Jakarta, InfoMu.co – Daya beli masyarakat Indonesia semakin melemah, khususnya pada kelompok kelas menengah ke bawah. Pemerintah harus segera menyiapkan respons kebijakan agar kelompok tersebut tidak semakin jatuh dan tenggelam.
“Daya beli kelas menengah bawah semakin lemah,” ungkap Kepala Ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro dalam agenda BIRAMA (Bank Indonesia Bersama Masyarakat) di Gedung BI, Jakarta, Senin (2/12/2024)
“Jadi kalau kelas menengah atas naiknya tinggi sekali,” tegasnya.
Kelas menengah, secara khusus menjadi perhatian Andry karena sangat rentan dengan situasi global. Misalnya pergerakan nilai tukar. Selama tahun 2024, rupiah bergerak cukup liar baik ketika melemah maupun dalam tren penguatan.
Tekanan lain muncul dari lonjakan harga barang pokok, misalnya beras. Menurut Andry komponen beras akan menekan keuangan masyarakat kelas menengah. Di samping juga biaya tambahan yang muncul karena kebijakan pemerintah.
“Penurunan daya beli kelas menengah ke bawah karena terlalu banyak biaya yang dikeluarkan,” ujarnya.
BI telah merilis laporan survei konsumen yang menunjukkan bahwa IKK mengalami penurunan yakni menjadi 121,1 pada Oktober 2024 atau terendah sejak Desember 2022 (hampir dua tahun terakhir).
Jika dilihat lebih jauh, masyarakat bahkan telah makan tabungan (mantab) untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya, seperti makanan dan minuman.
Pada Oktober 2024, proporsi tabungan berada di angka 15%. Angka ini lebih rendah dibandingkan periode sebelumnya yakni September dan Agustus 2024 yang masing-masing di angka 15,3% dan 15,7%.
Bahkan proporsi Oktober 2024 ini merupakan yang terendah sejak Desember 2021 yang pada saat itu berada di angka 14,1% atau sekitar 1,5 tahun setelah pandemi Covid-19 terdeteksi di Indonesia sehingga cukup masuk akal ketika masyarakat cenderung mengeruk tabungannya untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya karena rendahnya pemasukan akibat banyak perusahaan yang melakukan efisiensi (Pemutusan Hubungan Kerja/PHK) agar tetap dapat bertahan di tengah situasi yang berat.
Makan tabungan ini terpaksa dilakukan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya (konsumsi). Data yang dirilis oleh Mandiri Institute lewat Mandiri Spending Index (MSI) menunjukkan bahwa secara umum porsi terbesar belanja masyarakat masih untuk kebutuhan sehari-hari (23,6%).
Tidak hanya kebutuhan sehari-hari, porsi untuk restaurant, fashion, dan sport, hobby, entertainment tampak mengalami kenaikan.
Jika ditelisik lebih dalam, kelompok masyarakat lower memiliki proporsi belanja kebutuhan sehari-hari meningkat 2,7x dibanding di awal 2023, sementara kelompok middle meningkat 2x, dan kelompok upper meningkat 1,7x.
Sementara angka proporsi total belanja supermarket dan restaurant juga terus mengalami kenaikan setidaknya sejak Januari 2023 hingga November 2024 yakni dari 31,1% menjadi 42,7%.
Hal ini semakin mempertegas bahwa masyarakat semakin banyak menghabiskan uangnya untuk kegiatan konsumsi makanan & minuman. (cnbc-i)