Jakarta, InfoMu.co – Semua orang Indonesia pasti tahu merek sepatu Bata. Bata merupakan salah satu merek alas kaki ternama yang terkenal dengan kualitasnya yang jempolan.
Bata pernah meraih kejayaannya selama beberapa dekade. Namun belakangan popularitasnya mulai tergerus, bahkan Bata telah resmi menutup pabriknya yang berlokasi di Purwakarta.
Bata sendiri memiliki sejarah panjang dalam industri alas kaki Tanah Air. Sejak pertama kali masuk ke Indonesia pada tahun 1931, Bata sukses menjadi salah satu sepatu favorit.
Banyak yang mengira Bata adalah produk dalam negeri. Padahal, produk alas kaki yang stau ini berasal dari Ceko, dengan pendirinya sebuah keluarga bernama Tomas, Anna, dan Antonin Bata.
Produk mereka juga sudah hadir di lebih dari 50 negara di seluruh dunia dan sudah berhasil menjual miliaran pasang sepatu sejak pertama kali berdiri.
Nama lengkap perusahaan Bata adalah T&A Bata Shoe Company. Dengan letak kantor pusat yang berada di negara Switzerland tepatnya di Kota Lausanne.
Masuknya Bata ke Indonesia dimulai dengan kerjasama Bata dengan NV, Netherlandsch-Indisch, sebagai importir sepatu beroperasi di Tanjung Priok.
Sekitar 6 tahun setelahnya, Tomas Bata mendirikan pabrik Sepatu di tengah perkebunan karet di area Kalibata, selanjutnya produksi sepatu terjadi mulai tahun 1940.
Bata termasuk kedalam daftar pabrik terbesar di Indonesia, memiliki spesialisasi produk sepatu yang dapat digunakan oleh semua kalangan dari dalam dan luar negeri.
Namun saat ini Bata telah menghentikan operasional pabriknya di Purwakarta lantaran perusahaan sepi order. Disebutkan, permintaan konsumen terhadap produk sepatu Bata kian menurun.
Dalam pernyataan resmi Corporate Secretary Bata Hatta Tutuko yang dikutip dari keterbukaan informasi diungkapkan bahwa penutupan pabrik dilakukan per tanggal 30 April 2024.
Hatta menyebut PT Sepatu Bata Tbk telah melakukan berbagai upaya selama empat tahun terakhir di tengah kerugian dan tantangan industri akibat pandemi dan perubahan perilaku konsumen yang begitu cepat, namun bisnis tetap tidak bisa pulih.
“Perseroan sudah tidak dapat melanjutkan produksi di pabrik Purwakarta, karena permintaan pelanggan terhadap jenis produk yang dibuat di Pabrik Purwakarta terus menurun dan kapasitas produksi pabrik jauh melebihi kebutuhan yang bisa diperoleh secara berkelanjutan dari pemasok lokal di Indonesia,” tulis Hatta.
“Dengan adanya keputusan ini, maka Perseroan tidak dapat melanjutkan produksi di pabrik Purwakarta,” tambahnya.
Untuk diketahui, Bata sendiri memang telah menderita kerugian sebesar Rp 80,65 miliar pada periode Januari sampai September 2023, membengkak 294,76% dibanding rugi Rp 20,43 miliar pada Januari-September 2022.
Penjualan bersih Perseroan juga tercatat turun 0,42% menjadi Rp 488,47 miliar pada Januari sampai September 2023, dari Rp 490,57 miliar periode sama 2022. (oke-finance)