Yogyakarta, InfoMu.co – Dalam episode terbaru Lensamu Podcast pada Kamis (24/04), pembawa acara Rosa Kusuma Dewi Azhar, atau akrab disapa Teh Oca, menghadirkan narasumber inspiratif, Warsiti, Rektor Universitas ‘Aisyiyah (Unisa) Yogyakarta.
Dengan tema peran perempuan dalam pembangunan bangsa, kajian ini menyoroti kiprah nyata ‘Aisyiyah dalam memajukan pendidikan dan memberdayakan masyarakat Indonesia.
Warsiti memiliki latar belakang sarjana dan magister keperawatan dengan spesialisasi maternitas. Ia dikenal sebagai pemimpin visioner yang membawa Unisa menuju keunggulan dan kemajuan.
Pada awal 2025, Warsiti menerima penghargaan Top of The Year 2024 kategori Pemimpin Perempuan Terbaik dari Jawa Pos dan Radar Jogja atas dedikasinya meningkatkan kualitas pendidikan tinggi.
Dalam wawancara, Warsiti berbagi perjalanan 30 tahun pengabdiannya di Unisa, mulai dari asisten dosen pada 1995 hingga menjadi rektor, sembari menegaskan komitmennya menjalankan amanah dengan sungguh-sungguh.
“Perjalanan saya di Unisa adalah proses belajar dari senior, mengamati, meniru, dan menambahi (ATM),” ujar Warsiti, merujuk pada pendekatan sederhana namun efektif yang ia terapkan.
Transformasi Unisa dari Akademi Keperawatan, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes), hingga menjadi universitas menjadi bukti nyata kontribusi ‘Aisyiyah dalam pendidikan. Kini, Unisa memiliki beragam program studi, termasuk Fakultas Kedokteran, dengan mahasiswa dari berbagai wilayah Indonesia bahkan luar negeri, mencerminkan semangat inklusivitas.
Warsiti menegaskan peran strategis perempuan dalam pembangunan pendidikan, baik secara formal maupun nonformal. Secara nonformal, perempuan berperan sebagai “madrasah utama” dalam keluarga, mendidik anak-anak dengan nilai moral dan kehidupan, bekerja sama dengan peran ayah.
Secara formal, perempuan berperan sebagai guru, dosen, hingga pemimpin perguruan tinggi, menciptakan pendidikan berkarakter dan berkualitas. “Perempuan harus pintar, tidak hanya menempuh pendidikan, tetapi juga menjadi pendidik, baik di keluarga maupun masyarakat,” tegasnya.
Sebagai organisasi perempuan pelopor pendidikan di Indonesia, ‘Aisyiyah telah menorehkan jejak luar biasa. Warsiti dengan bangga memaparkan bahwa ‘Aisyiyah kini mengelola 10 perguruan tinggi, tiga di antaranya berstatus universitas, serta berbagai lembaga pendidikan dan kesehatan seperti rumah sakit.
“Kiprah ‘Aisyiyah di pendidikan adalah wujud nyata membangun bangsa. Dari mendirikan taman kanak-kanak hingga perguruan tinggi, ini adalah capaian yang membuat kita bersyukur,” ungkapnya dengan haru.
Menghadapi tantangan, Warsiti menyebut kesenjangan generasi dengan mahasiswa Gen Z dan kebutuhan adaptasi terhadap regulasi serta teknologi sebagai dua isu utama. Namun, ia menegaskan bahwa Unisa terus mendorong sivitas akademika untuk adaptabel, tidak gagap teknologi, dan kompetitif.
Dalam membangun kepemimpinan inklusif, Unisa menolak stereotip bahwa institusi ini hanya untuk perempuan, dengan membuka ruang bagi mahasiswa dan dosen dari berbagai latar belakang budaya, agama, dan sosial.
“Unisa adalah miniatur Indonesia, kaya akan keberagaman, menciptakan iklim akademik yang adil dan sehat,” jelasnya.
Di akhir wawancara, Warsiti menyampaikan harapan agar ‘Aisyiyah terus menguatkan kiprahnya di berbagai bidang, memperkokoh kolaborasi, mempertahankan akar rumput, dan beradaptasi dengan era digital.
“Perempuan bukan pelengkap, tetapi kekuatan yang menggerakkan perubahan dari rumah hingga panggung dunia,” tutup Teh Oca, menegaskan semangat perempuan Indonesia dalam menciptakan harapan di tengah tantangan zaman. (panjimas)