Yoqyakarta, InfoMu.co – Rapat daring Pimpinan Muhammadiyah 05 Juli 2020 yang lalu memutuskan Muktamar Muhammadiyah kembali diundur. Ini merupakan sinyal yang sangat jelas yang menyatakan bahwa pandemi covid-19 ini memang masih menghatui. Sampai desember yang akan datang sekalipun, wabah ini diperkirakan belum akan hilang.
Keadaan Gawat
Kalau situasi tidak sanggat gawat, Muhammadiyah pasti tidak akan memilih opsi menunda waktu pelakasanaan Muktamar. Keputusan besar yang berimplikasi luas ini jelas bukan keputusan yang serampangan.
Fakta di lapangan memang demikian adanya, setiap hari nyaris lebih dari seribu orang dinyatakan positif. Sampai hari ini jumlah warga yang dinyatakan positif covid-19 ada 68.079. Hari ini (Rabu, 8 Juli 2020) ada penambahan 1,853 orang positif, sedang total yang dinyatakan sembuh 31585 (+800) dan yang meninggal 3359 (+50).
Masyarakat Mulai Jenuh
Hari ini juga diberitakan ada 15 pegawai di suatu kementerian dinyatakan positif covid-19 berdasarkan hasil tes PCR. Sendangkan bebapa cluster baru juga masih terus bermunculan.
Mengingat Indonesia termasuk kelompok negara yang paling sedikit melakukan test pada total populasinya, angka riil positif Covid-19 ini sangat mungkin jauh lebih banyak dari angka yang terdata dalam statistik. Data kematian akibat Covid-19 ini lebih terlihat mengerikan apabila dilihat dari angka kematian tenaga medis. Yakni 68 orang yang terdiri dari 38 dokter dan 30 perawat. Ini berarti pada tiap 100 kematian ada sekitar enam hingga tujuh tenaga kesehatan yang meninggal dunia.
Melihat perilaku warga masyarakat yang sudah mulai jenuh dan semakin banyak yang apatis dengan Covid-19, tidak disiplin serta mengabaikan protokol kesehatan, kita tidak bisa berharap banyak kalau pandemi ini dapat segera dipadamkan.
Seratus Delapan Puluh dua Milyar
Sekadar untuk diketahui, sampai 7 juli kemarin, Muhammadiyah sudah mengeluarkan anggaran Rp 182.183.057.389,- (seratus delapan puluh dua seratus delapan puluh tiga juta lima puluh tujuh ribu tigaratus delapan puluh sembilan rupiah).
Nominal angka mungkin tidak seberapa. Namun, angka ini juga menunjukkan bahwa dalam nominal rupiah Muhammadiyah telah ikut berkorban. Dalam pengorbanan yang lain Muhammadiyah juga telah ikut andil yakni menjaga warganya untuk senantiasa mematuhi protokol kesehatan dalam kehidupan, juga dalam menikmati ritual peribadatan. Yang terakhir ini dapat dikatakan sebagai andil pengorbanan yang tidak dapat dihitung dengan nominal berapapun.
Oleh karena itu, di masa gawat seperti ini, warga Muhammadiyah yang terdidik berpikir secara ilmiah benar-benar diuji nalar rasionalnya. Sudah barang tentu, semua berharap warga Muhammadiyah dapat terus berpikir dan bertindak rasional serta terus patuh pada semua protokol kesehatan yang ada. Karena kalau warga Muhammadiyah juga larut dalam kejenuhan dan ikut “menyepelekan” ancaman wabah ini, dapat dipastikan semua kerja keras dan pengorbanan yang telah dilakukan selama empat bulan ini, semua akan ambyar tanpa makna. Menjadi pengorbanan yang sia-sia. (mjr8/suara muhammadiyah))