Taka ada yang tahu seperti apa taqdir hidup yang harus kita jalani. Ada yang sukses tapi ada juga yang mengalami hidup yang teramat pahit. Tapi semua itu adalah taqdir dariNya. Kita harus menjalaninya dengan ikhlas, terus berusaha dan semoga Allah memberikan yang terbaik.
Kondisi itulah yang dialami sepang suami isteri dari kota salak, Padang Sidimpuan. Muhammad Roy (38) dan Roisah(40) pasangan suami Istri ini harus menjalani profesi sebagai pemulung. Setiap hari keduanya, bersama anaknya, mengutipi botol dan barang bekas lainnya di berbagai sudut kota Padang Sidimpuan.
Seperti apa denyut kehidupan pasangan suami isteri Rpy dan Roisah itu ?. Jurnalis infoMu.co di Padang Sidempuan, Rahmat Taufik Pardede, menuliskan laporannya.
Bermodal becak dayung dan karung ia meneruskan kehidupan dengan ini keyakinan bahwa Allah akan memberikannya pertolongan. Di bawah terik panas siang yang menyengat, keluarga itu mulai mengelilingi kota padangsidimpuan. Matanya tampak awas dan tajam pada setiap tumpukan sampah, siapa tau disitu ada barang bekas yang memiliki nilai jual. Roy biasanya, suka mampir ke emperan toko, perkantoran karena disana banyak barang bekas yang dibuang.
Tujuannya satu, ialah memungut botol-botol bekas air mineral, botol plastik dan kaleng-kaleng, botol plastik dan kaleng itu mereka kumpul untuk mereka jual kepada toke barang bekas di sigiring-giring.
Berapa penghasilan yang diperoleh Roy dan isterinya dari memulung itu ?. Ternuyata itu yang memerihatinkan kita. Dari pengakuannya kepada infoMu.co hasil penjualan dari memungut botol bekas itu mencapai 20 Ribu perharinya, terkadang juga hanya 15 ribu rupiah. Pendapatan sebesar itulah yang mereka gunakan untuk kebutuhan sehari-harinya.
Roy dan Roisah telah di karuniai dua anak, mereka adalah Nurhaminah (4) dan Ali Napia(2). Keduanyamasih kecil tapi harus ikut bersama kedua orangtuanya ke lapangan.
Sehari-hari, Roy bersama anak istrinya tinggal di rumah orangtuanya di Lingkungan IV Janji Bangun, Kelurahan Timbangan, Kecematan Padangsidimpuan Utara, Sekitar 1,9 KM dari Kantor Walikota Padangsidimpuan.
Roy memang harus bertanggung jawab terhadap kehidupan ia dan anak istrinya. Profesi sebagai pemulung ia geluti setelah ia di berhentikan dari salah satu bengkel tempat ia bekerja satu tahun yang lalu.
Kisah yang sama di alami Rosiah sebelum ia ikut memulung bersama suaminya. Ia juga sempat bekerja sebagai tukang cuci pakaian di salah satu rumah tetangganya.
Sekarang rumah tangga tempat saya bekerja dulu sudah tidak membutuhkan tukang cuci, daripada saya berdiam diri dirumah lebih baik saya ikut suami untuk membantunya” jelas Rosiah.
Jika di bandingkan dengan kebutuhan keluarga, kata Rosiah sangatlah tidak cukup, apalagi anak kami masih kecil-kecil, tapi mau bagaimana lagi beginilah keadaan kami.
Ketika ditanya, bantuan social yang bisa didapatkan dari pemerintah, Roisah mengaku belum mendapatkannya. Entahlah, bang, mungkin nanti setelah berita ini pemerintah akan menaruh perhatian pada nasib kami, kata pasangan suami isteri itu.
“Semoga allah memberikan kesehatan dan rezeky bagi kami, supaya saya dan suami tetap bisa bekerja untuk membesarkan dan mensekolahkan kedua anak kami”, begitu harap Roisah dengan nada memelas.
Roy bertekad kedua anaknya Nurhanimah dan Ali Napia menjadi anak yang mampu mengubah kondisi keluarga mereka. Ia yakin Allah akan memberikan rezeki yang baik untuk anak saya.pungkas Roy dengan optimis.
Roy dan Roisah kembali melanjutkan pekerjaanya untuk memulung berbagai barang bekas. Roy pun mengayuh becanya. Roisah, isteri dan dua anaknya di atas beca dengan atap berwarna biri. (rahmat taufiq pardede)