Sejarah dan Ide Gerakan Muhammadiyah
Oleh : Dr. Salman Nasution
Keputusan untuk hadir pada Muktamar ke 48 sebagai pengamat Muktamar (juga penggembira) adalah keputusan yang memiliki pertimbangan. Disamping adanya kegiatan di Medan seperti persiapan pelaksanaan Pelatihan Wirausaha Muda MUI Sumatera Utara, KBM di kampus dan lainnya. Arahan dari ketua majelis Wakaf dan Kehartabendaan PWM Sumatra Utara (abangda Adi Munasip), maka pemesanan tiket keberangkatan harus dieksekusi yaitu tepat 2 (dua) hari sebelum pembukaan Muktamar 48 di Manahan Solo, dengan Pesawat Penerbangan Medan ke Yogyakarta – QZ 8074 Air Asia.
Ribuan penggembira dari Sumatera Utara datang ke Solo dengan berbagai kendaraan seperti pesawat, kapal laut dan bus. Mulai dari usia muda (balita) sampai nenek-kakek juga tidak ketinggalan untuk hadir pada hari yang istimewa bagi kader dan simpatisan Muhammadiyah untuk menyemarakkan organisasi yang telah berdiri pada tahun 1912. Hampir setengah kursi pesawat yang saya tumpangi, diisi oleh penggembira Muktamar Muhammadiyah-Aisyiyah diantaranya ketua PDM Tebing Tinggi dan Dekan FAI UMA. Ternyata, kegembiraan menghadiri Muktamar menjadi ghirah berorganisasi.
Sesampai di Solo, dengan pengurus majelis Wakaf dan Kehartabendaan PWM Sumut lainnya ikut mewarnai kebersamaan kami diantaranya abangda Bayu Sumantri, abangda Amrizal, Dedek Gultom dan pastinya ketua majelis abangda Adi Munasip. Pertemuan demi pertemuan juga tidak terhindarkan dengan diskusi hangat tentang Islam dan Hukum Alam bersama dekan FH UMSU, dekan Fatek UMSU, juga tidak ketinggalan Dr Muhammad Said Harahap S.sos, M.I.Kom dan abangda Risfan Sihaloho sebagai reporter UMSU dan Muhammadiyah Sumatera Utara.
Banyak harapan dengan hadirnya kader dan simpatisan Muhammadiyah-Aisyiyah ke Solo, yaitu mengingatkan kembali organisasi yang dihadirkan oleh Ki. Ahmad Dahlan dalam rangka purifikasi ajaran Islam di tengah masyarakat yang masih terselimuti TBC dibumbui perbudakan kolonialisasi. Adanya banyak pikiran-pikiran Ki. Dahlan agar umat Islam tidak bodoh dan dibodohi, karena pada masa penjajahan, banyak anak bangsa ini memiliki cita-cita menjadi budak kolonial. Tentunya, ini adalah sayatan bagi ulama dan cendikia dalam memberikan edukasi kepada anak bangsa sehingga menjadi perjalanan perjuangan Ki. Dahlan, sampai pada mendirikan lembaga pendidikan pertama yaitu Madrasah Ibtidaiyah Diniyah Islamiyah (MIDI) pada tanggal 1 Desember 1911 persis di ruang tamu rumah Ki. Dahlan. Keringat, lelah, bahkan fitnahan menjadi makanan sehari-hari Ki. Dahlan.
Ekspansif pendidikan tidak hanya diperuntukan pada masyarakat, tetapi juga di masjid
terkhusus masjid kesultanan Yogyakarta, yaitu memberikan pemahaman terhadap arah kiblat tepat pada arah ka’bah. Ki. Dahlan meminta kepada pengurus Kagungan Dalem Masjid Gedhe Kauman (nama lain dari masjid Kauman) untuk mengarahkan arah sholat tepat pada arah Kiblat bukan ke arah Barat atau arah terbenamnya matahari. Aktifnya Gerakan Ki. Dahlan dengan pembaharuan atau purifikasi, ternyata banyak tidak disukai tokoh agamawan dan kesultanan pada waktu itu, sehingga pertentangan terhadap Ki. Dahlan tidak hanya pada kolonial namun pada masyarakat Islam itu sendiri.
Ketidaksukaan terhadap Ki. Dahlan (Darwis, nama lain) ditunjukan dengan pembakaran Langgar Kidul, yaitu suatu tempat anak-anak muda berkumpul dan mendengar dakwah Ki. Dahlan. Semakin dipijak maka semakin kuat mental Ki. Dahlan. Tidak main-main, gerakan dakwah Islam terus berkelanjutan, dan dukungan masyarakat pada waktu itu semakin memuncak, mengingat Ki. Dahlan berjuang tidak hanya ucapan (bil lisan) tetapi juga bil hal, yaitu membantu dan memberikan hak-hak kemanusiaan dengan ZIS (Zakat Inaf dan Shadaqah), sehingga orang miskin banyak tertolong dan diangkat martabat kemanusiaannya.
Ingat, Ki. Dahlan tidak main-main dari apa yang dipahaminya dari Al Quran dan As-Sunah, harta Ki. Dahlan juga berperan aktif dalam ekspansi Dakwah Islam (tidak hanya 2,5 persen bahkan 100 persen), logis, kenapa Muhammadiyah berkembang pesat, karena pendirinya siap sedia dengan jiwa dan hartanya untuk masyarakat. Ya, kalau Muhammadiyah ingin serius dan fokus dalam purifikasi ajaran Islam harus berkontribusi 100 persen, sebagaimana pendakwah-dakwah sebelumnya (seperti Ki. Hasyim As’ari pendiri Nahdatul Ulama).
Muktamar Muhammadiyah 48
Dalam penuyampaian Pak Joko Widodo disela-sela pembukaan Muktamar di Solo, beliau mengungkapkan apresiasi kepada keluarga besar Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah yang telah berkontribusi besar dalam peningkatan kualitas SDM dan penguasaan iptek melalui lembaga pendidikan yang dikelola. Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah memiliki lebih dari 170 perguruan tinggi, 1.364 sekolah menengah atas (SMA)/sederajat, 1.826 sekolah menengah pertama (SMP)/sederajat, 2.817 sekolah dasar (SD)/sederajat, 440 pesantren, serta 20.233 taman kanak-kanak (TK), pendidikan anak usia dini (PAUD), dan kelompok bermain.
Pada 19 November 2022, pembukaan telah usai dan berlanjut pada pemilihan formatur PP Muhammadiyah periode 2022-2027. Terpilihnya Kembali ketua umum dan sekertaris umum PP Muhammadiyah yaitu Prof. Haidar Nashir dan Prof. Abdul, bagi penulis, sepertinya tidak ada perubahan yang signifikan bagi kepemimpinan Muhammadiyah kedepan. Namun, nama baru formatur atau hampir setengah pada periode ini yaitu Hilman Latief, Syamsul Anwar, Saad Ibrahim dan Irwan Akib ikut mewarnai kepemimpinan dan gerakan Muhammadiyah. Adanya harapan dan kepercayaan yang besar bagi kader dan simpatisan untuk perkembangan Muhammadiyah dalam periode 5 (lima) tahun kedepan. Penulis telusuri pada latar belakang formatur terpilih yaitu mereka adalah para pendidik dengan jejak aktifis organisasi, aktifis sosial dan akademisi serta keterlibatan membantu terhadap negara. Namun yang terpenting adalah silsilah keturunan mereka adalah orang-orang baik. Tentunya, garis keturunan perlu ditelusuri, apakah ada generasi penerus bagi ideologi yang sesat dan terlarang.
Selanjutnya, Muktamar telah menghasilkan 7 (tujuh) agenda untuk 5 (lima) tahun kedepan gerakan Muhammadiyah, diantaranya; Peneguhan pemahaman Islam dan ideologi Muhammadiyah, penguatan dan penyebarluasan pandangan Islam Berkemajuan, Memperkuat dan memperluas basis Islam di akar rumput, Mengembangkan AUM unggulan dan kekuatan ekonomi, Berdakwah bagi milenial, generasi Z dan generasi alpha, Reformasi kaderisasi dan diaspora kader ke berbagai lingkungan dan bidang kehidupan, Digitalisasi dan reformasi sistem organisasi, dan Akselerasi dan Intensitas Internasionalisasi.
Dalam Muktamar ke 48 adalah Muktamar yang istimewa bagi penggembira disamping telah hampir selesainya pandemic Covid 19 yang membatasi kegiatan masyarakat (social Distancing), namun juga kerinduan berjumpa dengan kerabat para pejuang Muhammadiyah Aisyiyah se Nusantara dan dunia, yang seharusnya pertemuan Pertemuan Akbar (Muktamar) dilaksanakan pada tahun 2020 yang lalu. Sehingga banyak penggembira, yang disebutkan lebih dari 1 (satu) juta hadir pada acara tersebut.
Ada Apa dengan Muhammadiyah?
Tidak sedikit kader mempertanyakan keberhasilan Muhammadiyah saat ini, bahkan mengkritisi Muhammadiyah dan amal usahanya, bahkan ada kader berandai-andai, jika Ki. Dahlan masih hidup, pasti kecewa terhadap kepemimpinan Muhammadiyah saat ini. Tentunya, pernyataan tersebut adalah sebuah hayalan, namun perlu dievaluasi Gerakan Muhammadiyah, apakah perjuangan pimpinan Muhammadiyah sama dengan perjuangan pendiri Muhammadiyah sebesar 100 persen? Banyak yang mengelak pertanyaan tersebut dengan berbagai alasan perbedaan zaman, perbedaan kondisi kolonialisasi, perbedaan lingkungan bahkan sampai pada perbedaan keturunan (menurut dakwah Ustadz Adi Hidayat, bahwa ada garis keturunan Ki. Dahlan dengan Nabi Muhammad SAW.). Kejujuran adalah kunci sebuah jawaban mengingat perjuangan di Muhammadiyah saat ini, apakah perlu kader Muhammadiyah melafazkan cintanya terhadap Islam dan Muhammadiyah, namun sebagai generasi kader Muhammadiyah bisa melihat perjuangan seorang kader Muhammadiyah dari besarnya kontribusi harta dan jiwanya. Wallahu’alam.
Penulis mengingatkan kembali bahwa, isu utama pendiri Muhammadiyah (Ki. Dahlan) adalah mengangkat harkat dan martabat manusia dari kebodohan, maka edukasi adalah solusi satu-satunya. Hari demi hari Ki mendidik dan mendidik tanpa pamrih, komitmen dan keuletan menjadi seragam pendidikannya. Kembali kepada Muhammadiyah hari ini, apakah pimpinan Muhammadiyah bergerak tanpa pamrih, atau karena alasan perbedaan zaman. Tentunya sebagai pengamat sekaligus kader Muhammadiyah, penulis mengharapkan kepada pimpinan Muhammadiyah mengkaji kembali secara utuh apa sebenarnya permasalahan umat Islam hari, sehingga agenda Muhammadiyah pasca Muktamar benar-benar serius dan fokus menjawab permasalahan umat tersebut, bahkan menjadi solusi. Kalau tidak dilakukan maka banyak kader Muhammadiyah dan umat Islam hari ini dirugikan dari sebuah amanat kepemimpinan.
Jangan menafikan riak-riak kader dan umat Islam terhadap Muhammadiyah mengingat mereka adalah umat yang peduli terhadap Muhammadiyah, bahkan mereka mengharap Gerakan Muhammadiyah seperti Gerakan Ki. Dahlan. Berbeda dengan kolonialisasi dan pembenci Gerakan Ki, yaitu mereka menghancurkan Ki dan lembaganya. Atau riak-riak bukan bagian dari etika bermuhammadiyah sehingga tidak perlu tanggapi. Namun bagi penulis, periak-riak adalah orang-orang yang memberikan cinta dan motivasi untuk kemajuan Muhammadiyah.
Satu hal yang membuat pikiran penulis bertanya-tanya terhadap Amal Usaha Muhammadiyah dalam bidang pendidikan, mengingat lembaga pendidikan ormas ini tercatat terbanyak di dunia. Tentunya, SDM menjadi tanggung-jawab Muhammadiyah. Muhammadiyah harus tampil terdepan terhadap pendidikan bahkan bertanggung-jawab terhadap kebobrokan pendidikan di Indonesia bahkan ikut mengambil bagian dalam kebijakan atau peraturan pemerintah dalam dunia pendidikan. Apalagi keluar kritikan terhadap lembaga pendidikan Muhammadiyah, yaitu kenapa kualitas pendidikan di Indonesia minim diwarnai oleh Muhammadiyah, bahkan kompetisi nasional dan internasional tidak berimbang dengan lembaga pendidikan lainnya?
Bagi penulis, pendidikan Muhammadiyah harus mengutamakan dari sisi kualitas, bukan hanya memperbanyak lembaga pendidikan, kata dan ayat pertama yang turun dalam wahyu Allah SWT. adalah “Iqra”. Iqra’ yang berarti baca, analisa, telaah, teliti, observasi, berarti berkualitas, berbobot dan berefek bagi kehidupan diri dan negara. Iqra sangat dianjurkan bahkan menjadi tuntunan dan tuntutan bagi manusia yang berakal sehingga layak menjadi prioritas utama dalam pengembangan kualitas pendidikan Muhammadiyah. Pendidik dan yang dididik (siswa) harus bersama-sama bertanggung-jawab terhadap pendidikan. Maka, Muhammadiyah sebagai leading lembaga pendidikan harus membuka kunci pendidikan seluas-luasnya dalam rangka mencerdaskan generasi bangsa (pasal 31 ayat 1 UUD 1945). Tentunya niat tulus ikhlas harus dimiliki warga Muhammadiyah sebagaimana Ki. Dahlan miliki.
Selain itu juga, niat tulus ikhlas pendidik yang bekerja pada lembaga pendidikan Muhammadiyah adalah alat utama sebuah pendidikan namun kurang dimiliki. Apalagi, menjadi pendidik (guru) sebagai profesi pelarian disaat begitu kompetitifnya pelamar pekerjaan di perusahaan-perusahaan termuka sehingga jalan terakhirnya adalah guru. Apakah ada hubungan antara minimnya niat menjadi guru berpengaruh terhadap aksi guru yang menuntut kenaikan gaji? Pada dasarnya negara bertanggung-jawab terhadap kesejahteraan guru, mengingat guru adalah penentu kemajuan negara, namun guru yang dimaksud adalah guru yang benar-benar sebagai pendidik, peduli, penyayang, yang timbul dari hati bukan sertifikasi.
Untuk Gerakan Muhammadiyah dalam konteks masjid, UMKM (ekonomi) dan lainnya, penulis mengapresiasi mengingat gerakan filantropi ini selalu dipercaya oleh umat Islam. Saya menekankan bahwa Muhammadiyah bukan organisasi terkaya tetapi organisasi terpercaya sehingga umat merasa berdampak positif pada ekonominya. Sehingga wakaf umat Islam selalu mengalir ke Muhammadiyah mulai dari tingkat pusat sampai ke ranting. Bahkan wakaf produktif tidak kalah kuatnya kepercayaan umat Islam kepada Muhammadiyah. Saat ini Muhammadiyah telah membeli tanah dan mendirikan lembaga pendidikan di Australia dan Malaysia dan dalam waktu dekat akan membeli tanah di Spanyol dan AmErika Serikat. Alhamdulillah.
Harapan penulis pasca Muktamar Muhammadiyah ke 48 adalah terus berjuang menguatamkan kepentingan negara dan rakyat disaat banyak predator ekonomi yang ingin menggerogoti sumber ekonomi negara sehingga rakyat menjadi korban. Lagi-lagi perjuangan kader Muhammadiyah harus 100 persen sehingga warga negara terlindungi dan memperoleh keberkahan sumber daya alam yang ada. Perjuangan kemerdekaan para ulama dengan takbir Allahu Akbar harus menjadi tindaklanjut anak bangsa hari ini. Sehingga berjayalah umat Islam, rakyat Indonesia dan negara.(***)
Dr. Salman Nasution, Aktifis Pemuda Muhammadiyah Sumatera Utara