Medan, InfoMu.co – Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera Utara (Sumut) menyatakan bahwa garis kemiskinan di Sumut pada Maret 2023 naik 1,85 persen dibandingkan September 2022, utamanya disebabkan karena harus memenuhi kebutuhan beras dan rokok.
“Distribusi garis kemiskinan pada Maret 2023 terutama karena peran komoditas makanan yaitu 76,07 persen, dan bukan makanan 23,93 persen,” kata Kepala BPS Sumut Nurul Hasanudin dalam konferensi pers daring yang diikuti, di Medan, Senin.
Pada Maret 2023, beras dan rokok yang digolongkan dalam makanan memiliki andil terbesar dalam meningkatkan garis kemiskinan Sumut menjadi Rp602.999 per kapita per bulan dari Rp592.025 per kapita per bulan pada September 2022.
Beras berandil terbanyak yaitu 20,76 persen terhadap garis kemiskinan di perkotaan pada Maret 2023, sementara di perdesaan 29,79 persen.
Setelah beras, rokok kretek filter berdampak terbanyak kedua pada garis kemiskinan di perkotaan (12,63 persen) dan perdesaan (9,94 persen).
Dilihat dari segi wilayah, garis kemiskinan di perkotaan dan perdesaan Sumut meningkat pada Maret 2023. Di perkotaan, garis kemiskinan Rp626.782 per kapita per bulan (naik 1,88 persen dibandingkan enam bulan sebelumnya), dan di perdesaan Rp573.500 per kapita per bulan (naik 1,72 persen dibandingkan September 2022).
Adapun dari komoditas bukan makanan, biaya perumahan dan bensin paling mempengaruhi garis kemiskinan di perkotaan-perdesaan Sumut Maret 2023.
Perumahan berdampak 6,12 persen untuk garis kemiskinan Sumut di perkotaan dan 5,69 persen di perdesaan. Untuk bensin, efeknya 3,91 persen ke garis kemiskinan perkotaan dan 3,01 persen ke garis kemiskinan perdesaan.
Garis kemiskinan rumah tangga di Sumut pada September 2022-Maret 2023 juga bertambah, dari Rp2.865.401 per rumah tangga per bulan pada September 2022 menjadi Rp3.280.315 per rumah tangga per bulan pada Maret 2023.
Untuk indeks kedalaman kemiskinan (P1), yang menggambarkan rata-rata kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk miskin terhadap garis kemiskinan, pada Maret 2023 yaitu 1,261 atau menurun dibandingkan September 2022 yakni 1,411. Indeks keparahan kemiskinan (P2), yang memberikan gambaran tentang penyebaran pengeluaran di antara penduduk miskin, pada Maret 2023 juga turun menjadi 0,324 dibandingkan September 2022 yang berada di 0,339.
Menurut BPS, penurunan P1 artinya rata-rata pengeluaran konsumsi penduduk miskin cenderung mendekati garis kemiskinan.
Kemudian, berkurangnya P2 memperlihatkan ketimpangan pengeluaran konsumsi di antara penduduk miskin semakin berkurang.
P1 dan P2 di perkotaan serta perdesaan Sumut juga menurun pada Maret 2023 dibandingkan September 2022.
Di perkotaan, P1 dan P2 pada Maret 2023 masing-masing 1,235 dan 0,310, menurun dibandingkan September 2022 (P1 1,441 dan P2 0,333).
Di perdesaan pun demikian. P1 dan P2 pada Maret 2023, yakni 1,294 dan 0,342, berkurang dibandingkan P1 serta P2 pada September 2022 yaitu 1,372 dan 0,346.
Adapun BPS Sumut mencatat bahwa tingkat kemiskinan di provinsi beribu kota Medan pada Mei 2023 tercatat 8,15 persen atau menurun 0,18 poin dibandingkan September 2022 yaitu 8,33 persen.
Jumlah penduduk miskin pada Maret 2023 adalah 1,24 juta orang atau berkurang 22.400 jiwa sepanjang satu semester mulai September 2022.
Bila disandingkan dengan Maret 2022 atau secara tahun ke tahun, jumlah penduduk miskin pada Maret 2023 turun 28 ribu orang. (ant)