Dr. Yusri Isfa : Bila Melihat Indikator, Sesungguhnya Jumlah Orang Miskin Lebih Besar Lagi
Medan, Deli Serdang dan Langkat Penyumbang Terbanyak
Medan, infoMu.co – Provinsi Sumatera Utara kini memiliki 1.321.426 KK miskin. Bagi banyak orang, tentu angka ini tidak sedikit mengingat Sumatera Utara adalah provinsi kaya yang memiliki sumberdaya alam yang melimpah. Di provinsi ini juga banyak industri dan perkebunan.
Besarnya jumlah orang miskin di Sumatera Utara berdasarkan Data Terpadu Kesejahteraan Sosial ( DTKS) dari Dinas Sosial. Dari data itu maka Kota Medan, Kab. Deli Serdang dan Kab. Langkat penyumbang terbesar dari 33 kabupaten dan kota di Sumatera Utara.
Aapakah data dari Dinas Sosial ini akurat ? InfoMu. co belum mendapatkan data valid, apakah angka itu dikeluarga sebelum covid atau pasca covid19. Beberapa sumber yang ditanyai infoMu juga tidak dapat memastikan seputaran akurasi data tersebut.
Jurnalis infoMu di Medan, menemui Kepala Pusat Kajian Kebijakan Pembangunan Strategis UMSU, Dr. Yusri Isfa untuk mempertanyakan perihal besarnya angka kemiskinan di Sumatera Utara. Yusri Isfa yang juga Ketua Lembaga Pengembangan Cabang dan Ranting PW Muhammadiyah Sumatera Utara itu mengatakan, Kalau merujuk beberapa indikator maka sesungguhnya angka kemiskinan dan orang yang berpotensi jadi miskin di sumut lebih dari itu.
Misal kalo dari data BI 2019, jelas Yusri, bahwa orang miskin itu adalah orang atau individu yang berpenghasilan empat ratus ribu sebulan. Untuk itu ada beberapa faktor.
Pertama, faktor riel kita tidak bergerak. Sektor riel tdk bergerak ini ditandai minimnya peluang atau kesempatan kerja yang dikarenakan lapangan pekerjaan baik dari program pemerintah maupun swasta mandeg, lebih-lebih masa covid. “Makanya semakin banyak pertambah orang miskin (Indonesia dari 27 juta, saatini 67 juta pada masa covid). Dan kondisi ini merebak ke seluruh wilayah Indonesia termasuk Sumut.
Kedua, Kemandirian masyarakat kita akan sumber-sumber pendapatan sangat rendah, banyak tergantung pada sektor formal. Seperti jadi pegawai karyawan, buruh dll.
Untuk itu, kita harus membangun ekonomi berbasis komunitas, supaya ekonomoli jamaah atau anggota bisa bangkit tanpa tergantung dengan sektor formal ( syaiful hadi )