Aceh Besar, InfoMU – Cerita Sapi Aceh Kurus, menarik bagi Ombudsman Aceh untuk ingin tahu. Ombudsman menerima informasi dari berbagai media tentang sapi kurus di UPTD Inseminasi Buatan dan Inkubator (IBI) Dinas Peternakan di Sare,Aceh.
Berdasarkan hasil investigasi Ombudsman RI Perwakilan Aceh, menemui bahwa sapi-sapi yang berjumlah ratusan di temukan memang dalam kondisi kurus, karena kurang asupan makanan. Sehingga menjadi sakit, kurang gizi dan kondisinya sangat memerihantinkan. .
Kepala Ombudsman Republik Indonesia Perwakilan Aceh Dr. Taqwaddin Husin yang terjun langsung kelapangan melihat kondisi sapi-sapi tersebut, kurus karena kurang diberi makanan. Ini patut di pertanyakan, karena anggaran yang di kucurkan selama ini untuk pakan kosentrat dan pakan hijau cukup besar.
“Kami berharap pemerintahan provinsi Aceh dalam hal ini Kepala Dinas Peternakan dapat menjelaskan kepada publik terkait manfaat dari pengadaan bibit sapi yang selama ini menggelontorkan anggaran ratusan milyar. Akan tetapi dampak dari program tersebut tidak bisa dirasakan oleh publik, perlu di ketahui bahwa, satu rupiah pun uang rakyat harus di pertanggung jawabkan,” kata Taqwaddin
Hingga saat ini belum ada payung hUkum tentang pemanfaatan sapi tersebut untuk menambah penghasilan asli daerah (PAD). Sehingga sapi-sapi tersebut tidak dapat dimanfaatkan dan hanya di pelihara semenjak pengadaan tahun 2016-2017.
Zulfadli Kepala UPTD IBI Sare Aceh Besar menjelaskan “ hingga saat ini belum ada payung hukum tentang pemanfaatan sapi hasil ternak tersebut, masih berorientasi pada bidang pendidikan. Sapi –sapi disini sudah terkadang sudah mengalami tiga kali penggemukan.”
“Terkait sapi-sapi yang kurus, dapat saya jelaskan bahwa hal ini terjadi karena kekurangan kosentrat dan bukan karena proses adaptasi,” tambah Zulfadli.
Seharusnya program ini bermanfaat bagi daerah dan publik. Pada program pembibitan sapi ini apa dampak bagi masyarakat Aceh?. tanya Taqwaddin dengan nada kesal. Taqwaddin juga menjelaskan “program ini sudah berjalan selama empat tahun, dari 2016 sampai 2020, seharusnya setiap tahunnya di evaluasi apa outputnya. Tapi ini malahan anggaran di gelontorkan terus menerus untuk program yang tidak memberi manfaat nyata bagi masyarakat.
Idealnya, dengan proyek pengadaan penggemukan sapi yang mencapai 700-an ekor pada tahun 2016-2017 harga daging sapi di Provinsi Aceh bisa turun. Tapi faktanya, tidak juga.
“Kami berharap ini dapat menjadi bahan evaluasi bagi Pemerintahan Aceh, khususnya DPRA dalam membahas anggaran nantinya. Dan kita berharap juga menjadi perhatian pihak-pihak mulai dari DPRA, Kepolisian maupun Kejaksaan untuk mengusut kejadian ini. Karena uang pakan yang di anggarkan cukup besar namun mengapa sampai puluhan sapi yang kurus kering, penyakitan seperti itu.” Jelas Taqwaddin kepada infoMu.co. (Agusnaidi B).