Ghairoh Khittah Perjuangan IMM Memudar
Oleh : Ahmad Rody Nasution, Aktifis IMM FAI UMSU
Sungguh indah bila di ingat dimana kenikmatan pertama kali masuk organisasi IMM, meski hanya sebentar dan sekejap mata itu kenangan yang saya rasa berkesan dalam hidup saya, waktu pertama duduk di bangku akademisi. Betapa bahagia masuk ke dalam organisasi yang begitu besar langsung di bawah naungan organisasi muhammadiyah, dimana disebut sebagai organisasi islam yang paling tua ada di indonesia.
Di waktu tahun 2023 dan dibulan Desember, itulah waktu saya di kader sebagai kader IMM, yang harus melalui pengkaderan namanya Darul Arqom Dasar, masa pengkaderan Empat hari Tiga malam, di ranah akademisi salah satu kampus di kota medan, namanya Universitas Negeri Medan. Memang waktu terus berlalu jam terus berputar, ghairoh terus membara dalam khittah perjungan IMM dalam benak saya, dimana dalam forum pengkaderan itu saya jumpa dengan para kader utusan setiap ranah komisariat IMM berbagai di kota Medan, dengan nama sebutan kader rekom, saya berasa dalam forum tersebut arti Fastabiqul Khairot itu melekat
dalam pikiran saya, dimana kami berlomba adu argumen dalam forum tersebut, yang diisi oleh para kader rekom Kampus di kota Medan, seperti saya dari UMSU, UINSU, USU dan baik tuan rumah pengkaderan itu UNIMED.
Rasanya sudah melewati perjalanan yang sangat jauh waktu itu sampai sekarang, namun namanya ghairoh terus berkobar dalam setiap hal namanya mengambil keputusan dengan bermodalkan namanya “Nekat”. Andai saya hidupku waktu itu tidak memiliki pikiran persuasif, mungkin hari ini tidak hari yang saya nanti, karena organisasi IMM sekarang bukan lagi organisasi dakwah saya kagumi yang memiliki landasan dan arah gerak yakni; Religiusitas, Intelektualitas dan Humanitas.
Sebab IMM ini adalah salah satu ortom Muhammadiyah yang di ranah akademisi, bertujuan untuk membina dan mengembangkan potensi mahasiswa agar menjadi kader umat dan bangsa yang berkarakter islami, Kerterkaitan IMM sama Muhammadiyah bagaikan Ayah sama anak, hubungan antara menjaga sebuah kehormatan dalam tanggung jawab pada keluarganya.
Namun rasanya jauh amat apa menjadi IMM seharusnya, karna bukan asal bicara memang sudah realitanya sekarang di lapangan, mempercayai diri adalah sebuah kesadaran yang sangat patut di syukuri, dimana itu membuka relasi pengetahuan cakrawala berorganisasi, karena sekarang organisasi IMM ini hanya sebuah jalan menjadi ajang adu jabatan penguasa selanjutmnya, memang dipikir kembali lucu dan naif rasanya di bayangkan, tapi begitulah wajah organisasi ini sekarang.
Khittah Perjuangan Organisasi IMM
Pedoman sinar langkah perjuangan yang sesuai prinsip-prinsip dasar, tujuan, dan strategi yang harus di terangi dalam hati teguh sebagai seorang kader IMM, dalam estafet perjalanan aktivitas berbagai bidang, yakni: bidang keagamaan, bidang sosial, politik maupun pendidikan, namun harus berakar sesuai nilai-nilai islami.
Kepemimpinan dalam sebuah perjuangan memberikan pelajaran dalam menekankan pada pembentukan karakter, intelektual dan sinergi berorganisasi, khittah menjadi panduan bagi kader IMM dalam beraktivitas dan berjuang, sesuai dengan visi dan misi IMM.
Apa yang Terjadi pada Khittah IMM?
Besar kemungkinan perjuangan dan khittah IMM secara subtansial jauh dan tidak sejalan dengan khittah Muhammadiyah tersebut, karena untuk apa ada khittah IMM kalau Khittah Muhammadiyah saja tidak memiliki arti dalam hati kader yang hanya parasit penyakit bagi tubuh organisasi.
Arah landasan cita-cita yang diusahakan telah berputar menjadi kepentingan pribadi, namun seharusnya kader IMM melakukan gerakan dakwah intelektual dalam meneruskan persyarikatan yang jauh dari ruls di inginkan, jika berkaca kembali pada keadaan situasi terkini,
Khittah Sebagai Landasan Perjuangan Kader
Nampak kiranya IMM sebagai organisasi yang dapat menjawab tantangan kader dalam roda organisasi dan berkehidupan islami, dakwah salah satunya yang memberikan manfaat pada contoh religiunitas bagi kader, lalu disambung oleh intelektual sebagai dasar pemikiran kader dalam memenuhi asas triologi IMM, dengan akhiran berdampak pada kaum mustad’afin.
IMM dalam notabene adalah wadah manusia akademisi indonesia sebagai kader muslimin intelektual dari ranah akademisi Muhammadiyah, sebagai gerbang aspirasi masyarakat tanah air dalam gejolak dan kondisi bangsa.
Gerakan perjuangan adalah sebuah landasan dalam menjawab tantangan masyarakat saat ini, kaum mustad’afin yang selalu digadang-gadang sebagai lahan basah IMM untuk berdakwah dalam tujuan mengimplementasikan dengan benar, medan perang IMM saat ini dapat memecahkan masalah masyarakat saat ini, seperti: penindasan, buta huruf, kemiskinan dan lain-lain, Contoh diatas hanya sebagian dari banyak contoh yang marak di masyarakat saya tulis, sebab disisi lain perlunya konsolidasi, pencerdasan, kaderisasi dan pengkristalan dalam
mewujudkan tujuan penuntasan permasalaan itu semua.
Kunci khittah sebagai landasan perjuangan kader adalah mewujudkan cita-cita muhammadiyah “ menjungjung tinggi agama islam sehingga terwujud masyarakat islam yang sebenar-benarnya”, Bertujuan agar kader seharusnya menjadikan IMM sebagai ladang dakwah, intelektual dan humanis diranah akademisi, maka IMM saat ini sudah mulai memudar dalam aspek perjuangan dalam menerapkan nilai-nilai yang harus di pertahankan
sebagai landasan gerakan kader. (***)