إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ
اَللَّهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن
قَالَ الله تَعَالَى: يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat, dan pengikut beliau hingga akhir zaman.
Jamaah Jumat yang dirahmati Allah,
Pada kesempatan kali ini, marilah kita membahas suatu hal yang sangat penting dan relevan dengan kehidupan kita sehari-hari, yaitu tentang kesehatan mental di era digital. Di zaman sekarang, menjaga kesehatan mental menjadi sesuatu yang sangat mendesak dan genting. Salah satu faktor yang berkontribusi besar terhadap gangguan mental adalah kebiasaan kita berlama-lama di media sosial.
Kita sering kali tidak lepas dari aktivitas di sosial media, mulai dari mencari keributan di Twitter hingga menonton video-video lucu di TikTok dan Instagram. Tanpa sadar, kita menghabiskan waktu berjam-jam untuk hal-hal ini. Akibatnya, segala sesuatu menjadi serba terlambat, tugas-tugas terbengkalai, mood hilang, perasaan menyesal muncul, hingga begadang yang tiada artinya. Dampak lebih jauhnya ialah kita bisa mengalami depresi dan kecemasan.
Sosial media memang menghadirkan hiburan yang mengasyikkan, tetapi seringkali membuat kita lupa waktu. Tak jarang kita terjebak dalam kebiasaan begadang, mengorbankan waktu istirahat yang seharusnya kita pergunakan untuk tidur. Hal ini tentu berdampak buruk pada kesehatan fisik dan mental kita. Selain itu, media sosial juga bisa menjadi arena untuk berdebat dan mengeluarkan kata-kata yang tidak baik, bahkan dalam beberapa kasus, kita bisa saja tergelincir untuk melihat hal-hal yang tidak senonoh.
Jamaah yang berbahagia,
Ada korelasi yang jelas antara perbuatan maksiat yang kita lakukan di media sosial dengan stabilitas mental kita. Ketika kita terjebak dalam perilaku buruk di dunia maya, hati kita menjadi gelisah, pikiran kita menjadi tidak tenang. Inilah yang menyebabkan kita mudah stres dan merasa cemas. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an, Surat Ar-Ra’d ayat 28:
الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَتَطْمَىِٕنُّ قُلُوْبُهُمْ بِذِكْرِ اللّٰهِ ۗ اَلَا بِذِكْرِ اللّٰهِ تَطْمَىِٕنُّ الْقُلُوْبُ
“(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.”
Untuk itu, mengurangi penggunaan media sosial dan lebih fokus pada amalan-amalan saleh adalah pilihan terbaik yang bisa kita lakukan. Dengan demikian, kita bisa menjaga kesehatan mental kita dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Marilah kita perbanyak dzikir, salat, membaca Al-Qur’an, dan melakukan kebaikan kepada sesama. Jadikan waktu kita lebih produktif dengan kegiatan yang bermanfaat dan bernilai ibadah. Insya Allah, dengan menjaga diri dari hal-hal yang buruk di media sosial, kita akan memperoleh ketenangan dan kedamaian dalam hidup.
Jamaah yang dirahmati Allah,
Aturan-aturan syariah yang Allah turunkan ternyata baik untuk kesehatan mental kita. Dalam Al-Qur’an, Allah SWT berfirman:
وَنُنَزِّلُ مِنَ الْقُرْاٰنِ مَا هُوَ شِفَاۤءٌ وَّرَحْمَةٌ لِّلْمُؤْمِنِيْنَۙ وَلَا يَزِيْدُ الظّٰلِمِيْنَ اِلَّا خَسَارًا
“Dan Kami turunkan dari Al-Qur’an (sesuatu) yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang yang beriman, sedangkan bagi orang yang zalim (Al-Qur’an itu) hanya akan menambah kerugian.”
Meninggalkan alkohol, mengharamkan narkoba, melarang makanan yang tidak halal-thayyib, menjauhi perbuatan-perbuatan maksiat, dan meninggalkan perilaku yang tidak bermanfaat di sosial meida punya dampak yang secara langsung baik bagi diri kita. Larangan ini bukanlah beban, melainkan cara Allah agar kita menggapai rahmat. Allah berfirman dalam QS. Al Baqarah ayat 286:
لَا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya”.
Jamaah yang dirahmati Allah,
Kita harus mulai mengatur ritme dopamin dalam diri kita. Caranya? Yakni dengan puasa dopamin atau puasa hiburan dari hal-hal yang negatif. Dalam bahasa agama, ini dikenal sebagai “Ulin Nuha,” atau kecerdasan dalam menahan diri. Maka dari itu, sebagai “pasien,” kita perlu melakukan “riyadlat al-nafs” berupa dopamine detox challenge atau tantangan untuk puasa dari hiburan yang berlebihan.
Dengan puasa hiburan dari hal-hal yang negatif, kita dapat mengurangi gangguan mental, dan lebih fokus pada penghambaan kepada Allah. Dengan demikian, hati kita menjadi lebih tenang dan pikiran kita menjadi lebih jernih dalam menjalankan ibadah dan amal kebaikan.
أَقُولُ قَوْ لِي هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ فَاسْتَغْفِرُوْهُ اِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيْمُ
Khutbah II
اَلْحَمْدُ لِلّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَتُوْبُ اِلَيْهِ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ اَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ اَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ
اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اَمَّا بَعْدُ
Marilah kita terus jaga fisik dan mental kita. Memaksimalkan olahraga, makanan sehat dan, hubungan sosial, maka akan menciptakan mood, suasana hati yang stabil, lebih fokus dan produktif. Dalam sabda Rasulullah Saw
اَلْـمُؤْمِنُ الْقَـوِيُّ خَـيْرٌ وَأَحَبُّ إِلَـى اللهِ مِنَ الْـمُؤْمِنِ الضَّعِيْفِ وَفِـيْ كُـلٍّ خَـيْـرٌ
“Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada Mukmin yang lemah; dan pada keduanya ada kebaikan.” (HR. Muslim).
Marilah kita berdoa kepada Allah agar senantiasa diberi kesehatan fisik maupun mental, agar kita dapat memaksimalkan aturan-aturan yang telah Allah tetapkan.
اَللّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ, وَالْمُؤْ مِنِيْنَ وَالْمُؤْ مِنَاتِ, اَلْاَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْاَمْوَاتِ, اِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ, يَا قَاضِىَ الْحَاجَاتِ, وَيَا كَافِىَ الْمُهِمَّاتِ
. اَللّهُمَّ اَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُ قْنَا اتِّبَاعَةَ, وَاَرِنَا الْبَاطِلَ بَاطِلاً وَارْزُقْناَ اجْتِنَابَهُ
رَبَّنَا اتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى الْاَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
. اِنَّ اللهَ يَاْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْاِحْسَانِ, اِيْتَاءِ ذِى الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْىِ, يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ
وَالْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ (muhammadiyah.or.id)