Kabar dari Madina
Catatan : Khoirul Amru Hasibuan
Nabi Shallallahu ‘alaihi wassallam bersabda
إِنَّ إِبْرَاهِيمَ حَرَّمَ مَكَّةَ وَإِنِّي حَرَّمْتُ الْمَدِينَةَ
Sesungguhnya Nabi Ibrâhîm menjadikan kota Mekah sebagai kota haram, dan sesungguhnya aku menjadikan Madinah sebagai kota yang haram juga. [HR. Muslim] Yang pertama, tentunya rasa syukur kepada Allah SWT karena berkat hidayah nya kami bisa sampai dan menapakkan kaki di tanah Haram (Makkah dan Madinah).
Orang-orang yang dating kemari bukanlah orang-orang yang mampu, akan tetapi mereka adalah orang-orang
yang Allah mampukan untuk bisa sampai kemari. Banyak orang-orang kaya sekalipun tidak bisa sampai kemari karena Allah belum mampukan mereka untuk bisa ke tanah haram.
28 Agust 2023 kami pertama kali landing dan menapakkan kaki ke Saudi Arabia tepatnya di Jeddah, kemudian kami beranjak ke Madinah menggunakan Haramain High Speed Railway atau biasa dikenal dengan Haramain Express. Banyak hal-hal yang kami dapat ketika berada di Madinah, diantara nya kami bisa memahami secara culture orang-orang arab, keramahan yang mereka tunjukkan kepada sesama manusia dengan mengucapkan
salam dan saling mendoakan ketika berjumpa, dan tentunya yang tidak lupa adalah icon yang ada di Madinah yaitu Masjid Nabawi.
10 tahun Rasulullah di madinah setelah hijrah banyak meninggalkan sejarah-sejarah islam. Diantara nya adalah Masjid quba, yang mana juga merupakan the frist of mosque in islam yang dibangun Rasulullah ketika singgah di quba selama 4 hari sebelum sampai ke madinah, kemudian selanjutnya adalah, Jabal Uhud, tempat yang menjadi saksi terbunuhnya para sahabat dan orang terdekat Rasulullah, dan menjadi awal kekalahan dalam sejarah
peperangan umat islam pada masa itu.
Kemudian selanjutnya adalah Masjid khandaq atau yang sering kita kenal dengan perang parit, dan tentunya tidak lupa untuk di sampaikan juga adalah masjid nabawi yang menjadi pusat kota madinah, yang tidak kalah sedikit memiliki peninggalan cukup iconic dan sangat bersejarah, diantaranya adalah terletaknya makam Rasulullah, dan raudha, Dan syukur Alhamdulillah itu semua sudah kami telusuri untuk mengetahui bagaimana
kehidupan dan sejarah yang terjadi pada masa lalu.
Orang-orang arab dikenal sebagai orang-orang jahililiyah pada masa pra islam. Akan tetapi sejatinya orang-orang arab memiliki sifat-sifat yang mulia. Sifat-sifat mulia ini diantaranya adalah:
1. Siddiq
yakni orang-orang yang memiliki sifat kejujuran, dahulu nya orang-orang arab enggan untuk melakukan suatu kebohongan, sehingga sifat inilah yang terus terbawa pada diri Rasulullah dan juga para sahabat. Dan inilah yang kami rasakan selama berada di madinah ini berinteraksi langsung dengan orang-orang arab yang mereka selalu membawa sifat orang-orang arab pada aslinya yakni senantiasa jujur dalam setiap keadaan.
2. Murah hati
Masyarakat arab adalah orang-orang yang terbiasa untuk menerima tamu, berbagi makanan yang thaibah dan halal kepada orang lain, bahkan mereka sangat senang sekiranya berbagi kepada mahasiswa asing yang sedang belajar di Madinah.
3. Bertetangga dengan baik
Masyarakat arab sangat lah mengamalkan hadis rasulullah terkait tentang bertetangga yakni memuliakan tetangga nya, Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari Akhir maka
janganlah dia mengganggu tetangganya” . Hal ini juga yang sedang kami rasakan, ketika berjumpa atau berpapasan dengan tetangga yang ada di madinah, mereka senantiasa menebarkan salam, dan menebarkan senyum melalui wajah mereka, yang menandakan keharmonisan mereka dalam bertetangga.
4. Keberanian
Orang-orang arab dikenal juga sebagai bangsa yang pemberani, dan itu bisa di lihat dari karakteristik naluriah di setiap orang Arab, keberanian yang dimiliki oleh orang arab adalah keberanian dalam hal mendorong kebenaran tanpa rasa takut serta memiliki jiwa keadilan yang luar biasa. Hal ini juga yang kami rasakan ketika pada saat itu sedang berada di Nabawi, tentunya menjadi suatu daya Tarik bagi umat islam yang berkunjung ke Nabawi untuk
berswafoto dengan keindahan yang ada di Nabawi, disebabkan kurang nya informasi serta larangna yang kami dapati di kawasan Nabawi, akhirnya kami memutuskan untuk membawa alat potret sejenis canon, dan mulai memotret bagian indah yang ada di Nabawi, namun ketika hendak melaksanakan sholat maghrib, seorang polisi membawa saya untuk di interogasi, kemudian saya bertanya kepada polisi tersebut dengan bahasa arab yang artinya ‘kenapa ini?, beliau menjawab polisi dengan bahasa arab.
Dari sini saya sangat mengapreiasi ketangkasan dan keberanian dari orang-orang Saudi untuk menjaga keamanan dan ketertiban yang ada di kota madinah, bahkan mereka juga tidak sungkan untuk membubarkan segala jenis praktek bid’ah yang terjadi di masjid Nabawi. (***)
