Muktamar dan Pencerahan
Oleh : Drs. Talkisman Tanjung
Muktamar Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah ke 48 bagi keluarga besar Muhammadiyah Batahan merupakan momentum bersejarah, karena ini adalah yang pertama sekali warga dan keluarga besar Muhammadiyah cabang Batahan ikut bersama di arena perhelatan Persyarikatan tingkat Nasional.
Jika selama ini ketika ada perhelatan Persyarikatan, baik di tingkat Wilayah ataupun Daerah, sangat sulit mencari anggota/Pimpinan yang siap berangkat mewakili Cabang diarena perhelatan yang diselenggarakan di tingkat Wilayah ataupun Daerah. Tetapi kali ini sesuai dengan bait lagu mars muktamar ke 48 menumbuhkan semangat dan ghirah yang luar biasa, diluar perkiraan, muhammadiyah Cabang Batahan mampu mengutus 60 orang penggembira diajang muktamar tersebut. Dan Alhamdulillah, tidak hanya mewakili Cabang Batahan, tetapi mewakili keluarga besar se Tabagsel-madina, karena cabang-cabang yang ada di Tapanuli bagian Selatan serta Mandailing Natal tidak ada yang mengutus penggembiranya kecuali Cabang Batahan.
“Muhammadiyah derapkan langkah, Bangkitkan Tajdid kibarkan dakwah, Amal usaha jalan berkiprah, Ridha Allah melimpah berkah”. Bait pertama dari lagu mars muktamar ini menginspirasi semua orang termasuk rombongan penggembira muktamar dari cabang Batahan. Mulai dari nawaitunya, kemudian biaya yang dibutuhkan serta kesiapan fisik dan psikhis untuk berangkat ke Solo benar benar teruji dan tercerahkan.
Dari 60 orang yang berangkat, tidak satupun yang menyesal, atau kecewa baik menyaksikan acara yang besar dan luar biasa di pembukaan muktamar, termasuk kemegahan amal usaha Muhammadiyah yang berdiri kokoh seperti UMS, dan sewaktu dalam perjalanan pulang sempat singgah di UAD beserta MUSEUM Muhammadiyah di Yogyakarta, serta sepanjang perjalanan tidak sedikit amal usaha yg dilihat dan disaksikan.
Dan demikian juga perjalanan dengan menggunakan bus butuh perjuangan yang luar biasa, 4 hari 4 malam proses yang dilalui untuk bisa sampai ke tujuan yaitu Surakarta, dan 4 hari 4 malam juga waktu yang dipergunakan untuk perjalanan pulang ke Batahan. Bahkan ketika ditanyakan kepada rombongan, apakah nanti pada muktamar ke 49, ntah dimana atau kapan pelaksanaannya, semua menjawab siap untuk berangkat lagi. Apalagi selama 2 hari saja berada di arena muktamar di Surakarta, rombongan bisa saling berinteraksi dengan rombongan yang datang dari berbagai daerah, dan hal itu membuat tambah semangat.
Betapa tidak, diarena muktamar, khususnya di sekitar stadion manahan tempat berlangsungnya pembukaan muktamar muhammadiyah ke 48 yang spektakuler itu, rombongan bisa menyaksikan ada penggembira yang sudah berusia lanjut, bongkok, tua renta, tetapi dengan semangat yang luar biasa mereka bisa hadir sebagai penggembira di arena muktamar tersebut. Bahkan seketika rombongan berada digedung Museum Muhammadiyah di Yogyakarta, ada seorang pengunjung yang juga ikut naik ke ruangan museum menggunakan kursi roda yang didorong oleh seseorang. Melihat realitas seperti itu, kita merasakan betapa tidak seberapanya semangat bermuhammadiyah yang kita miliki dibandingkan mereka-mereka yang lusr biasa itu.
Apakah keberangkatan rombongan keluarga besar muhammadiyah cabang batahan ini diminta atau di motivasi oleh Pimpinan Daerah atau Pimpinan Wilayah ? Jawabannya tidak sama sekali. Bahkan selama dalam perjalanan, sampai tiba dilokasi, kemudian kembali berangkat pulang ke Batahan, tidak ada komunikasi sedikitpun dengan Pimpinan Daerah. Jangankan untuk mengunjungi rombongan penggembira dari Cabang batahan daerah Mandailing Natal, bertanya saja pun tidak, dimana kalian nginap ? apakah semua sehat sehat saja ?, Kapan kalian pulang ? Semua pertanyaan itu adalah pertanyaan yang wajar, karena kita ini adalah merupakan bagian dari Muhammadiyah Mandailing Natal, dan salah satu Cabang yang ikut bertanda tangan untuk sepakat dengan cabang-cabang yang lain di Mandailing Natal untuk mendirikan Pimpinan Daerah Muhammadiyah Mandailing Natal berpisah atau dimekarkan dari Tapanuli Selatan.
Sebenarnya masalah ini tidak mengendorkan semangat rombongan, bahkan dengan peristiwa ini justru melahirkan pemikiran yang tercerahkan bahwa untuk membangkitkan tajdid kibarkan dakwah muhammadiyah kedepan, PDM Mandailing Natal ini harus segera di mekarkan menjadi PDM Pantai Barat atau apapun namanya. Sebab setelah sekian periodesasi kepengurusan PDM Mandailing Natal, justru terlihat ketidakmampuan kita dalam membangkitkan tajdid kibarkan dakwah Muhammadiyah ini di wilayah Pantai Barat. Program pembinaan organisasi sangat minim bisa dilakukan, paling hanya program tahunan seperti Safari Ramadhan, yang dijadwalkan. Itupun tidak hadir kelokasi dengan berbagai alasan.
Dan yang tidak kalah pentingnya, memang gerakan muhammadiyah di mandailing natal ini terbelah dua. Satu belahan, yaitu daerah mandailing mulai dari cabang Siabu, Bukit Malintang, Hutabargot, Panyabungan Utara, Kota Panyabungan, Kotanopan , Muara Sipongi dll. Sementara bagian yang lain adalah cabang Linggabayu, Natal, Sinunukan dan Batahan.
Dan Batang Natal adalah sebagai pemisah diantara kedua bagian tersebut, yang sampai saat ini belum ada Muhammadiyahnya. Dulu memang ada Muhammadiyah Ranting Bulusoma yang merupakan salah satu ranting dari cabang Panyabungan. Namun belakangan ini ranting dimaksud cenderung kurang aktif dan tidak terlihat dakwah Muhammadiyah itu di sana.
Secara konstitusi apakah boleh Pimpinan Daerah Muhammadiyah berdiri dua buah di sebuah kabupaten atau kotamadya ? Jawabannya boleh, demi percepatan gerakan dakwah muhammadiyah didaerah tersebut. Dan inilah yang saya maksudkan dengan membuat judul Muktamar dan Pencerahan.
Mudah-mudahan Muktamar muhammadiyah ke 48 ini benar-benar memberikan pencerahan bagi pemikiran kita semua untuk mulai teguhkan asa, majukan ummat, jayakan bangsa, bumikan Islam, sinari zaman, rahmati alam.
Di Solo jalin ukhwah Muktamar satukan langkah, bersama cerahkan semesta, SANG SURYA SULUH PERADABAN.
( Drs. Talkisman Tanjung/Batahan)