Haedar Nashir Dianugerahi Anggota Kehormatan ISI dari UGM
Yogyakarta, InfoMu.co – Prof. Dr. KH. Haedar Nashir M.Si, Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah dianugerahi anggota kehormatan Ikatan Sosiologi Indonesia (ISI) dari Universitas Gadjah Mada. Penyerahan tanda anggota kehormatan tersebut diberikan seiring dengan rangkaian acara bedah buku “Jalan Baru Moderasi Beragama: Mensyukuri 66 Tahun Haedar Nashir yang diselenggarakan oleh IBTimes.ID dengan Departemen Sosiologi UGM, dan Social Research Centre (SOREC) pada Selasa (23/4/24).
Arie Sujito Wakil Rektor IV Universitas Gadjah Mada dalam sambutannya menyebutkan, bahwa Haedar Nashir adalah sosok figur nasional yang mempunyai pemikiran besar dan mendalam tentang umat dan bangsa ini.
Arie menganggap pemikiran Haedar Nashir tentang moderasi akan menjadi solusi yang relevan untuk mengatasi segala persoalan masa umat dan bangsa.
“Saya sangat menghargai Prof. Haedar, yang juga merupakan alumni S2 dan S3 Sosiologi UGM. Saya sejak sekolah dulu, beberapa kali membaca tulisan-tulisan beliau di koran nasional,” ujar Warek IV UGM itu.
Adapun Haedar Nashir menyatakan bahwa pengakuan dan pengangkatan sebagai anggota kehormatan Ikatan Sosiologi Indonesia dari Universitas Gadjah Mada merupakan suatu kehormatan untuk dirinya. “Ini sebuah kehormatan bagi saya,” ucapnya.
Ikatan Sosiologi Indonesia (ISI) merupakan lembaga profesi yang didirikan di Jakarta pada 14 Oktober 1989. Tujuan dari lembaga ini adalah untuk memajukan penyebaran, pengembangan, dan pemanfaatan ilmu Sosiologi di Indonesia. Penganugerahan kepada Haedar Nashir diberikan sebagai bentuk apresiasi terhadap kontribusi beliau dalam bidang sosiologi. Melalui penghargaan tersebut, Haedar Nashir diharapkan dapat terus berperan
aktif dalam upaya-upaya pembangunan umat dan bangsa.
Salah satu bentuk kontribusi Haedar Nashir adalah pemikirannya tentang moderasi beragama dalam konteks keindonesiaan. Bagi Haedar Nashir, moderasi adalah salah satu ciri khas dari bangsa Indonesia.
Menurut Haedar, Indonesia dengan berbagai latar belakang agama, ras, suku, adat istiadat, dan bahasa memerlukan pendekatan yang inklusif dan solutif. Oleh karena itu, penerapan-penerapan nilai moderasi menjadi langkah yang sangat tepat. “Indonesia perlu dibangun dengan pondasi yang moderat. Moderasi menjadi landasan yang kokoh untuk menciptakan persatuan dan kesatuan dari segala perbedaan yang ada menuju kemajuan bersama,” tandasnya. (Soleh)