingan politik kita bersatu, kita bersama-sama sebagai gerakan moral untuk menyelamatkan Indonesia,” ujar Din saat deklarasi di Jalan Fatmawati, Jakarta Selatan, Minggu (2/8).
Menurut Din, masih banyak tokoh lain yang mendukung KAMI tapi belum bisa hadir. Misalnya Gatot Nurmantyo, Rachmawati Soekarnoputri hingga Rizal Ramli. Ia mengatakan, tokoh-tokoh ini bakal hadir dalam acara KAMI selanjutnya.
“Saya yakin ormas-ormas Islam juga bersepakat, belum ada yang mewakili, mungkin saya sebagai ketua Wantim MUI begitu pula ormas atau majelis agama lain semuanya tadi pagi menghubungi,” kata Din.
Said berharap BUMN dapat menyelamatkan Indonesia, dan bukan untuk kepentingan kekuasaan semata.
“Saya hanya berharap para birokrat profesional teman-teman di BUMN terpanggil untuk menyelamatkan Indonesia karena Anda tanggung jawabnya sangat besar. Berhentilah menjadi manusia-manusia pembenar tapi jadilah manusia penegak kebenaran di tempat kerja masing-masing,” kata Said.
Apalagi, menurut Said, saat ini arah pembangunan Indonesia sudah tak sesuai dengan tujuan awal yang ada. Untuk itu, ia berharap seluruh pihak dapat bekerja secara profesional.
Dalam kesempatan yang sama, Refly Harun mengatakan, pembentukan KAMI dilakukan lantaran pemerintah dianggap belum dapat memenuhi seluruh hak konstitusional masyarakat. Yaitu, melindungi, mencerdaskan, hingga mensejahterakan bangsa.
“Negara abai melaksanakan tugasnya karena kalau kita sudah terlindungi kita sudah cerdas kita sudah sejahtera maka tidak perlu lagi orang turun ke jalan. Tidak perlu lagi orang buat KAMI lagi dan sebagainya,” ucap Refly.
“Tetapi karena pemerintah atau penguasa belum mampu atau tidak mampu melaksanakan tugas dan kewajibannya maka kemudian jangan salahkan kalau komponen masyarakat memenuhi hasrat dan keinginannya sendiri tentu dengan jalan yang konstitusional juga,” imbuhnya.
“Dalam sejarahnya kadang-kadang tidak setiap penguasa ataupun pemerintah itu mampu menjalankan tugas konstitusionalnya, karena itu, kemudian harus ada alternatif lain. Nah alternatif lain salah satunya adalah partisipasi warga masyarakat,” tutup Refly. (*)