Strategi Baru Muhammadiyah Membangun Pendidikan, Kesehatan dan Ekonomi
Oleh: Dodok Sartono SE, MM
Muhammadiyah sebagai organisasi Islam terbesar di Indonesia terus berkomitmen dalam membangun bangsa, terutama di bidang pendidikan, kesehatan, dan ekonomi. Namun, tantangan zaman memerlukan strategi baru yang adaptif dan relevan. Muhammadiyah harus berani melakukan perubahan paradigma dalam pengelolaan amal usahanya.
Dari AUM ke BUMM: Transformasi Strategis
Selama ini, Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) menjadi ujung tombak dalam pelayanan pendidikan, kesehatan, dan ekonomi. Namun, strategi ini perlu diubah menuju Badan Usaha Milik Muhammadiyah (BUMM) yang lebih fleksibel dan kompetitif. AUM dapat berjalan secara organik seperti saat ini tanpa harus terlalu bergengsi mempertahankan sesuatu yang tidak relevan dengan kondisi zaman. Membuka dan menutup AUM adalah bagian dari proses adaptasi yang wajar.
Dalam era ini, kemampuan untuk cepat beradaptasi adalah kunci keberhasilan. Muhammadiyah harus menyadari bahwa yang bertahan bukanlah yang terbesar atau terkuat, melainkan yang paling siap dan tanggap terhadap perubahan.
Tantangan di Bidang Pendidikan
Salah satu tantangan terbesar Muhammadiyah saat ini adalah penurunan jumlah siswa, terutama di jenjang SMP dan SMA. Hal ini disebabkan oleh kurangnya daya saing dan inovasi dalam pengelolaan sekolah. Selain itu, kebijakan pemerintah yang fokus memberikan pendidikan gratis untuk kalangan menengah ke bawah telah mengubah peta persaingan.
Pada masa KH Ahmad Dahlan, dan generawi awal, Muhammadiyah mendirikan sekolah untuk melayani masyarakat menengah bawah dengan biaya murah, bahkan gratis. Namun, sekarang pemerintah telah mengadopsi semangat teologi Al-Ma’un Muhammadiyah dengan memberikan layanan pendidikan gratis bagi mereka yang kurang mampu. Dalam kondisi ini, sekolah Muhammadiyah yang masih berfokus pada segmen tersebut akan sulit bersaing, terutama karena siswa yang tidak mampu secara akademik atau ekonomi kini dapat diterima di sekolah negeri melalui kebijakan zonasi.
Seiring dengan mulai menghilangnya kelas menengah ekonomi, juga menggeser pola konsumsi dan usaha dalam bidang apapun. termasuk dalam bidang pendidikan. menurut pengamatan penulis sekolah yg laku saat ini adalah sekolah yang MAHAL atau GRATIS, yang tanggung tergeser hilang. Saat ini pemerintah fokus menyelenggarakan pendidikan Murah /Gratis. Maka kalau sekolah Muhammadiyah masih bergerak disekolah Gratis artinya Muhammadiyah sedang berkompetisi dg pemerintah. hampir bisa dipastikan kalah. Maka hemat kami Muhammadiyah mulai membidik kelas atas dengan sekolah berkualitas walaupun harus berdampak pada biaya yg lebih tinggi.
Menargetkan Segmen Baru
Strategi Muhammadiyah ke depan harus fokus pada segmen pasar yang belum menjadi prioritas pemerintah, yaitu pendidikan berkualitas untuk kelas menengah atas. Sekolah-sekolah dengan standar tinggi, fasilitas modern, dan pengajar berkualitas mampu menarik minat masyarakat kelas atas. Biaya yang mahal bukan menjadi masalah jika diimbangi dengan kualitas layanan pendidikan yang prima.
Namun, Muhammadiyah tidak melupakan semangat Al-Ma’un. Implementasi teologi Al-Ma’un dalam pendidikan Muhammadiyah tidak lagi semata-mata melalui penyediaan sekolah murah atau gratis. Sebaliknya, Al-Ma’un diwujudkan dengan menciptakan pendidikan berkualitas di lembaga unggulan yang memberikan beasiswa kepada siswa tidak mampu. Hal ini memungkinkan anak-anak dari keluarga prasejahtera untuk mendapatkan pendidikan terbaik tanpa merasa terpinggirkan.
Untuk merealisasikan ini, Muhammadiyah dapat bersinergi dengan LAZISMU (Lembaga Amil Zakat, Infaq, dan Shadaqah Muhammadiyah). LAZISMU dapat menjadi mitra strategis dalam mengelola dana beasiswa, memastikan bahwa dukungan ini tepat sasaran dan berkelanjutan. Dengan cara ini, Muhammadiyah tidak hanya melayani kelompok ekonomi kuat tetapi juga tetap memberikan kesempatan kepada yang kurang mampu untuk menikmati pendidikan unggulan.
Mengintegrasikan Spirit Quraisy
Muhammadiyah juga perlu mulai mengkaji dan mengimplementasikan semangat teologi Quraisy, yaitu keberanian untuk berinovasi dan memimpin dalam sektor ekonomi, industrialisasi, dan kewirausahaan. Ini menjadi bentuk ijtihad baru Muhammadiyah di abad kedua. Transformasi dari AUM ke BUMM adalah langkah strategis yang sesuai dengan tantangan zaman. Maka langkah untuk melakukan
Reformasi organisasi dan digitalisasi sebagaimana program Prioritas muktamar 48 adalah langkah tranformasi menuju persyarikatan yang Profesional, Maju dan Modern (PMM). Juga prioritas untuk membangun AUM unggulan dan gerakan ekonomi secara masive. (sumber SM)