Makkah, InfoMu.co – Jutaan jamaah haji, termasuk dari Indonesia, telah berkumpul di Arafah untuk melaksanakan wukuf pada 9 Dzulhijah atau Selasa (26/6/2023). Keberadaan jamaah di Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armuzna) untuk menjalani puncak haji merupakan bagian dari proses panjang pemberangkatan haji yang telah berlangsung sejak 24 Mei hingga 25 Juni 2023. Namun, dari kuota haji yang didapatkan beserta dengan kuota tambahan sebanyak 229 ribu jamaah, masih ada jamaah yang tertunda berangkat.
Direktur Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kementerian Agama Hilman Latief menjelaskan, realisasi penyerapan kuota haji tahun ini sejumlah 228.093 jamaah. Dengan demikian, ada sebanyak 358 orang jamaah yang tidak berangkat karena beragam alasan. Menurut Hilman, mereka membatalkan pemberangkatan meski sudah mendapatkan visa.
Hilman menjelaskan secara terperinci bahwa tahun ini, kuota dasar jamaah haji Indonesia kembali normal atau sebesar 221 ribu jamaah. Kuota normal ini terdiri atas 203.320 orang jamaah haji reguler dan 17.680 orang jamaah haji khusus. “Kuota dasar sebesar 221 ribu ini terserap habis 100 persen, baik haji reguler maupun haji khusus,” ujar Hilman.
Selain kuota dasar, tahun ini Indonesia juga mendapatkan kuota tambahan sebesar 8.000. Kuota tambahan ini terdiri atas 7.360 orang jamaah haji reguler dan 640 orang jamaah haji khusus. Menurut Hilman, kepastian adanya tambahan kuota ini baru diinformasikan oleh Arab Saudi pada 7 Mei 2023 atau sekitar pertengahan Syawal 1444 H.
Saat itu, proses pelunasan kuota dasar masih berlangsung. Sementara itu, keberangkatan kelompok terbang (kloter) pertama jamaah haji reguler dari Indonesia dimulai pada 24 Mei 2023.
“Waktu yang tersedia sangat mepet. Tapi, kita terus berusaha. Setelah ada kesepakatan dengan DPR, biaya haji untuk kuota tambahan segera diajukan ke istana untuk diterbitkan keputusan presiden (keppres). Jadi, tahun ini ada dua keppres, yang mengatur biaya haji kuota dasar dan kuota tambahan. Sebagai turunan, kami juga terbitkan dua keputusan menteri agama tentang pelunasan biaya perjalanan ibadah haji,” ujar Hilman.
Di tengah waktu yang tidak banyak, Hilman mengatakan, jajaran Kemenag bekerja keras agar kuota tambahan juga bisa terserap optimal. Sampai batas akhir, ada 6.820 kuota haji reguler yang tervisa. Dari jumlah itu, sebanyak 6.462 jamaah haji reguler bisa berangkat ke Tanah Suci. Sebanyak 358 orang, meski sudah tervisa, membatalkan untuk berangkat karena beragam alasan.
“Jadi, dari 7.360 kuota tambahan jamaah haji reguler, tervisa 6.820 atau 87,8 persen, dan berangkat ke Arab Saudi sebanyak 6.462 orang,” ujar Hilman.
Hilman menambahkan, untuk kuota tambahan jamaah haji khusus, dari 640 kuota, tervisa 631 orang atau 98,6 persen. Saat ini, seluruh jamaah haji Indonesia, baik reguler maupun khusus, sudah berada di Makkah. Mereka akan menjalani ibadah wukuf di Arafah pada 9 Dzulhijah 1444 H atau 27 Juni 2023.
Sementara itu, pemerintah diminta membuat semacam rekayasa kedaruratan pada puncak haji di Arafah-Muzdalifah-Mina (Armuzna). Pasalnya, jumlah jamaah haji tahun ini jauh lebih besar dari tahun-tahun sebelumnya.
Wakil Ketua Komisi VIII DPR Marwan Dasopang mengatakan, fasilitas-fasilitas yang ada di Armuzna memang sudah mengalami peningkatan. Meski demikian, Marwan mengungkapkan, fasilitas tersebut belum mencukupi untuk jumlah jamaah yang lebih besar.

“Kalau tenda kita di Armuzna masih mengandalkan tenda yang lalu, saya yakin masih akan overload. Harus ada rekayasa kedaruratan. Tadi saya belum mendengar dari pemaparan Pak Menteri,” kata Marwan, Ahad (25/6).
Dia pun menjelaskan, banyak jamaah lansia dan butuh perhatian khusus. Sementara itu, tenda-tenda kesehatan di Arafah mungkin tidak bisa memenuhi. Ia berpendapat, rekayasa kedaruratan tersebut berkaitan pula dengan perjalanan dari Mina menuju jamarat untuk lempar jamrah.
Saat ini, Marwan menyampaikan, Kemenag telah menyediakan 40 mobil golf. Meski demikian, ia mengingatkan, sopirnya kebanyakan adalah warga Arab Saudi. Hal tersebut akan berdampak pada situasi yang penuh sesak sehingga mobil golf yang disediakan tidak ada manfaatnya. Karena itu, perlu ada upaya-upaya antisipasi. “Adakan tenaga khusus dari kita yang memegang kendali sopirnya. Kalau tidak, besok tidak ada gunanya,” ujar Marwan.
Marwan berharap hal-hal itu bisa mendapatkan perhatian demi keselamatan jamaah-jamaah haji asal Indonesia. Apalagi, ia menambahkan, total jumlah jamaah dari berbagai penjuru dunia pada tahun ini luar biasa besarnya. “Selama ini hanya 5 jutaan orang, tapi kali ini mungkin bisa 6-7 jutaan,” kata Marwan.
Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas menjelaskan, meski secara keseluruhan persiapan Armuzna sudah berjalan baik, ada beberapa catatan kecil yang harus dibenahi. Kekurangan itu akan ditangani dan dimaksimalkan dalam waktu cepat dan singkat. Salah satunya skema pengondisian jamaah haji lansia.
“Ada berapa skema yang kami lakukan untuk jamaah lansia. Bagi yang mampu, akan kami dampingi. Kemudian, yang tidak memiliki kemampuan akan kita safari wukufkan. Kalau tidak kuat untuk safari wukuf, kita akan badalkan,” kata Gus Men yang juga merupakan Amirul Haj.
Menag mengimbau jamaah haji lansia untuk tidak memaksakan diri ke jamarat. Petugas haji akan membadalkan jamaah haji lansia. “Tidak usah memaksakan diri. Dari semua ibadah, aspek utama adalah keamanan jiwa. Kita akan dorong agar jamaah lansia tidak memaksakan diri,” ungkap Gus Men.
Dia menjelaskan, PPIH Arab Saudi sudah menyiapkan semua mekanisme yang terbaik untuk jamaah haji lansia. Melihat kondisi cuaca dan lokasi serta padatnya Mina oleh jamaah haji sedunia, Gus Men meminta jamaah lansia agar jangan memaksakan diri saat melontar jamrah.
Terlebih, ada jamaah Indonesia yang menempati maktab di daerah Mina Jadid. Lokasinya yang jauh akan menguras tenaga jamaah untuk pergi-pulang. Kendati panitia haji sudah menyiapkan mobil golf, Menag tetap tidak menyarankan untuk memaksakan diri karena kondisi kesehatan jamaah lansia banyak yang berisiko tinggi. (Oleh FUJI EKA PERMANA/Republika)