Mengenal Sosok Abdul Mu’ti, Sekretaris Umum PP Muhammadiyah
Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Abdul Mu’ti merupakan pria yang hidup sederhana sejak kecil. Ia selalu membawakan oleh-oleh buku dan mainan edukasi kepada adiknya saat pulang kampung. Juga sering mendengarkan siaran radio berbahasa Inggris.
RUMAH bercat cokelat berlokasi di RT 10/5 Dukuh Serabi Kidul, Desa Getassrabi, Gebog, Kudus, itu tampak sederhana. Rumah tipe tahun 80-an itu, dilengkapi jendela kayu berwarna cokelat tua. Pagar bagian depan rumah tersebut sudah dipenuhi lumut.
Memasuki rumah itu, wartawan kota ini sudah disapa ibu yang berusia 71 tahun dan anak laki-lakinya. Ibu tersebut bernama Hj. Kartinah. Ia merupakan ibu kandung Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Prof Dr. Abdul Mu’ti. Kedatangan wartawan kota ini disambut baik. Ibu tersebut mempersilakan masuk ke dalam rumah.
Di dalam rumah, temboknya sudah rapuh. Di tembok tersebut terdapat pajangan foto keluarga. Kartinah lalu menunjukkan foto tersebut, meski mengalami keterbatasan jalan. Ia harus meraba tembok untuk berjalan kaki.
Foto yang terpajang di dinding bermacam-macam. Ada foto Mu’ti dan keluarganya saat menjalankan ibadah umrah. Juga terdapat lukisan wajah Mu’ti mengenakan kopiah putih. Juga sketsa kakek dan nenek Mu’ti.
Kartinah sampai dengan sekarang masih mengingat memori manis anaknya yang kini menjadi tokoh di Muhammadiyah itu. Dia menceritakan masa kecil Mu’ti yang merupakan sosok putra cerdas dan rajin. Riwayat pendidikannya, ia memulai pendidikan formal di MI NU Manafiul Ulum, lalu MTsN 1 Kudus, dan MAN 1 Kudus. ”Saat berangkat sekolah, Mu’ti mengendarai sepeda,” kenangnya.
Dia mengaku, Mu’ti menjadi cucu kesayangan kakek dan neneknya. Setiap hari, masa kecil Mu’ti membantu kakeknya mencari rumput untuk pakan ternak. Putranya itu mau karena dijanjikan satu ekor kambing.
Sejak kecil, ia dididik keras oleh almarhum ayahnya, Jamyadi. Mu’ti diwajibkan belajar ilmu agama sejak kecil. Sampai dia duduk di bangku kuliah di UIN Walisongo.
Kartinah tidak manyangka, anaknya tumbuh dan menjadi salah satu tokoh Muhammadiyah. Mu’ti mewarisi sikap bapaknya yang terjun ke organisasi yang didirikan KH. Ahmad Dahlan itu. Kondisi sekarang sudah menjadi firasat orang di kampunya ketika itu. ”Orang kampung bermimpi ada petasan jatuh di rumahnya. ’Mbah Kartinah meh entuk opo? Kan wes rak ono petinggi? (Mbah Kartinah mau dapat apa? Kan sudah tidak ada kepala desa?)’,” kata perempuan beranak empat itu menirukan ucapan orang-orang kampung.
Melihat kesibukan anaknya sekarang, Mu’ti jarang pulang mengunjungi orang tuanya. Namun komunikasi tidak terputus. Satu pekan sekali Mu’ti menghubungi ibunya lewat video call, meski sedang sibuk.
Tak lupa sang ibu selalu memeberikan nasihat kepada anak kesayangannya itu. Pesan tersebut, ketika apa yang dilakukan di jalan yang benar tidak melanggar peraturan, Mu’ti diminta untuk menjalankan.
”Nang, aku ga ingin milih apa-apa (Nang, saya tidak memilih apa-apa), tetapi Allah yang memilihkan. Saya menyerahkan apa yang terbaik untuk anakku kepada Allah. Saya mendoakan agar (anak saya) selalu berguna bagi masyarakat,” harapnya.
Sampai dengan sekarang, Mu’ti adalah sosok sederhana. Ini terlihat dari makanan yang disukainya. Kata Kartinah, Mu’ti menggemari sayur lodeh, pecel ikan, dan kepala ayam.
Sementara itu, adik Mu’ti, Nuruzzaman punya kenangan manis terhadap kakaknya. Pria yang kini tinggal di Jakarta itu, patut dijadikan panutan.
Pengalaman yang tidak bisa dilupakan semasa kecil, setiap ke mana pun Mu’ti pergi maupun bertugas ke luar daerah, hingga kuliah di Australia selalu membawa buah tangan. Oleh-oleh yang dibawa bukan makanan, tetapi buku dan mainan edukasi untuk keluarganya.
Lewat hal semacam itu, dia punya tujuan untuk memacu orang di sekitaranya mempunyai pikiran maju dan mengembangkan lingkungannya. Selain itu, yang selalu ditekankan kepada saudaranya adalah penguasaan bahasa Inggris.
”Setiap pagi, sebelum berangkat sekolah dia (Mu’ti, Red) mendengarkan radio BBC London, radio Australia. Radio berbahasa Inggris itu, menjadi motivasi yang kuat melalang buana ke luar negeri,” katanya.
Tekad itu diperkuat, meski kondisi finansial saat itu kurang mendukung. Bahkan, Mu’ti sering dianggap remeh para tetangganya mimpinya menjadi orang berpendidikan itu pasti gagal.
Karena keterbatasan ekonomi, Mu’ti menjadi sosok yang kreatif. Dirinya ingin survive dalam menempuh perkuliahan dan keorganisasian saat itu. Laku kreatif ini ditunjukkan melalui sering membawa bekal bahan makanan saat kuliah. Selain itu, sering ikut kegiatan organisasi. Motivasinya mengikuti kegiatan yang bermanfaat sekaligus memperoleh konsumsi secara cuma-cuma.
”Setiap ada peluang beasiswa dia (Mu’ti, Red) selalu ikuti. Salah satunya mendapat beasiswa Supersemar di UIN Walisongo,” terangnya.
Mu’ti juga sosok yang supel dan komunikatif. Hal ini dibuktikan sosoknya diterima lingkungannya. Kedekatan temannya saat kuliah juga pernah menyambangi rumah pria yang mengambil doktoral di UIN Syarif Hidayatullah itu, di Desa Getassrabi.
Sebagai kakak ada banyak yang ditiru dari sosok Mu’ti. Dulu kala, saat baru membina rumah tangga, Mu’ti memberikan perhatian penuh kepada keluarga besarnya. Tiga orang adiknya diperhatikan dan dibiayai pendidikannya.
Dia aktif di organisasi Muhammadiyah saat masuk kuliah di UIN Walisongo. Awalnya, pria beranak tiga itu, masuk dalam keorganisasian Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM). Jabatan terakhirnya sebagai ketua umum DPD IMM Jawa Tengah.
”Saat IMM terputus keaktifannya, karena kakak melanjutkan kuliah di Australia. Sekembalinya dari kuliah, beliau aktif lagi di Pemuda Muhammadiyah. Kalau tidak salah beliau saat mengikuti Muktamar Pemuda Muhammadiyah 2002 dan terpilih sebagai ketua umum PP Pemuda Muhammadiyah,” ungkapnya.
Diakuinya, Mu’ti merupakan sosok yang humoris. Setiap mengobrol dengan keluarga maupun temannya selalu melontarkan jokes baru dan segar. Terlebih lagi Mu’ti sebagai penceramah, harus bisa mencairkan suasana audien.
Tidak kalah pentingnya, Mu’ti menguasai bahasa Arab dan Inggris. Saat ada tamu dari luar negeri, sekretaris umum PP Muhammadiyah itu, tak menggunakan jasa penerjemah.
”Apa yang diraih kakak saat ini tidak terlepas dari dukungan dari orang di sekitarnya dan tentunya ridho Allah SWT. Tidak ada satupun dari adiknya yang mewarisi keunggulan kakak,” kelakarnya. (*/lin)