Dua Ribu Rupiah, Senyumpun Merekah
Oleh : Safrin Octora
Seperti biasa beberapa hari sekali, hari ini saya kembali mengisi bahan bakar untuk kenderaan yang saya pakai di sebuah SPBU (Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum).
Seratus sembilan puluh delapan ribu, kata saya kepada si abang yang bertugas mengisi bahan bakar, setelah dia membuka tangki bensin. Si abang, menekan angka 198.000 pada mesin dispensing bahan bakar dan meletakkan nozzle selang di permukaan tangki kenderaan saya. Meskipun langsung bekerja, tanpa bertanya lagi, namun di wajahnya masih menyiratkan tanda tanya tentang jumlah bahan bakar yang saya beli sebanyak Rp.198.000 itu. Biasanya orang membeli bahan bakar dalam jumlah genap. Bisa Rp.100.000, Rp.150.000 atau Rp.200.000,-. Jadi wajar kalau dia agak memandang aneh, ketika saya memesan dalam jumlah tidak biasa, yaitu Rp.198.000,-.
Tidak berapa lama kemudian, si abang pengisi bbm itu telah menyelesaikan tugasnya. Pas, pak, katanya ketika angka di mesin dispensing menunjukkan angka 198.000. Itu artinya saya harus membayar Rp.198.000,-. Lalu saya memberikan dua lembar seratus ribu yang berwarna merah kepada si abang.
“Ambil kembaliannya ya”, kata saya pelan. Tiba-tiba mukanya tersenyum. “Untuk saya ”, tanyanya, sedikit terheran. Ya, jawab ku sambil menjalankan kenderaan. Dari kaca spion, aku melihat dia masih memandang ke arah kenderaan ku.
Prilaku memberi kepada pegawai SPBU ini ku pelajari dari seorang kawan. Dia selalu begitu. Tidak pernah dia mengisi bahan bakar kenderaannya dalam jumlah yang sama dengan uang yang ada padanya. Selalu dikuranginya sejumlah tertentu dari jumlah uangnya. Jumlah yang dikuranginya itulah yang selalu diberikannya ke si abang pengisi tangki bahan bakar.
Memang, cuma dua ribu yang kita berikan kepada si pegawai SPBU itu. Namun kalau hal seperti itu dilakukan oleh si pemilik mobil pribadi yang umumnya berkelebihan, alangkah indahnya hidup ini, kata kawanku. Jumlah pemilik mobil pribadi yang mengisi bbm di SPBU jumlahnya cukup banyak. Seratus orang saja yang mau memberikan dua ribu setiap mengisi bbm, maka itu akan meningkatkan pendapatan si pegawai SPBU yang nota bene tidak seberapa.
Dari pendapatannya itu, dia bisa membayar uang sekolah anaknya. Tidak ada lagi anak pegawai SPBU yang menunggak membayar uang sekolah. Sehingga si anak pegawai SPBU itu bisa mendapatkan pendidikan yang benar, bahkan hingga ke perguruan tinggi. Dan mendapatkan pekerjaan yang layak. Sehingga pada suatu saat nanti, si anak tadi bisa membeli mobil dan membawa orang tuanya jalan jalan.
Alangkah indahnya ini bila ini terjadi dalam kehidupan kita yang berazaskan Pancasila, dimana salah satu silanya adalah Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Dengan memberikan dua ribu rupiah setiap mengisi BBM kita telah membantu banyak anak-anak negeri untuk menggapai masa depan.
Lagi pula pemberian dua ribu itu bukan sedekah cuma-cuma, kata kawanku. Anggap saja sebagai tip yang kita berikan setelah seseorang memberikan layanan, seperti kita memberikan tip untuk tukang doorsmeer ataupun “Pak Ogah” yang telah membantu kita di persimpangan jalan yang ramai.
Lagi pula dua ribu rupiah tidak akan membuat Anda jatuh miskin bukan ?
Dengan dua ribu rupiah dapat membuat senyum orang lainpun merekah.
Aku telah mengikuti kawan ku itu. Bagaimana dengan Anda ?