Jakarta, infoMu.co – Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ) bersama Majelis Pustaka dan Informasi PP Muhammadiyah meluncurkan Lembaga Uji Kompetensi Wartawan (LUKW), Senin (5/10). Peluncuran LUKW yang berlangsung dari studio mini Kampus UMJ di Jakarta disebarluaskan secara virtual, dilakukan oleh Ketua PP Muhammadiyah Haedar Nashir.
Hadir pada peluncurkan LUKW UMJ-MPI itu Ketua PP Muhammadiyah Prof. Dadang Kahmad, Ketua MPI PP Muhammadiyah Dr. Muchlas MT yang juga Rektor UAD Yogyakarta, Rektor UMJ Prof. Dr. Syaiful Bakhri, Dewan Pers Jamalul Ihsan dan Pimpinan MPI Wilayah dari beberapa Provinsi.
LUKW UMJ-MPI menjadi lembaga uji kompetensi wartawan yang ke-28 atau yang ke-7 yang dikelola oleh Perguruan Tinggi. LUKW UMJ – MPI memiliki tujuh orang tim penguji kompetensi.
Lahirkan LUKW merupakan bentuk sinergitas antara majelis/lembaga dengan amal usaha Muhammadiyah, seperti perguruan tinggi. Tentu saja, model kolaborasi ini pantas untuk dijadikan mode kerjasama lainnya.
Dari beberapa sambutan dan seminar yang berlangsung didapat gambaran bahwa kondisi politik hari ini menjadi sangat dominan dalam memberikan warna dan wacana di alam pemikiran publik, dunia keilmuan dan jurnalisme harus mampu menghadirkan perspektif baru yang segar. Berkomitmen kuat dalam membangun peradaban demokrasi yang sehat dan berkemajuan. Hal ini perlu menjadi narasi alternatif di tengah pertarungan politik yang semakin panas, baik di tingkat regional maupun global.
Hadirnya lembaga ini sebagai komitmen Muhammadiyah dalam meningkatkan kualitas serta profesionalisme jurnalis, baik dilungkup Muhammadiyah maupun umum.
“Komitmen ini sejalan dengan harapan dari Perguruan Tinggi Muhammadiyah, bahwa kita harus bersinergi dalam melakukan infestasi strategis Sumber Daya Manusia (SDM) melalui peningkatan mutu, kualitas, dan profesionalisme wartawan di lingkungan persyarikatan Muhammadiyah,” ujar Tria Patrianti, Ketua LUKW UMJ.
Sementara itu, Ketua Umum PP Muhammadiyah, Prof. Dr. Haedar Nashir, mengatakan, ketika masyarakat menjadi sangat bebas, dan setiap orang dapat mengekpresikan segala perasaannya di media sosial. Maka seorang wartawan atau jurnalis memiliki peran penting sebagai mediator. Mendamaikan seluruh pihak yang sedang bertikai dan berseteru.
Pers yang merupakan pilar keempat dalam sistem demokrasi memiliki peran yang sangat strategis. Melalui investigasi yang dilakukan dengan cara kerja jurnalistik, seorang wartawan dapat membuka kasus-kasus besar yang terselubung, dan kemudian menginformasikannya kepada publik.
“Selama 10 tahun, saya pernah merasakan bagaimana terjun di dunia jurnalistik. Pergi ke daerah-daerah, naik bis, kereta, bahkan jalan kaki. Semua proses itu pernah saya jalani. Menjadi seorang wartawan tidak cukup hanya bermodal ilmu dan keterampilan, tetapi juga harus ada keterpanggilan dan spirit yang menjiwainya,” ujarnya.
Haedar menambahkan, menjadi seorang wartawan bukanlah hal yang mudah. Di awal karirnya sebagai wartawan ia mengaku sering mendapatkan coretan pada tulisan berita yang dianggapnya sudah paling bagus. Ia juga pernah mengalami tulisannya dibuang ke tempat sampah sebelum selesai dibaca.
“Dalam menghadirkan narasi yang mencerahkan, seorang wartawan harus mampu menghubungkan antara realitas, fakta sosial, dan kontruksi alam berpikir yang kritis, serta perspektif yang cerdas,” paparnya.
Peluncuran LUKW UMJ ditandai dengan berlangsung seminar dengan tajuk, Media dan Demokrasi yang menghadirkan beberapa narasumber, seperti Dr. Ma’mun Murod Al-Barbasy, Irfan Junaedi (Diretur Pemberitaan Republika), Makroen Sanjaya (Wapemred RTV), Dr. Fal Harmonis ( Konsultas Riset Kualitas Program Siaran TV). Seminar dipandu oleh Nurcholis Basyari ( MPI PP Muhammadiyah) (syaifulh/SM)