Pak Menteri Abdul Mu’ti Tak Berubah, Tetap Naik MRT dan Gojek ke Kantor
Oleh Hery Sucipto, Direktur Eksekutif Moya Institute dan Pendiri Matra Consulting Indonesia (MCI)
Menteri naik angkutan umum? Jangan kaget. Itu hal biasa. Buat segelintir orang. Meski luar biasa, buat sebagian besar lainnya.
Menteri Pendidikan Dasar Menengah (disingkat Menteri PDM) RI, Prof Abdul Mu’ti, pelakunya. Sosok satu ini sudah biasa menggunakan angkutan massal.
“Menteri naik angkutan umum? Emang gak boleh? Hal baik kok,” ujar Abdul Mu’ti sehari setelah dilantik menjadi Menteri PDM, Senin (21/10/2024).
Pada acara sertijab menteri, di Plaza Gedung A Kementerian PDM Jakarta, di hadapan Nadiem Makarim (menteri lama), Fadli Zon (Menbud), Satryo Brodjonegoro (Mendiktisaintek), dan jajaran pejabat eselon 1 dan 2 Kemen PDM, Abdul Mu’ti mengungkapkan hal itu.
“Saya sudah bilang ke protokol dan patwal, jangan kaget ya kalau nanti saya naik MRT (Mass Rapid Transportation). Karena itu kebiasaan lama saya,” ujar Guru Besar UIN Jakarta itu disambut tawa hadirin.
Mas Mu’ti (begitu biasa disapa teman-teman di kalangan Muhammadiyah), memang tak mau diperlakukan istimewa.
“Saya ini juga pelanggan gojek lho. Dan tetap akan naik gojek,” hadirin kembali tertawa, termasuk sang pendiri Gojek, Nadiem Makarim.
Apa Adanya
Sekum PP Muhammadiyah ini memang pernah berpesan tidak akan berubah dan tetap apa adanya. Menjadi pejabat tinggi negara, tak menghalangi dirinya mengerjakan kebiasaan lama yang baik.
Naik MRT atau gojek atau angkutan massal lainnya hal baik. Memperlancar perjalanan. Apalagi kalau buat mengejar waktu.
“Memang ada patwal (pengawalan). Tapi macet ya tetap macet. Saya bilang ke patwal, tak apa-apa biar sama-sama merasakan macet,” lanjut dia.
Dan Kamis (7/11/2024) usai bermain badminton di kantor, Mu’ti harus pulang ke rumah pribadi di kawasan Pondok Cabe, Tangerang Selatan (Tangsel). Pukul 20.00 WIB, mantan Ketum PP Pemuda Muhammadiyah ini sudah ditunggu pengurus dan jamaah Muhammadiyah Ranting Pondok Ilir, Pondok Cabe, Tangsel.
“Teman-teman di Ranting Pondok Ilir sudah kangen. Mereka bikin acara silaturahmi dengan saya. Ngumpul bareng seperti rutin diacarakan seperti dulu. Makanya buat ngejar waktu, saya naik MRT,” cetus Mas Mu’ti.
Mas Menteri naik MRT dari Stasiun Senayan, Sudirman. Persis di depan kantor Kementerian PDM. Ia hanya ditemani seorang ajudan dan seorang pengawal. Saya sendiri ikut mengantar Mas Menteri ke stasiun. Banyak penumpang MRT kaget.
“Eh ada menteri naik MRT. Bagus nih, membaur. Gak biasa ini. Contoh yang baik,” gumam seorang warga di samping saya.
Lima tahun lalu, saya pernah naik MRT sama Mas Menteri, dari Stasiun Cipete (kantor BNSP Kemendikbudristek) ke Stasiun HI. Mas Mu’ti sudah ditunggu para petinggi Muhammadiyah di kantor PP Muhammadiyah, Menteng, Jakarta Pusat. Rapat penting: memutuskan apakah ambil tawaran masuk Kabinet Jokowi Jilid II, ataukah tetap di Muhammadiyah alias di luar pemerintahan (tidak ambil tawaran masuk kabinet).
Akhirnya kala itu diputuskan Muhammadiyah masuk kabinet, dan mengutus Prof Muhajir Effendi yang didapuk Presiden Jokowi menjadi Menko PMK.
Mas Menteri Mu’ti memang sosok sangat sederhana. Khas tokoh Muhammadiyah. Rumahnya pun di jalan gang, Pondok Cabe. Mengingatkan kepada kesederhanaan mantan Ketum Muhammadiyah era 1980-an, Pak AR Fakhruddin, yang setia dengan sepeda ontel dan motor bututnya. Bahkan hingga meninggalnya, rumah pun ngontrak.
“Saya tetap begini, tak berubah dan tidak akan berubah. Hanya bedanya pakai pin di dada dan ada protokol saja. Itu pun karena keharusan/peraturan,” ujar Mas Mu’ti saat mengisi Hari Bermuhammadiyah PWM DKI Jakarta di kampus Uhamka, Pasar Rebo, Jakarta Timur, Ahad (3/11/2024).
Menjaga Tradisi Lama yang Baik
Jumat (1/11/2023) lalu, usai Shalat Jumat di masjid kantor, Mas Mu’ti juga mengagetkan para pegawai kantor. Ditemani Wamen PDM Fajar Rijaul Haq dan Stasus Didik, Mas Mu’ti makan siang di kantin Kementerian PDM. Sontak seisi kantin kaget. Para pegawai pun minta foto bareng.
Baginya, hal baik perlu dilanjutkan dan dikembangkan. Tak perlu gengsi. Bukan pula pencitraan karena ia sudah melakukannya sejak masih muda, puluhan tahun silam.
Menteri Pendidikan Dasar Menengah RI Prof Abdul Mu’ti makan siang di kantin Kementerian PDM. (Foto: gebrak.id)
“Saya selalu mengamalkan kaidah fiqih al-muhafadhotu ‘ala qodimis sholih wal akhdzu bil jadidil ashlah. (Memelihara tradisi lama yang baik dan mengambil tradisi baru yang lebih baik),” papar Mas Mu’ti.
Dalam hal mengambil kebijakan pun nanti, Mas Mu’ti akan memperhatikan kaidah itu. Hal lama yang baik dilanjutkan, dan mengambil hal baru yang lebih baik. “Naik ojek, MRT, dan makan di warung, itu kan hal baik. Akan tetap saya lakukan meski sudah jadi menteri,” lanjutnya.
Sudah selayaknya kita dukung kebiasaan baik itu. Dan kita doakan Mas Menteri selalu diberikan kesehatan dan kelancaran dalam mengemban amanah dan tugas negara, amiin. (rep)