Bandung, InfoMu.co – Pada Perguruan Tinggi Muhammadiyah-Aisyiyah (PTMA) di seluruh Indonesia dan dunia, pembelajaran Al-Islam dan Kemuhammadiyahan (AIK) menjadi roh serta salah satu dharma yang harus ada dalam perkuliahan.
Begitulah yang dikatakan Ketua Lembaga Pengkajian dan Pengembangan Al-Islam Kemuhammadiyahan (LPPAIK) Universitas Muhammadiyah Bandung (UMBandung) Drs. H. Dikdik Dahlan Lukman, M.Hum.
Sebagai perguruan tinggi yang memiliki Catur Dharma, UMBandung menempatkan AIK berada pada nomer satu sebelum pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat.
”Ini dalam rangka untuk menunjang tagline kampus kita yakni Islamic Technopreneur University. Jadi, islamic-nya itu di depan bahkan itu adalah rohnya yang tidak boleh hilang. Hal itu menunjukkan bahwa AIK sebetulnya adalah roh bagi perguruan tinggi Muhammadiyah ataupun Aisyiyah,” ujar Dikdik di ruang kerjanya, Senin (22/11/2021) lalu.
Selain itu, menurut Dikdik, AIK sebetulnya bukan hanya ditujukan kepada mahasiswa, melainkan kepada seluruh sivitas akademika PTMA, khususnya yang ada di UMBandung.
Dikatakan Dikdik bahwa sebagai roh di PTMA, AIK harus terintegrasi dengan misi besar yang diusung oleh persyarikatan Muhammadiyah secara utuh.
”Harus dipahami juga, artinya perguruan tinggi Muhammadiyah ini termasuk di dalamnya UMBandung, yaitu selain didirikan atas hajat (keperluan) masyarakat, juga hajat persyarikatan Muhammadiyah,” kata Dikdik.
Pembinaan dan penguatan.
Pria yang pernah menjabat sebagai Kepala Sekretariat PWM Jawa Barat ini mengungkapkan bahwa pengajaran AIK oleh para dosen kepada para mahasiswa bersifat pembinaan dan penguatan pemahaman terhadap AIK itu sendiri. ”Lebih jauhnya adalah tentu saja dalam rangka untuk bagaimana kita menciptakan bahwa kampus ini menjadi sebuah kampus islami dari perilakunya, dari suasananya, dari situasinya, kita menginginkan itu semua,” ujar Dikdik.
Meskipun begitu, menurut Dikdik, pembelajaran tentang Muhammadiyah sebetulnya tidak mengharuskan mahasiswa menjadi anggota Muhammadiyah. Namun, ini hanya dalam rangka sosialisasi, publikasi, dan syiar kepada mereka. ”Sehingga mereka mengerti dan memahami apa sih tujuan muhammadiyah itu, bagaimana gerakan Muhammadiyah itu, di mana Muhammadiyah itu bergerak, kapan Muhammadiyah itu bergerak, jadi mereka sudah mengerti,” kata Dikdik. (Firman Katon)

