Yogyakarta, InfoMu.co – Dalam perjalanan panjang sejarah pergerakan Islam di Indonesia, Majalah Suara Muhammadiyah (SM) telah menjadi mercusuar perjuangan dan wacana yang tak tergoyahkan. Berusia 108 tahun, Suara Muhammadiyah telah mencatat sejarah panjangnya sebagai media massa dan majalah tertua di Indonesia yang lahir dari pangkuan Muhammadiyah.
Kelahiran Suara Muhammadiyah pada tahun 1915 adalah sebuah tonggak sejarah yang tidak bisa diabaikan. KH. Ahmad Dahlan membangun Suara Muhammadiyah yang bukan hanya bertujuan sebagai sarana penyebaran ajaran Islam, tetapi juga sebagai alat perjuangan untuk kemerdekaan Indonesia. Suara Muhammadiyah menjadi refleksi jati diri bangsa, berbicara dalam bahasa yang dapat dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat.
Dalam rentang sejarah pergerakannya, Suara Muhammadiyah telah menjadi penjaga warisan nilai-nilai Islam yang berorientasi pada tajdid dan kemajuan. Dalam periode di mana Indonesia berjuang untuk kemerdekaan, Muhammadiyah menjunjung tinggi semangat perjuangan. Majalah ini menjadi panggung bagi pandangan Islam yang moderat dan inklusif, serta menjadi alat dakwah yang mendukung upaya memajukan kehidupan umat manusia.
“Kelahiran SM bukan hanya sebagai media keislaman semata, tetapi sekaligus media dakwah kebangsaan. Sejak tahun 1921 setelah SM lahir, majalah ini menggunakan bahasa Indonesia, yang saat itu, sebelum Sumpah pemuda tahun 1928, SM mempopulerkan penggunaan bahasa Indonesia,” terang Haedar.
Melalui pergerakan dakwah dan tajdid, Suara Muhammadiyah mengambil peran sentral dalam memajukan kehidupan umat dan bangsa. Kelahiran berbagai unit usaha seperti logmart, SM Corner, dan bahkan SM Tower Hotel, adalah bukti konkret bahwa nilai-nilai Islam yang diusung oleh Muhammadiyah tetap relevan dalam menghadapi dinamika zaman.
Di tengah era digital yang semakin merajalela, Suara Muhammadiyah telah menunjukkan ketangguhannya dalam mempertahankan eksistensinya. Ini merupakan pencapaian luar biasa, terutama karena banyak media lain yang lahir dari pergerakan Islam telah menghilang dari peredaran. Hal ini membuktikan ketahanan dan ketangguhan Suara Muhammadiyah dalam menghadapi tantangan zaman.
“Kalau dibandingkan dengan media lain yang lahir dari pergerakan Islam lainnya, satu per satu hilang dari peredaran. Ini menandakan bahwa majalah SM mampu mempertahankan keberadaan media cetak di tengah gelombang baru media digital dan era digital. Tidak mudah mempertahankan media, lebih-lebih media Islam, sering jatuh dan bangun,” ucap Haedar.
Dalam menyambut usianya yang ke-108, Haedar memberikan pesan kepada seluruh warga Muhammadiyah. Pertama, seluruh keluarga besar Suara Muhammadiyah diharapkan untuk terus berinovasi dan berkreasi dalam mengelola majalah ini, agar Suara Muhammadiyah tidak hanya bertahan, tetapi juga menjadi sumber pengetahuan yang cerdas dan mencerahkan. Kedua, semua anggota Muhammadiyah harus memberikan komitmen tinggi terhadap warisan yang dimiliki, termasuk mendukung berbagai usaha yang dijalankan oleh Muhammadiyah. Ketiga, dalam menghadapi persaingan di dunia digital, Muhammadiyah harus tetap unggul dalam tampilan dan konten yang disajikan, tidak boleh lengah, dan harus terus berusaha untuk lebih baik.
Penghargaan dan dukungan yang diberikan kepada Suara Muhammadiyah, termasuk dari Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia, adalah bukti nyata pengakuan terhadap peran dan eksistensi majalah ini. Suara Muhammadiyah tetap menjadi pelopor dalam membangun kesadaran dan identitas Islam yang progresif dan inklusif di tengah masyarakat Indonesia yang beragam.
Melalui peran pentingnya sebagai alat dakwah dan tajdid, Suara Muhammadiyah telah membuktikan bahwa nilai-nilai Islam yang mengedepankan perjuangan, pembaruan, dan kemajuan, tetap relevan dan bermakna hingga hari ini. Dengan semangat yang tak tergoyahkan, Suara Muhammadiyah terus menjadi suara perjuangan dan kebanggaan bagi warga Muhammadiyah, umat Islam, bangsa Indonesia, dan kemanusiaan semesta. (muhammadiyah.or.id)