Mewarisi Peran Profetik: Surah Al-Ma’un dalam Gerakan KH. Ahmad Dahlan
Oleh: Miftah Fariz, M.A. – Sekretaris Majelis Dikdasmen dan PNF PWM Sumut
Dalam Islam, seorang Nabi tidak hanya menyampaikan wahyu, tetapi juga menjalankan misi sosial. Nabi Muhammad SAW, misalnya, diutus untuk menyempurnakan akhlak dan membebaskan umat dari penindasan, kebodohan, dan kemiskinan. Pemikir Islam Kuntowijoyo menyebut misi kenabian ini sebagai misi profetik yang meliputi tiga dimensi: humanisasi, liberasi, dan transendensi.
KH. Ahmad Dahlan, pendiri Muhammadiyah, adalah sosok yang berhasil mewarisi dan menerjemahkan peran profetik itu dalam konteks Indonesia awal abad ke-20. Ia tidak hanya berdakwah di mimbar, tapi juga hadir di tengah masyarakat dengan gagasan dan tindakan nyata: mendirikan sekolah, rumah sakit, dan lembaga sosial.
Yang menarik, dasar gerakan sosial KH. Ahmad Dahlan berakar kuat pada salah satu surah pendek dalam Al-Qur'an, yaitu Surah Al-Ma’un. Surah ini secara lugas mengkritik orang yang rajin beribadah, tetapi mengabaikan kepedulian sosial. “Tahukah kamu orang yang mendustakan agama? Itulah orang yang menghardik anak yatim, dan tidak menganjurkan memberi makan kepada orang miskin.” (QS. Al-Ma’un: 1–3). KH. Ahmad Dahlan menjadikan ayat ini sebagai cermin keimanan sosial. Baginya, iman bukan hanya soal ritual, tetapi juga tindakan nyata membela yang lemah. Dari pemahaman inilah lahir gerakan sosial Muhammadiyah yang hingga kini dikenal melalui tiga pilar utama: feeding, schooling, dan healing.
Feeding: Misi Kemanusiaan
KH. Ahmad Dahlan mendirikan panti asuhan, dapur umum, dan lembaga amal yang memberi makan kaum dhuafa. Ini adalah bentuk nyata dari humanisasi upaya memanusiakan manusia. Beliau percaya bahwa dakwah tidak cukup dengan ceramah, tetapi harus diwujudkan dalam tindakan yang mengenyangkan perut dan menyelamatkan hidup. Hingga kini, semangat ini dilanjutkan melalui Lazismu dan Muhammadiyah Disaster
Management Center (MDMC), yang aktif membagikan sembako, makanan bergizi, dan bantuan kemanusiaan di lokasi bencana.
Schooling: Membebaskan dari Kebodohan
Pendidikan menjadi perhatian utama KH. Ahmad Dahlan. Beliau memadukan ilmu agama dan ilmu umum dalam sistem pendidikan Muhammadiyah. Sekolah-sekolah ini menjadi alat untuk membebaskan umat dari ketertinggalan, sekaligus sarana membentuk generasi muslim yang cerdas dan berdaya saing. Kini, ribuan sekolah dan perguruan tinggi Muhammadiyah tersebar di seluruh Indonesia. Semuanya adalah kelanjutan dari misi liberasi yang telah beliau mulai lebih dari seabad lalu.
Healing: Pelayanan yang Ikhlas
Bagi KH. Ahmad Dahlan, melayani orang sakit adalah bagian dari ibadah. Maka lahirlah rumah sakit dan klinik Muhammadiyah yang tidak hanya mengobati fisik, tapi juga menumbuhkan harapan. Inilah bentuk transendensi dimensi ketuhanan dari pelayanan sosial. Para tenaga kesehatan Muhammadiyah didorong untuk bekerja bukan hanya demi penghasilan, tapi juga karena panggilan iman. Pelayanan kesehatan harus menjadi jalan penghambaan kepada Allah dan pengabdian kepada umat.
Gerakan sosial KH. Ahmad Dahlan bukanlah amal biasa. Ia merupakan kelanjutan dari misi profetik yang diwariskan oleh Nabi Muhammad SAW. Surah Al-Ma’un telah menjadi titik tolak perubahan sosial yang lahir dari semangat keimanan yang utuh spiritual dan sosial, ibadah dan amal.
Di tengah krisis sosial dan kemanusiaan hari ini, kita membutuhkan lebih banyak figur dan gerakan seperti KH. Ahmad Dahlan yang tak hanya mengajarkan Islam, tetapi juga menghidupkannya dalam kehidupan nyata. Semoga kita bisa terus melanjutkan warisan profetik ini, dengan cinta, kepedulian, dan aksi nyata. (***)