Yogyakarta, InfoMu.co – Bagi sebagian besar dosen, jabatan guru besar merupakan sebuah cita-cita. Dalam menggapai cita-cita tersebut banyak jalan terjal yang harus didalui setiap insan dosen. Salah satu syarat khusus dosen untuk mendapat gelar profesor atau guru besar adalah harus menerbitkan publikasi ilmiah di jurnal internasional bereputasi.
Pada Sabtu (30/01) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta resmi menambah jumlah guru besar dalam bidang studi Islam, yaitu: Hilman Latief dengan nomor 152734/MPK/KP/2019 dan Muhammad Azhar nomor 152733/MPK/KP/2019. Selain dosen UMY, keduanya juga terlibat aktif dalam pergerakan Muhammadiyah. Hilman berkhidmat menjadi ketua Lazismu Pusat, sedangkan Azhar mengabdi di Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah.
Dalam pengukuhan guru besar, Hilman menyampaikan orasi ilmiah yang berjudul: Etika Islam dan Semangat Filantropisme: Membaca Filantropi Sebagai Kritik Pembangunan. Sedangkan Azhar memaparkan orasi ilmiah dengan judul: Demokrasi Religius untuk Indonesia Berkemajuan dan Berkeadaban: Alternatif antara Liberalisme-Sekularisme dan Fundamentalisme Keagamaan.
Hilman Latief lahir di Tasikmalaya pada tanggal 12 September 1975. Ia merupakan suami dari Sofiah Muda dan ayah bagi putra-putri, yaitu: Muhammad Azka Latief, Sultan Zaki Akmal Latief, dan Diandra Amarisa Latief. Riwayat pendidikan Hilman: SMP dan SMA Muhammadiyah di Pondok Pesantren Darul Arqam Garut (1987-1994); Studi Islam di IAIN Yogyakarta (1994-1999); Master Studi Agama di UGM (2000-2003); Master di Western Michigan University, USA (2004-2005); dan Doktor di Utrecht University, Belanda (2008-2002).
Sedangkan Muhammad Azhar lahir di Medan pada tanggal 8 Agustus 1961. Riwayat pendidikannya berasal dari studi hukum Islam di STAIN Lhoseumawe, Aceh Utara (1992); master teologi dan filsafat di UIN Sunan Kalijaga (1994); dan doktor teologi dan filsafat di UIN Sunan Kalijaga (2012).