Medan, infoMu.co – Renungan Jumat pagi ini, jurnalis infoMu.co melakukan wawancara dengan Ketua PWM Sumatera Utara, Prof. Dr. Hasyimsyah Nasution MA seputar kehidupan. Kata Hasyimsyah, hidup ini bagaikan roda yang selalu berputar, terkadang di atas dan terkadang di bawah, ada saat bahagia dan ada saat bersedih. Waktupun terus berganti, setelah kesulitan datang kemudahan, sesudah bersabar datanglah kemenangan, setelah lewat waktu malam datanglah waktu pagi, setelah musim gugur datang musim semi, setelah musim kemarau ada musim hujan, ada kalanya sakit dan ada kalanya sehat dan begitulah seterusnya. Begitulah sunatullah, kata Hasyimsyah.
IDan bagian dari sunnatullah pula, bahwa manusia dikaruniai akal dan hati untuk mencerna makna kehidupan ini. Semakin arif seseorang dalam memahami arti dan tujuan hidupnya, maka semakin bijak pula dia dalam bersikap. Sebaliknya, jika seseorang enggan merenungi keberadaannya di dunia ini; dari apa dia berasal, dari mana dia datang, siapa yang menciptakannya, untuk apa dia hidup, kemana dirinya setelah mati, dan berbagai pertanyaan lain; maka tanpa renungan itu ia akan hidup tanpa arah dan cenderung mengikuti hawa nafsu yang akhirnya mencelakakan.
Kata Hasyimsyah, siapapun orangnya tentu menginginkan hidup bahagia. Baik di dunia ataupun di akhirat. Ada yang hanya puas dengan kebahagiaan di dunia saja. Ada yang hanya mendambakan kebahagiaan di akhirat tanpa peduli dengan kehidupan di dunia. Dan ada pula yang mengharapkan kebahagiaan dunia dan akhirat.
Akan tetapi manusia sering lupa bahwa orang yang miskin dan hidup serba berkekuranganpun sesungguhnya bisa berbahagia dengan keadaannya. Sebaliknya tidak sedikit orang kaya yang hidup serba berkecukupan, tak kunjung berbahagia dengan apa yang telah dicapainya. Karena kebahagiaan itu memang sesuatu yang sangat relatif, ia tidak bisa dilihat dan diraba melainkan hanya bisa dirasakan oleh hati.
Diberi contoh, ketika Khalifah Harun Al-Rasyiid melihat Al-Fudhail bin Iyadh (Ulama terkenal dengan kezuhudannya) berpenampilan sangat sederhana, Khalifah sangat terenyuh dan berkata:”Sungguh aku kasihan melihat dirimu, betapa zuhudnya engkau ini.” Al-Fudhail menjawab,”Justru akulah yang kasihan melihatmu, engankaulah yang zuhud sesungguhnya, bukan aku”.
Khalifah Harun Al-Rasyid heran dengan jawaban Al-Fudhail. Lalu bertanya,”Kenapa begitu?”. Kata Al-Fudhail:”Ya, aku ini hanya zuhud di dunia, tetapi tidak di akhirat. Sedangkan engkau, engkau tidak zuhud di dunia, akan zuhud abadi di akhirat kelak”.
Dijelaskan, Hasyimsyah kemudian, Khalifah Harun Al-Rasyiidpun menangis tersedu-sedu mendengar jawaban Al-Fudhail. Dan konon sesudah itu Harun tidak lagi mau hidup bermewah-mewah. (syaifuk